Share

Bab 4

Author: Zakrya
Wanita itu mengenakan pakaian pelayan dari rumah lama Keluarga Furama. Tak jauh darinya ada seorang anak laki-laki yang membuat ruang tamu berantakan.

Begitu melihat Dhea masuk, Larissa bangkit dari sisi Yordan, lalu tersenyum lembut dan sopan. "Nyonya sudah pulang, aku adalah pelayan yang dikirim dari rumah lama untuk merawat Tuan Muda."

Dhea refleks menggigit bibirnya, bahkan napasnya terasa sulit. Yordan ... berani sekali dia! Tega sekali dia membawa kedua orang ini ke rumah mereka!

Melihat ekspresi Dhea berubah, Yordan buru-buru menjelaskan, "Sayang, tadi siang aku sudah kirim pesan, mungkin kamu nggak lihat. Rafael adalah anak yang Ibu bawa dari panti asuhan, katanya dia berjodoh dengan kita."

Semua rasa sakit hati sudah Dhea luapkan di ruang rapat kosong itu. Kini, yang tersisa di dada Dhea hanyalah amarah yang menggelegak. Orang-orang ini benar-benar menganggapnya bodoh!

"Yordan, kamu sengaja ingin menyakitiku?" Suara Dhea bergetar, jelas sekali dia sangat marah.

Mendengar itu, Yordan sedikit mengernyit. Dia tak menyangka Dhea akan menolak begitu keras. Dia pun panik dan menjelaskan, "Sayang, jangan marah."

"Kamu tahu Keluarga Furama nggak bisa tanpa penerus. Aku juga lihat kamu masih sedih karena anak kita yang meninggal itu, jadi aku terpaksa menyetujui permintaan Ibu. Kalau kamu nggak suka, aku akan segera suruh orang mengirimnya kembali!"

Semua orang tahu Yordan sangat mencintai Dhea. Prinsipnya selalu Dhea adalah yang utama. Seperti sekarang, meskipun itu adalah anak kandungnya sendiri, selama Dhea tidak suka, dia akan langsung mengusirnya.

Namun, justru sikap pilih kasih semacam itu yang membuat Dhea benar-benar muak. Dia baru akan berbicara, tetapi anak bernama Rafael itu tiba-tiba cemberut dan menangis keras.

"Dasar wanita jahat! Papa, kenapa Papa bersama wanita jahat ini? Papa sudah nggak mau sama aku lagi ya?"

Tangisan anak itu begitu nyaring, membuat kepala Yordan berdenyut. Dia langsung membentak, "Rafael! Siapa yang mengajarimu bicara omong kosong begitu! Kalian semua sudah mati ya? Cepat bawa dia kembali ke kamar!"

Beberapa pelayan segera maju, dengan gugup membawa Rafael yang menangis tak henti masuk ke kamar.

Larissa juga terlihat panik, buru-buru meminta maaf, "Tuan, semua ini salahku. Tolong jangan salahkan Tuan Muda."

Sambil berbicara, dia melirik Yordan dengan tatapan penuh rasa iba, seolah-olah cukup untuk membuat pria itu luluh.

Yordan menghela napas, nada suaranya melunak. "Aku nggak menyalahkannya. Dia masih anak-anak, nggak ngerti apa-apa. Cepat urus dia."

Semua itu terlihat jelas oleh Dhea dan hatinya semakin membeku. Dia menepis tangan Yordan, lalu langsung naik ke lantai atas, menutup pintu kamar, dan membiarkan Yordan terhalang di luar.

Yordan berdiri di depan pintu. Hatinya penuh rasa frustrasi, tetapi dia tetap mencoba menenangkan dengan sabar, "Sayang, semua salahku. Besok pagi aku akan mengirim anak itu pergi. Kalau kamu nggak ingin aku menemanimu, nggak apa-apa. Kamu istirahat saja, besok kita bicara lagi."

Dhea duduk bersandar di balik pintu, mendengar langkah Yordan menjauh. Rasa sakit di dadanya sudah tak terasa. Dikirim pergi atau tidak, apa bedanya? Ikatan darah tidak mungkin terputus. Pada akhirnya, yang seharusnya pergi adalah dirinya!

Dhea tak menjawab, hanya mengunci pintu. Bersandar sendirian pada pintu yang dingin, mendengar langkah kaki pria itu menjauh. Tubuhnya akhirnya tak kuat lagi dan dia jatuh terduduk ke lantai.

Dia hanya merasa lelah, tubuh dan hatinya sama-sama hancur. Tak tahu berapa lama kemudian, ponselnya berbunyi. Dia membuka layar dengan ekspresi datar, lalu mendapati ada permintaan pertemanan dari orang asing. Itu dari Larissa.

