Share

Nenek dan Kakek Abi

"Itu hanya mimpi buruk Abi. Tadi Abi baca doa sebelum tidur?" tanya Swastika sambil terus mengusap punggung Abi.

Abi hanya menggeleng dan saat nafasnya mulai teratur, Swastika melepas pelukkannya kemudian mencium kening anak semata wayangnya itu. Elenapun mendekat dan memberikan segelas air putih agar Abi kembali tenang.

"Sudah jagoan. Mulai sekarang kalau mau tidur harus baca doa dulu. Ok" ucap Elena yang mengusap rambut tebal Abi.

Setelahnya, Swastika mengantar Abi kembali kedalam kamar dan menyuruhnya untuk tidur lagi tapi Abi menolak dan justru berlari kearah Elena dan memeluknya.

"Ada apa Sayang?" tanya Elena sambil bermain kode-kodean dengan Swastika yang berada didepan pintu kamar Abi.

Abipun membisikkan keinginannya dan membuat Elena justru tertawa tetapi tetap mengiyakan asalkan mendapat ijin dari Mamanya. Awalnya Abi ragu untuk bilang ke Mamanya, dia tidak berani bicara dan hanya melirik Mamanya saja. Tapi setelah Elena meyakinkannya, akhirnya Abi memberanikan diri minta ijin.

Swastika memberinya ijin asalkan PR-nya sudah selesai dikerjakan. Dan akhirnya dengan semangat membara, Abi mengerjakan PR dikamarnya.

Setelah PR Abi di cek Swastika dan semua jawabannya benar, akhirnya mereka pergi ke salah satu mall sesuai dengan permintaan Abi yang ingin bermain di Timezone.

Sampai di Timezone, Abi langsung menarik tangan Elena dan mengajaknya bermain, meninggalkan Swastika yang merasa dilupakan. Sambil menunggu Elena dan Abi yang sedang bermain, Swastika duduk disebuah cafe yang juga berada di sekitar kawasan Timezone. Setelah pesanannya datang, dia mengeluarkan buku yang memang sedang dia ikuti.

"Selamat siang Nona, Apakah tempat duduk ini kosong? Bolehkah saya duduk disini?" tanya seseorang yang sudah berdiri didepannya.

"Maaf. Tapi..... Balin" ucapnya saat melihat ternyata Balin yang sedang mengajaknya bicara, karena terlalu fokus membaca dia jadi tidak menyadari bahwa itu suara Balin.

"Mana Abi?" tanya Balin sambil menarik kursi dan duduk disana.

"Main disana" tunjuk Swastika pada permainan bombomcar.

"Bersama bocah bar-bar itu? Mereka memang cocok. Sangat cocok" ucapnya sambil terus mengangguk karena heran kelakuan Abi lebih mirip Elena yang bar-bar daripada Mamanya yang lemah lembut.

Sambil sesekali melihat dan melambaikan tangan kearah Abi, mereka melanjutkan mengobrol dan membicarakan perihal perkembangan apotek yang dikelola oleh Swastika dan rencana kedepannya termasuk rencana untuk mempertemukan Abi dengan Orang tua Swastika.

Sebenarnya Swastika masih ragu untuk mempertemukan mereka, dia takut Abi tidak diterima dengan baik disana dan akan menjadikan Abi trauma terhadap nenek dan juga kakeknya.

Dan setelah satu minggu berpikir, akhirnya hari ini Swastika berencana mengajak Abi untuk mengunjungi Nenek dan Kakeknya.

"Rumah nenek sama kakek jauh Ma?" tanya Abi yang antusias ingin bertemu dengan mereka, dia bahkan yang memilih sendiri apa-apa saja yang akan mereka berikan setelah sampai disana.

"Tidak sayang. Tapi kalau Abi capek dan mengantuk, Abi tidur dulu saja. Kalau sudah sampai nanti Mama bangunin" ucap Swastika sambil mengusap kepala Abi yang duduk dikursi belakang dan saat ini berdiri diantara kursi depan.

Dan benar saja, belum lama mereka berkendara, Abi sudah tertidur pulas. Sementara Swastika sama sekali tidak bisa tidur, pikirannya terban kemana-mana membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti.

Tanpa terasa saat ini sebuah mobil berhenti tepat didepan sebuah rumah sederhana dengan cat yang sudah memudar ditembok bagian luarnya dan pekarangan yang dulu tertata indah, penuh dengan banyak tanaman hias, sekarang justru tidak terawat dan banyak sampah.

Balin turun lebih dulu, sedangkan Swastika masih didalam mobil mengatur pikiran dan hatinya. Sesekali dia melihat Abi yang sedang tertidur pulas. Setelah menguatkan hatinya, Swastika turun dari mobik setelah beberapa kali Balin melambaikan tangan untuk menyuruhnya turun.

Dengan langkah pelan dan jantung yang berdegup kencang, Swastika terus melangkah hingga sampai didepan pintu. Beberapa kali tangannya terangkat untuk mengetuk tapi dia turunkan lagi karena masih ragu. Setelah Balin meyakinkannya lagi, akhirnya Swastika mengetuk pintu yang terlihat sudah mulai lapuk.

Satu ketuk, dua ketuk tidak ada jawaban hingga saat dia akan mengetuknya lagi, tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sangat tidak asing bagi Swastika, dan seseorang yang sangat dia rindukan.

"Ibuuu"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status