Inka menggerutu usai acara pestanya itu. Gadis itu sangat bosan dengan acara itu. Andai dia tak menghargai sang paman yang telah begitu baik kepadanya dan menyelenggarakan pesta yang mewah untuknya, dia sudah kabur dari cara itu. Sayangnya, ia tak ingin mengecewakan Stefan Aditama yang telah mengorbankan banyak hal untuk dirinya.
Inka akan merasa sangat berdosa jika sampai dia menyakiti hati Stefan Aditama. Dia tahu betul, pamannya itu sebenarnya sangat kesepian. Namun, dia tak pernah mengungkapkan hal itu pada Inka. Inka hanya sering melihat Stefan menenggak minuman keras jika pria itu stres berat dan akan mengurung dirinya hingga berhari-hari di dalam kamar pribadinya dan tak ada yang mengusik pria tua itu.Inka sendiri tidak hanya sekali bertanya pada pamannya itu soal dia yang tak ingin menikah. Inka merasa sangat aneh, pria itu tidak jelek. Dan jelas, saat dia masih kecil, dia sering melihat banyak wanita cantik yang berusaha keras menarik perhatian seorang St"Vesa Araya, jangan bercanda!" ucap Derrick. "Aku tidak bercanda. Aku memang tidak tahu, apa ini dadakan?" tanya Vesa bingung. Derrick menggeleng dan langsung saja megambil tablet milik Vesa yang tidak dikunci dan sekali lagi Derrick menggeleng jengkel. "Vesa, ayahmu itu ahli IT dan dulu dia salah satu peretas terbaik di Inggris semasa dia muda. Bagaimana bisa dia memiliki anak sepertimu yang..." Derrick White tak sanggup melanjutkan ucapannya. "Yang apa?" tanya Vesa dengan tatapan polosnya.Gagap teknologi, batin Derrick. "Aku jadi tak percaya tentang pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya', yang kulihat di depan mataku adalah 'buah itu jatuh jauh sekali dari pohonnya," ujar Derrick. Vesa Araya mulai paham dan langsung melempar tatapan kesal pada sahabatnya atas sindiran itu. Derrick mengotak-atik tablet itu dan langsung menyerahkannya pada Vesa. "Ini. Di sini sudah jelas jika kau ada jadwal meeting. Kenapa kau tidak mengeceknya?" tanya Derrick heran.Vesa menatap tablet
"Semoga berhasil," ucap Derrick.Vesa mengangguk dan kedua anak muda itu saling melambaikan tangan mereka.Derrick tak bisa menemani Vesa meeting karena memang itu bukanlah tugasnya. Vesa hanya pergi dengan Verlyta, sekretarisnya. Derrick sebenarnya sangat mencemaskan temannya itu lantaran baru mempelajari bahan meeting itu. Vesa memanglah tidak harus presentasi atau diskusi panjang dengan direktur Gardenia Hills 10, namun dia akan terlihat sangat bodoh jika dia tak mengerti jalannya meeting. Meeting itu bukan meeting rutin tapi direktur mendesak ingin mengadakan meeting resmi dengan pemilik Gardenia Hills tentang mengenai beberapa hal. Vesa mau tak mau harus menghadirinya karena jelas dia tak bisa membatalkannya semaunya."Ke mana dia pergi?" tanya Lay yang baru saja mendekat."Meeting," jawab Derrick singkat. Dia sudah membalikkan badannya, berniat kembali ke ruangannya.Namun Lay kemudian mencegahnya, "Apakah tidak
Usai Vesa Araya naik ke lantai tempat dia akan meeting bersama dengan direktur itu, para karyawan segera bergosip."Dia sangat tampan sekali, sangat mirip dengan ayahnya. Dia seperti versi muda ayahnya," ucap Dona, manager apartemen itu."Aku setuju. Kau lihat tadi bagaimana dia menatap semua orang, tatapan hati-hati, waspada seolah dia sedang berperang," ucap Anna, asistennya."Yah, apa yang kau harapkan? Dia masih terlalu muda untuk menjalankan semua bisnis ayahnya, sudah tentu dia memiliki banyak kecemasan," sahut Dona sambil berjalan dengan membawa bunga yang ditolak oleh Vesa Araya itu."Hm. Apalagi, aku dengar di AL Group, sempat terjadi kekacauan kecil," ucap Anna pelan. Dia takut jika ada yang mendengar mereka sedang membicarakan pemilik sah dari Gardenia Hills.Dona sontak menoleh pada asisten yang telah dia anggap seperti temannya sendiri karena kebetulan umur mereka sama serta mereka cocok dalam banyak hal."Apa yang k