[ Nyonya, karena kamu yang mengusir suamimu dari kamar, jangan salahkan dia kalau datang ke tempatku. ]

Mata Dhea terbelalak. Dia segera bangkit dan melangkah keluar kamar. Dari kejauhan, terlihat cahaya redup dari ruang kerja di ujung lorong lantai dua.

Pintu sedikit terbuka, dari celah terdengar suara manja seorang wanita. "Yordan, sakit lho ...."

Kemudian, terdengar dengusan seorang pria dan suara beratnya. "Takut sakit, tapi masih berani menggodaku? Kamu ini sudah punya anak, tapi masih nakal."

Seketika, tubuh Dhea dingin membeku. Darahnya seolah-olah berhenti mengalir. Tak pernah dia duga, Yordan begitu tidak sabar!

Suara dari dalam terus berlanjut. Larissa menahan desahan sambil berucap, "Aku cuma lihat kamu dibuat kesal sama istrimu, jadi aku ingin menghiburmu."

"Kalau memang genit, jangan cari alasan. Ingat, kalau mau Rafael tetap tinggal di Keluarga Furama, jangan bikin istriku marah."

Dhea tak sanggup lagi mendengarkan. Dia bahkan tak tahu bagaimana dirinya bisa kembali ke kamar.

Begitu masuk, dia langsung berlari ke kamar mandi, berpegangan di wastafel, lalu muntah dengan hebat. Perutnya sampai sakit. Setelah itu, dia perlahan menegakkan tubuh, menatap pantulan dirinya yang tampak berantakan di cermin.

Air matanya sudah habis. Dia adalah putri sulung Keluarga Prawita. Statusnya sangat tinggi. Dia tidak seharusnya sampai di titik serendah ini.

Dhea tak tahu berapa lama dirinya berdiam di kamar mandi. Hingga fajar menyingsing, barulah dia kembali ke ranjang. Kali ini, giliran dia yang tak lagi menginginkan pria itu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 19

    Larissa benar-benar telah kehilangan kewarasannya. Sejak awal, dia memang kabur dari rumah sakit jiwa. Ditambah kali ini melukai Yordan, tentu saja Anindya tidak mungkin melepaskannya begitu saja.Akhirnya, karena tangisan dan permohonan Rafael, Anindya memilih mengurung Larissa di loteng rumah tua Keluarga Furama. Setiap hari ada orang yang berjaga dan tidak membiarkannya keluar untuk menimbulkan masalah lagi.Sementara itu, kondisi Yordan di rumah sakit juga masih belum stabil. Sebagian besar waktu Anindya dihabiskan untuk merawat Yordan, sehingga dia tidak terlalu memperhatikan keadaan Larissa lagi.Para pembantu di rumah pun tidak menyukai Larissa, sehingga mereka memperlakukannya dengan asal-asalan. Mereka hanya mengantar dua kali makan sehari sesuai jadwal. Soal dia mau makan atau tidak, sudah bukan urusan mereka.Hingga suatu hari, seorang pembantu tiba-tiba menyadari bahwa makanan yang dibawanya sudah tiga hari berturut-turut tak pernah tersentuh.Ketika dia mendorong pintu dan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 18

    Di dalam negeri, Keluarga Furama.Saat Yordan buru-buru kembali, dia melihat Larissa dengan rambut berantakan, pakaian kusut, wajah penuh noda dan jejak air mata. Seluruh tubuhnya tampak seperti iblis yang baru keluar dari neraka.Dalam pelukannya, dia mencengkeram Rafael dengan erat, lalu mengurung diri di sebuah kamar. Tak peduli siapa pun yang mencoba membujuk, dia sama sekali tidak mau membuka pintu.Melihat Yordan pulang, Anindya seolah-olah mendapatkan harapan. "Yordan, Larissa sudah gila. Tapi Rafael nggak bersalah, kamu harus segera menyelamatkan Rafael!"Wajah Yordan tampak lelah, kedua matanya yang penuh keletihan tampak merah padam. Dia mengangguk pelan, lalu langsung memerintahkan orang untuk mendobrak pintu dan melangkah masuk dengan tenang."Larissa, bukannya kamu ingin bertemu denganku? Sekarang aku sudah datang, lepaskan Rafael!"Larissa yang berada di dalam kamar mendadak menengadah dan menatap mata Yordan, lalu tertawa terbahak-bahak."Hahaha ...." Dia tertawa dengan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 17

