Home / Romansa / Anak Rahasia Dokter Arogan / Nenek dan Kakek Abi

Share

Nenek dan Kakek Abi

Author: Nvika302
last update Last Updated: 2023-06-10 00:03:39

"Itu hanya mimpi buruk Abi. Tadi Abi baca doa sebelum tidur?" tanya Swastika sambil terus mengusap punggung Abi.

Abi hanya menggeleng dan saat nafasnya mulai teratur, Swastika melepas pelukkannya kemudian mencium kening anak semata wayangnya itu. Elenapun mendekat dan memberikan segelas air putih agar Abi kembali tenang.

"Sudah jagoan. Mulai sekarang kalau mau tidur harus baca doa dulu. Ok" ucap Elena yang mengusap rambut tebal Abi.

Setelahnya, Swastika mengantar Abi kembali kedalam kamar dan menyuruhnya untuk tidur lagi tapi Abi menolak dan justru berlari kearah Elena dan memeluknya.

"Ada apa Sayang?" tanya Elena sambil bermain kode-kodean dengan Swastika yang berada didepan pintu kamar Abi.

Abipun membisikkan keinginannya dan membuat Elena justru tertawa tetapi tetap mengiyakan asalkan mendapat ijin dari Mamanya. Awalnya Abi ragu untuk bilang ke Mamanya, dia tidak berani bicara dan hanya melirik Mamanya saja. Tapi setelah Elena meyakinkannya, akhirnya Abi memberanikan diri minta ijin.

Swastika memberinya ijin asalkan PR-nya sudah selesai dikerjakan. Dan akhirnya dengan semangat membara, Abi mengerjakan PR dikamarnya.

Setelah PR Abi di cek Swastika dan semua jawabannya benar, akhirnya mereka pergi ke salah satu mall sesuai dengan permintaan Abi yang ingin bermain di Timezone.

Sampai di Timezone, Abi langsung menarik tangan Elena dan mengajaknya bermain, meninggalkan Swastika yang merasa dilupakan. Sambil menunggu Elena dan Abi yang sedang bermain, Swastika duduk disebuah cafe yang juga berada di sekitar kawasan Timezone. Setelah pesanannya datang, dia mengeluarkan buku yang memang sedang dia ikuti.

"Selamat siang Nona, Apakah tempat duduk ini kosong? Bolehkah saya duduk disini?" tanya seseorang yang sudah berdiri didepannya.

"Maaf. Tapi..... Balin" ucapnya saat melihat ternyata Balin yang sedang mengajaknya bicara, karena terlalu fokus membaca dia jadi tidak menyadari bahwa itu suara Balin.

"Mana Abi?" tanya Balin sambil menarik kursi dan duduk disana.

"Main disana" tunjuk Swastika pada permainan bombomcar.

"Bersama bocah bar-bar itu? Mereka memang cocok. Sangat cocok" ucapnya sambil terus mengangguk karena heran kelakuan Abi lebih mirip Elena yang bar-bar daripada Mamanya yang lemah lembut.

Sambil sesekali melihat dan melambaikan tangan kearah Abi, mereka melanjutkan mengobrol dan membicarakan perihal perkembangan apotek yang dikelola oleh Swastika dan rencana kedepannya termasuk rencana untuk mempertemukan Abi dengan Orang tua Swastika.

Sebenarnya Swastika masih ragu untuk mempertemukan mereka, dia takut Abi tidak diterima dengan baik disana dan akan menjadikan Abi trauma terhadap nenek dan juga kakeknya.

Dan setelah satu minggu berpikir, akhirnya hari ini Swastika berencana mengajak Abi untuk mengunjungi Nenek dan Kakeknya.

"Rumah nenek sama kakek jauh Ma?" tanya Abi yang antusias ingin bertemu dengan mereka, dia bahkan yang memilih sendiri apa-apa saja yang akan mereka berikan setelah sampai disana.

"Tidak sayang. Tapi kalau Abi capek dan mengantuk, Abi tidur dulu saja. Kalau sudah sampai nanti Mama bangunin" ucap Swastika sambil mengusap kepala Abi yang duduk dikursi belakang dan saat ini berdiri diantara kursi depan.

Dan benar saja, belum lama mereka berkendara, Abi sudah tertidur pulas. Sementara Swastika sama sekali tidak bisa tidur, pikirannya terban kemana-mana membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti.