"Jadi bagaimana, Tuan? Apa solusinya?" tanya Gery. Pria itu secara sengaja menanyakan tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Vesa Araya termenung. Selama beberapa saat dia terdiam. Orang-orang di ruangan itu mulai menatap remeh pada Vesa.Gery, "Bagaimana, Tuan? Jika memang Anda belum menemukan solusi mengenai permintaan mereka, saya akan menahan mereka untuk terlebih dulu. Pria itu merasa sudah puas karena berhasil membuat Vesa malu."Tidak perlu. Jika mereka memang ingin haknya sekarang ya berikan saja. Kita tidak akan rugi. Lepaskan saja dan tidak usah mengulur waktu. Sementara itu, pasang pengumuman untuk perekrutan karyawan baru untuk menggantikan mereka. Cari yang benar-benar berkualitas, kalau perlu tawarkan gaji yang lebih baik dari perusahaan lain," ucap Vesa tanpa ragu.Gery melongo. "Tapi, Pak. Ini akan butuh waktu, merekrut karyawan baru itu bukan perkara mudah apalagi untuk posisi yang tinggi seperti itu.""Yah, itu kan
"Kau. Berani sekali kau menampar aku, Jalang?" ucap Cylla.PLAK!Riana kembali melayangkan tangannya untuk memberi hadiah berupa tamparan di pipi putih Cylla. Wajah cantik itu sekarang telah berubah, ada gambar telapak tangan yang tercetak jelas di pipi Cylla."Kau..."Lucas menutup mulutnya rapat-rapat, terlalu syok."Ada apa ribut-ribut?" tanya Andre. Pria itu baru saja keluar dari ruangannya dan langsung berjalan menuju kedua wanita yang sedang bersitegang itu.Cylla langsung memasang ekspresi tersakiti, "Dia, Sayang. Dia menamparku. Pecat dia, Sayang. Dia telah menyakiti wajahku, lihatlah!"Riana memutar bola matanya malas harus menyaksikan drama murahan yang tersaji di depannya. Sedangkan Lucas masih tak tahu harus bagaimana, dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini. Di kampusnya dulu, Lucas sudah sering menjadi rebutan dari para wanita dan dengan mudah dia berhasil mereka tenang. Dia akan mengatu
"Kenapa kau malah meminta maaf, Cylla?" tanya Andre dongkol.Dia sungguh tidak mengerti jalan pikiran teman tidurnya itu yang tiba-tiba saja berubah dengan cepat.Cylla meraup wajah kekasihnya itu dan menatapnya dengan lembut, "Aku memikirkan reputasimu dan juga posisimu, Sayang."Andre mengerutkan dahinya bingung tapi tetap membiarkan kedua tangan wanita bertubuh sintal itu memegang wajah tampannya."Apa yang kau maksud?"Cylla mengecup bibir lelaki itu sekilas dan kemudian berbicara, "Jika kita tetap bersikeras memecat Riana, Vesa Araya sudah pasti kan menang. Kau tahu kan, Sayang. Kita sudah bersikap tidak adil pada Lucas dan jika mereka benar-benar mengecek CCTV, sudah pasti kita akan ketahuan, Andre. Ini tidak bagus untuk kamu. Vesa bisa menggunakan ini untuk menyingkirkan kamu, Sayang. Dan aku tentu tidak rela jika kau sampai kehilangan pekerjaanmu hanya karena aku."Andre mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir ma
Awalnya Ruslan ragu dengan permintaan Vesa itu tapi sejujurnya itu adalah opsi terbaik untuk mereka saat ini. Kondisi Valentino sudah sangat stabil jadi bisa dikatakan mereka hanya menunggu pria itu tersadar dari tidur panjangnya. Vesa Araya meyakinkan pria kepercayaan ayahnya itu jika mereka bisa membeli peralatan terbaik dan juga membayar dokter swasta dan juga perawat profesional untuk merawat ayahnya. Maka dari itu, Ruslan mendukung ide Vesa dengan harapan jika setelah Valentino dirawat di apartemen itu dan dekat dengan putranya, pria itu akan dengan cepat membuka matanya."Apa tidak apa-apa memindahkan ayahmu ke sini?" tanya Derrick ragu, saat ini dia melihat para pengawal sedang menyiapkan kamar rawat Valentino."Tentu saja. Keadaannya sudah membaik, aku rasa tak akan ada masalah jika merawatnya di sini. Lagipula, aku tak tenang jika ayah di rumah sakit," ucap Vesa."Kenapa memangnya?" tanya Derrcik bingung."Bukankah banyak pengaw
Percuma saja berbicara dengan teman-temannya yang gila itu. Vesa merasa jika ketiga temannya itu terlampau gila jadi dia memutuskan untuk kembali ke atas. Dia ingin menyambut hari esok dengan penuh kegembiraan lantaran ayahnya akan dipindahkan ke apartemen mereka esok hari.Di tempat lain, Gea baru saja menampar dua anak buahnya yang gagal lagi untuk kesekian kalinya."Membunuh orang koma saja tidak bisa. Untuk apa aku memnbayar kalian mahal-mahal?" ucap Gea berang.Rio dan Jefri hanya bisa menunduk dalam tak berani menengadahkan kepala mereka."Apa kalian tidak belajar dari kegagalan di gudang itu? Sialan kalian. Bisa-bisanya dikalahkan oleh anak buah mereka, memalukan."Kedua pria itu semakin menunduk saja."Dan besok, dia akan dipindahkan. Kesempatan kalian tinggal besok. Kalau kalian gagal, kita tak ada kesempatan lain, pastikan besok kalian berhasil membunuhnya Valentino," ucap Gea dingin."Baik, Bos," jawab Rio dan