Share

Bab 8

Author: Ricny
last update Huling Na-update: 2023-06-08 10:14:05

Suara deru mobil Fras terdengar khas di telinga Laura, wanita berusia 27 tahun itu gegas berlari menuju pintu rumah.

Dengan wajah berseri ia menyambut kedatangan suami tercintanya, dibukanya pintu rumah lebar-lebar. Dan betapa kagetnya ia saat ia melihat suaminya itu datang bersama seorang anak kecil.

"Siapa ini, Mas?" tanya Laura cepat.

"Kenalin, ini Zehra." Fras tersenyum lebar pada istrinya.

Laura membalas sekenanya, ia masih bingung.

"Zehra? Ya tapi ini anak siapa, Mas?" tanyanya lagi.

"Anakku lah, anak siapa lagi?"

Wajah Laura mendadak tegang, "an-nakmu?"

Fras tertawa lebar, "aku cuma bercanda, Sayaang," kekehnya seraya mengelus pipi Laura.

Cepat Luara tepis tangan Fras, "isshh kamu ini, bercandanya gak lucu," dengusnya seraya masuk ke dalam rumah.

"Iya iya deh maaf. Oh ya, kenalin, ini Zehra, anaknya Art baru di rumah, Mami."

"Art? Emang ada Art baru di rumah, Mami?"

"Ada Sayang, baru datang kemarin katanya."

"Ouuh, tapi kok bisa kamu bawa anaknya ke sini? Emang emaknya gak marah?" tanya Laura lagi.

"Enggaklah, 'kan tadi Mami yang minta tolong aku supaya aku bawa Cela beli baju, kasihan katanya bajunya udah pada lusuh dan kotor."

"Oooh gitu." Laura meneliti gadis kecil yang tengah duduk di tengah-tengah mereka itu dari atas hingga bawah.

"Ya ampuun kasihaan banget kamu, Nak," gumam Laura seraya mengelus dagu Zehra lembut.

"Lebih kasihan tadi, pas dia lagi enak-enak makan masa tadi dia sengaja bungkusin makanannya cuma biar bisa ngasih emaknya, aku sampe sedih, apa sebegitu kekurangannya mereka?"

"Heh ya ampun, masa sih?"

"Iya beneran."

Laura mengembuskan napas berat.

"Aku pikir kamu bawa anak dari wanita lain, Mas," celetuk Laura seraya tak henti memandangi wajah Zehra.

Sementara Fras tertawa lagi, "wanita lain yang mana? Nagco ah."

Lanjut mereka mengobrol, Fras menceritakan semua yang diceritakan mertuanya saat tadi di rumah.

"Kasihan Cela ini, kata Mami si Dewi mamahnya kelihatannya galak banget, baru sehari mereka di rumah Mami, tapi Mami udah denger Cela dimarahin terus, Cela juga katanya kayak gak diurus dengan baik, pas Cela baru sampe rumah Mami, Mami sampe harus potongin kukunya karena gak tega ngelihat kuku anak ini kotor banget kayak gak diperhatikan," ujar Fras panjang lebar.

"Oh ya ampuun, kasihan banget." Laura mengelus rambut lengket Zehra.

"Mas, kamu habis bawa dia belanja 'kan? Kenapa gak sekalian ke salon aja sih? Kasihan banget rambutnya aja udah lengket gini, ini sih kayak gak disampo seminggu lebih," kata Laura lagi.

"Mana mau aku, malu lah, masa bapak-bapak bawa anak ke salon tanpa emaknya," balas Fras seraya menyenderkan bobotnya ke sofa.

Laura hanya menggeleng-geleng kepala lalu mengajak Zehra bicara.

"Sayang, kamu udah mandi belum?"

Zehra menggeleng.

"Ya sudah, sekarang Zehra mandi dulu sama Tante ya."

Zehra mengangguk. Gegas Laura pun membawa Zehra ke kamar mandi, diisinya bathtub hingga terisi setengah, mata Zehra berbinar melihat air banyak seperti kolam itu, ia sudah tak sabar ingin masuk ke dalam.

"Zehra mau masuk?"

"Iya, Tate."

Cepat Laura mengangkat bobot Zehra dan mendudukannya di dalam bathtub itu. Zehra senang sekali, gadis kecil itu memainkan air dengan riangnya.

Laura sampai senyum-senyum sendiri melihatnya, lebih-lebih selama ini ia memang menginginkan momen-momen seperti itu di rumahnya.