    "Kamu sudah sadar." Suara Dhea tenang dan dingin, seakan mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan berpapasan.Yordan sampai gemetar karena terlalu bersemangat. Selama sebulan penuh dia tidak melihat Dhea, rindu yang menyesakkan itu hampir membuatnya gila. Kini, dia akhirnya bisa menatap wajah Dhea dan mendengar suaranya lagi. Perasaan rindu itu seketika meluap tak tertahankan.Dengan mata yang memerah, Yordan tiba-tiba bangkit dan merengkuh Dhea erat dalam pelukannya. "Dhea, ini benar-benar kamu .... Dhea, aku sangat merindukanmu." Suara Yordan rendah dan serak, sarat akan kerinduan dan cinta yang tak terbendung.Tubuh Dhea sedikit menegang, lalu dia mendorong Yordan dengan kuat. "Yordan, kita sudah bercerai!"Melihat pelukan yang tiba-tiba hampa, tatapan Yordan seketika dipenuhi kepedihan. "Dhea, aku nggak setuju sama perceraian itu," ucapnya cemas dan berusaha memperbaiki keadaan. "Hari itu aku sedang mabuk, aku sama sekali nggak sadar bahwa yang kutandatangani adalah surat cer

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 16

    Dari balik taman, Yordan menatap Dhea dari kejauhan. Mata kelamnya penuh dengan perasaan mendalam, seolah ingin mengukir sosok wanita itu ke dalam hatinya.Namun, Dhea hanya menatapnya dengan tenang. Rasa berdebar dan sakit hati yang dulu begitu kuat, saat ini semuanya telah berubah menjadi kehampaan.Dengan sikap tak peduli, dia menutup jendela dan mengalihkan pandangan dari wajah yang kini hanya membuatnya muak.Tak lama kemudian, seorang pelayan bergegas datang. "Nona Dhea, di depan ada seorang Pak Yordan yang ingin bertemu dengan Anda."Tatapan Dhea tetap datar dan suaranya terdengar dingin, "Aku nggak mau bertemu. Suruh dia pergi."Pelayan itu langsung mengangguk dan pergi, lalu tak pernah lagi menyebutkan nama pria itu. Dhea pun menghapus sosok pria itu dari pikirannya.Sampai menjelang senja, saat suara hujan terdengar deras di luar jendela, Laura pun terbangun. Kondisinya sudah jauh lebih baik, sifat cerianya kembali muncul. Dia menempelkan wajah mungilnya ke kaca jendela, lalu

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 15

    Larissa dipaksa menggugurkan anaknya. Saat tubuhnya masih lemah, dia malah dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Dengan hati yang sudah mati rasa, dia terbaring di ranjang. Wajahnya pucat pasi, seakan seluruh tenaga telah disedot habis.Yordan muncul di hadapannya. Dia menghantamkan tumpukan bukti itu ke wajah Larissa. "Kamu benar-benar mengira semua yang kamu lakukan nggak akan ketahuan? Bahkan anak kandungmu sendiri pun sanggup kamu celakai. Kamu sama sekali nggak pantas disebut seorang ibu!"Melihat foto dan dokumen itu, wajah Larissa langsung pucat. Dia sadar semua perbuatannya sudah terbongkar. Bibirnya bergetar hebat. Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa keluar.Tatapan Yordan begitu dingin, matanya tampak hitam pekat. "Larissa, aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali, tapi kamu malah memilih merusak dirimu sendiri. Mulai sekarang, jangan pernah bermimpi bisa bertemu Rafael lagi seumur hidupmu. Habiskan sisa waktumu dengan tenang di rumah sakit jiwa i

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 14

    Yordan diusir oleh Keluarga Prawita dengan membawa semua bukti. Dia tahu dirinya harus memberi Keluarga Prawita sebuah penjelasan. Kalau tidak, bukan hanya Mahesa yang tidak akan mengizinkannya bertemu Dhea, bahkan dia sendiri pun tidak berani untuk menemui Dhea.Langit di luar berubah mendung. Awan hitam yang kelam seolah hendak runtuh menimpa bumi. Di sepanjang perjalanan menuju rumah lama Keluarga Furama, ekspresi Yordan tampak sangat muram.Para tamu sudah pergi. Dia langsung menerobos masuk ke kamar Larissa dengan penuh amarah. "Larissa, aku sudah memperingatkanmu! Kalau kamu ingin Rafael tetap tinggal di Keluarga Furama, jangan pernah membuat Dhea merasa tersakiti!"Tangannya mencengkeram leher Larissa, genggaman itu semakin kuat. "Kenapa kamu masih berani mendekatinya? Apa sebenarnya maksud dari surat perjanjian cerai itu!"Mata Yordan memerah, tatapannya sudah tak menyisakan kelembutan sedikit pun, seolah ingin melahap wanita di hadapannya hidup-hidup. Wajah Larissa memerah. De

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status