Tanpa terasa saat ini sebuah mobil berhenti tepat didepan sebuah rumah sederhana dengan cat yang sudah memudar ditembok bagian luarnya dan pekarangan yang dulu tertata indah, penuh dengan banyak tanaman hias, sekarang justru tidak terawat dan banyak sampah.

Balin turun lebih dulu, sedangkan Swastika masih didalam mobil mengatur pikiran dan hatinya. Sesekali dia melihat Abi yang sedang tertidur pulas. Setelah menguatkan hatinya, Swastika turun dari mobik setelah beberapa kali Balin melambaikan tangan untuk menyuruhnya turun.

Dengan langkah pelan dan jantung yang berdegup kencang, Swastika terus melangkah hingga sampai didepan pintu. Beberapa kali tangannya terangkat untuk mengetuk tapi dia turunkan lagi karena masih ragu. Setelah Balin meyakinkannya lagi, akhirnya Swastika mengetuk pintu yang terlihat sudah mulai lapuk.

Satu ketuk, dua ketuk tidak ada jawaban hingga saat dia akan mengetuknya lagi, tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sangat tidak asing bagi Swastika, dan seseorang yang sangat dia rindukan.

"Ibuuu"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Sudah tidak tahan

    "Apa kabar Bapak Arya yang terhormat" ucap pria itu setelah melepas topi dan maskernya. Dengan masih memegang lengannya yang terluka. "Masih berani Anda menemui saya?" ucap Arya dengan tenang. "Kenapa saya harus takut? Saya tidak pernah melakukan sesuatu setengah-setengah. Kalau ujungnya saya pasti akan masuk penjara, kenapa tidak sekalian saja saya mengirim Anda menghadap Tuhan Anda?" pria itu tertawa seolah bangga dengan apa yang dia katakan. "Psikopat. Tunggu saja. Sebentar lagi akan ada polisi yang datang" dan benar saja, tidak lama memang ada polisi yang datang kesana. "Biarkan saja. Saya tidak takut" pria itu masih terus tertawa. "Pak Bramanto, apa Anda yakin keluarga Anda sedang dalam keadaan baik-baik saja saat ini?" gertak Arya yang tentu saja langsung membuat Bramanto ciut. Apalagi saat melihat senyum mengerikan yang Arya berikan, sungguh membuat bulu kuduk meremang."Apa yang Anda tau tentang keluarga saya? Mereka sudah berada ditempat yang aman" ucap Bramanto dengan

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Pelaku mulai beraksi

    Pagi harinya, saat semua keluarga tengah berkumpul untuk sarapan, Arya dan David masih belum menampakkan batang hidungnya. "Kemana Arya? Kenapa belum turun?" gerutu Mamih Ratna. "Dia tadi malam sedikit mabuk Mih, mungkin masih tidur" jawab Swastika. "Akan aku coba bangunkan Mih" sambungnya. "Ya sudah. Suruh dia cepat mandi dan sarapan" "Iya Mih" Swastikapun meninggalkan makanannya dan bergegas menuju kamar Arya. Setelah menanyakan pada para pengawal yang berjaga didepan kamar, Swastika segera masuk. Dan benar saja, Arya masih tertidur pulas diatas ranjang dengan kemeja, celana panjang dan kaos kaki yang sudah berserakan dimana-mana. Swastika memunguti semuanya dan meletakkannya didalam paperbag yang semula berisi pakaian bersih untuk Arya berganti baju. "Ayo bangun" Swastika mencoba menarik lengan Arya untuk mengeluarkannya dari dalam selimut. "Hhmm" "Ayo. Mamih menunggu dibawah" "Biarkan saja. Kepalaku pusing sekali" "Makanya jangan mabuk. Kakimu jugakan masih sakit kenapa

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Rasanya seperti de javu

    "Aku tidak ingin pulang. Aku ikut kemana Anda pergi" ucap gadis itu dengan wajah memelas dan air mata yang masih menggenang. "HAH?" Rama yang bingung tidak tau harus membawa gadis itu kemana, akhirnya memilih untuk tetap meninggalkan acara pesta. Sebelum pergi dia mengabari Arya bahwa ada urusan mendesak yang membuatnya harus pergi lebih dulu. "Rama kenapa?" tanya Swastika yang mendapat bisikan mengenai kepulangan Rama. "Tidak tau. Katanya ada urusan mendesak" jawab Arya tidak peduli. Merekapun melanjutkan menikmati rangkaian acara lain dengan Abi yang sudah lebih dulu masuk kedalam kamar hotel. Arya sengaja memesan kamar hotel yang memang berada disatu lokasi dengan gedung tempat acara pernikahan Elena. Dia sudah menduga bahwa acara ini akan berlangsung hingga lebih dari tengah malam. Dia juga sudah memesan untuk yang lain termasuk Rama tapi karena dia sudah pulang lebih dulu, kamar itu hanya akan dihuni oleh David sementara Abi akan tetap bersama Ryan dan dua pengawal lain, da