"Zehra pakai sampo dulu ya, rambutnya udah lengket banget itu."

Zehra mengangguk.

Dicucinya rambut Zehra hingga bersih dan wangi, tak lupa Laura juga membersihkan seluruh tubuh Zehra dengan spons khusus.

"Hmmm wani Tate."

"Iya, wangi ya? Zehra kalau mandi suka dipakein sampo gak sama mamanya?"

"Enda Tate, katanya campo mahal, Mamah tak bica beyi," jawabnya polos.

"Hah, apa? Samponya mahal?"

"Iya, Tantee."

Laura melengos.

Apa segitu gak punyanya hidup mereka itu? Sampai sampo anak aja katanya mahal. Gumam Laura dalam hati.

Selesai membersihkan rambut Zehra, Laura menatapi gadis kecil yang sedang asik main air di bathtub itu, badannya kurus, rambutnya acak-acakan dan lengket, kulitnya berisisk seperti tak bernutrisi, sebuah pemandangan yang membuatnya begitu merasa iba.

"Kasihaan, andai anak ini adalah anakku, pasti akan kuberikan dia segalanya," ucap Laura pelan seraya menarik napasnya dalam.

Setelah selesai mandi, Laura membawa Zehra ke kamarnya, dipakaikannya lagi baju baru yang tadi Fras belikan itu.

Zehra menepuk-nepukan tangan sambil menciumi baju barunya. Gadis kecil itu terlihat sangat senang sekali.

"Zehra seneng ya pakai baju baru?"

Zehra mengangguk, "ceneng baneeet."

Laura mengulum senyum. Buru-buru ia pun mendandani Zehra. Ia ingat kata suaminya tadi Zehra harus segera dibawa pulang.

Sebetulnya Laura masih ingin bermain bersama gadis kecil itu, tapi dia tidak bisa apa-apa.

Kapan-kapan sajalah aku ke rumah Mami, aku ajak Zehra main berdua. Gumamnya dalam hati.

Setelah didandani, Zehra digendong Laura menuju teras, Fras sudah menunggu di sana.

"Sudah selesai?"

"Udaah dooong."

"Hmm, y ampuun wangi banget ini Cela sekarang."

Fras mengambil alih Zehra ke dalam gendongannya.

"Mas, apa gak nanti aja dulu pulangnya? Aku masih mau main sama Zehra."

"Loh 'kan kamu lagi banyak kerjaan, Sayang, gak apa-apa nanti kita bakal sering-sering ke rumah Mami, nanti kita main di rumah Mami sama Cela, ya 'kan Cel?" Fras mencubit lembut hidung gadis kecil itu.

"Hmm ya udah deh, Zehra Sayang nanti main lagi sama Tante ya."

"Ote Tate."

"Oh ya, ini ada cake buat Zehra, nanti dimakan di sana ya." Laura memberikan sekotak kecil cake mahal yang dipesannya tadi pagi. Niatnya untuk jadi makanan di sela-sela santai, tapi karena Zehra datang, ia belum sempat memakannya.

"Ya udah, aku ke rumah Mami sebentar ya," kata Fras.

Laura mengangguk, Fras pun gegas mengantar Zehra pulang.

-

-

-

Mobil Fras memasuki gerbang rumah Nyonya Trissy. Zehra cepat bersiap untuk turun, ia mengambil cake pemberian Laura dari dashboard mobil. Gadis kecil itu sangat bersemangat karena akan memakan cake enak bersama Dewi.

"Sayang ... Om hanya antarkan sampai sini ya, karena tadi Om udah ketemu mertua Om, jadi Om mau langsung pulang aja, kamu masuk sama Pak Nes ya."

Zehra mengangguk. Fras cepat memanggil Pak Nes.

"Pak, tolong antarkan Zehra ke dalam ya, saya mau langsung pulang aja."

"Oh siap, Tuan."

Setelah Fras kembali pulang, Pak Nes cepat membawa Zehra ke teras.

Ning nong!"

Dewi yang mendengar suara bell, gegas membuka pintu.

"Kamu? Kirain siapa," ketusnya seraya melirik ke arah Zehra dengan tatapan dingin.

"Zehra nih Dew, udah ya Pak Nes mau balik ke pos."

"Ya Pak, makasih."