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Pesta Pernikahan

    Dua jam sebelum acara dimulai, mereka sudah berangkat beriringan menggunakan tiga mobil dan beberapa pengawal yang ada di belakang rombongan mereka. "Jangan cemberut sepert itu dong. Ayo senyum" goda David pada Rama yang kalah dalam tantangan tahan nafas. "Sialan. Ini tidak mungkin. Pasti kalian berdua curang" tuding Rama pada Abi dan David. "TIDAK" sangkal Abi dan David. "Itu hampir 15 menit. Tidak mungkin kalian bisa tahan nafas sampai selama itu terutama kamu" tunjuk Rama pada David. "Lebih baik kita nanti tanyakan pada Pak Arya saja" jawab David yang tertawa bersama Abi. Mereka merasa lucu melihat Rama yang uring-uringan karena tidak terima dengan kekalahannya. Setelah berkendara membelah kemacetan hampir 2 jam akhirnya mereka sampai ke tempat acara. "Wow. Dekorasinya cantik sekali" kagum Swastika yang lekat memandang dekorasi ruangan itu. Pada awalnya Elena menginginkan tema outdoor tapi karena ramalan cuaca yang tidak menentu akhirnya dia harus mengganti tema menjadi indo

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Persiapan Acara

    "Wah, tadi itu benar-benar menyenangkan" ucap Abi kegirangan saat sudah masuk kedalam kamarnya. Tidak pernah dia membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu. Sangat mirip dengan adegan perkelahian di film action yang sering ditontonnya. Seketika ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. "Waaahhhh" teriak Abi kegirangan sembari joget-joget masuk kedalam kamar mandi. Pesan dari Arya yang berisi perintah untuk mulai belajar pisau dan pedang membuat adrenalin Abi terpacu. "Baru pulang sudah sibuk dengan ponselmu lagi?" Ucap Swastika yang keheranan dengan kelakuan Arya. "Hehe. Maaf. Sayang sini sebentar" "Ada apa?" Swastika mendekat membawa es jeruk dan beberapa cemilan. Arya merogoh sesuatu yang ada didalam sakunya dan menunjukkannya pada Swastika. "Marry Me?" ucap Arya tiba-tiba.Swastika yang kaget hanya bisa menutup mulutnya yang menganga. Jantungnya berdetak cepat sampai dia benar-benar tidak bisa berkata-kata. "Maaf karena tidak ada acara istimewa. Aku buk

  • Anak Rahasia Dokter Arogan   Saat Wanita Marah Lebih Baik Diam

    Sampai dikantornya, Arya segera menuju ruangannya dan meminta Rama dan David untuk segera menemuinya. "Kamu istirahat disini dulu sebentar ya. Aku ada meeting sebentar dengan Rama dan David" ucap Arya setelah mengantar Swastika keruangan pribadinya. "Baiklah. Sepertinya ini perihal rahasia perusahaanmu. Aku akan tunggu disini" jawab Swastika. Sebelum meninggalkan Swastika disana, Arya meninggalkan kecupan dikening dan kemudian menggunakan tongkatnya untuk berjalan menuju ruangannya. Disana Rama dan David sudah menunggu. "Jadi bagaimana? Jelaskan" pinta Arya.Merekapun menjelaskan pada Arya mengenai bukti-bukti temuannya dan siapa saja yang dicurigai sebagai komplotannya. Rama juga menjelaskan bahwa disalah satu cabang perusahaannya, mereka berhasil membawa kabur sejumlah uang. "Kenapa bisa kecolongan lagi?" tanya Arya yang sudah kesal sedari tadi. "Maaf, kami tidak menyangka kalau komplotannya bahkan sudah ada dimana-mana" jawab David. "Untuk sekarang, semua yang ada di kantor c

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status