Pak Nes setengah berlari kembali ke pos. Sementara Dewi menarik kasar tangan Zehra masuk ke dalam.

"Dari mana aja kamu, hah?! Enak banget ya kamu malah jalan-jalan, sedangkan aku di sini kerja banting tulang cuma buat ngasih kamu makan!" semburnya.

Zehra langsung ketakutan. Gadis kecil itu bahkan tidak bisa berkata apa-apa saat ibunya itu mulai murka.

"Sini kamu!"

"Aw ampun Maaah, ampuun."

"Diem! Gak ada kata ampun buat kamu, biar tahu rasa kamu ya anak sial!"

Brukk!

Zehra jatuh karena didorong kasar ke lantai kamar.

"Mamaaah atiiit!" Zehra refleks menangis.

"Dari mana aja kamu, hah?! Gak bapak gak anak semua sama, sama-sama pengen enak sendiri doang! Sedangkan aku harus nerima kenyataam hidup yang gak enak akibat kehadiran kalian!" sentak Dewi tanpa ampun.

Zehra menggeleng-geleng ketakutan.

"Sini kamu!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Zehra dipukuli, ditendang dan dicubit sampai menjerit-jerit. Dewi benar-benar emosi, dia merasa dia tak bersalah sedikitpun meski harus menyakiti gadis kecil itu berkali-kali, karena ia pikir penderitaan yang ia terima akibat kehadiran Zehra lebih sakit dari apa yang Zehra rasakan sekarang.

"Ampuum Maaah ... ampuum."

"Rasain kamu anak gak tahu diri!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Setelah puas menyakiti Zehra, Dewi pergi dari kamarnya. Sementara Zehra terkapar di lantai dengan luka-luka lebam di sekujur tubuh.

Mata kecilnya masih terbuka, tapi tubuhnya yang kurus itu tak kuat lahi bahkan hanya untuk duduk. Zehra hanya bisa menangis sambil memandangi cake yang tadi ia bawa sudah berantakan di lantai. Gadis itu merasa sangat sedih, padahal ia semangat sekali membawa cake itu agar bisa dimakan berdua dengan ibunya, tapi perlakuan yang ia dapatkan justru membuatnya tak berdaya seperti itu.

-

Satu jam lamanya Zehra terkapar di lantai, barulah ia bisa duduk walau sakit di sekujur tubuhnya belum hilang.

Zehra terisak lagi, ia benar-benar tak berdaya sampai akhirnya dia hanya bisa memeluk lututnya di pojokan kamar.

"Mbaaah, Cela mau puyaaang," lirihnya pelan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rida Rezkia
pnasarAn gimana riaksi klo tau mantan ny adlh mantu majikakn ny...🫣
goodnovel comment avatar
Samsia Wajo
ceritanya bagus bangat
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 106

    Fras mengangguk. Dia agak merasa heran dengan pertanyaan Nyonya Nagita yang mendadak seperti memperdulikan Dewi."Ya Tuhan Fras bisa-bisanya kamu nyuruh Dewi pulang sendirian. Kasihan dia, ini udah malem. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"Fras terbelalak. Antara haru dan tak percaya matanya sampai berkaca-kaca."Sana pergi, antarkan dia pulang," titah Nyonya Nagita.Fras mengerjap dan refleks bangkit mengejar Dewi keluar. Tapi sayang rupanya Dewi sudah pergi naik angkot."Ah udah gak ada pula," dengus Fras.Dia pun terpaksa kembali ke ruangannya Nyonya Nagita."Loh kamu kok balik lagi aja?""Dewi udah pergi, Ma. Dia udah naik angkot kayaknya.""Yaah telat kamu Fras."***Seminggu kemudian. Di hari minggu. Zehra dan Dewi kebetulan sedang libur jadi mereka semua sedang ada di rumah.Tok tok tok."Ceel, bisa tolong bukain pintu? Mama lagi nyapu Sayaang!" teriak Dewi."Ote, Mamah."Zehra gegas berhambur ke depan.Kreet."Papaaa. Opaaa." Gadis kecil itu tersenyum lebar dan langsung b

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 105

    Nyonya Nagita lalu bangkit. Perutnya terasa lapar. Dia baru ingat dari pagi dia belum makan apa-apa. "Ah meningan aku nyari makan ke jalan raya," katanya.Nyonya Nagita jalan tergesa ke jalan raya. Dan saking tergesanya dia sampai tak memperhatikan lalu lalamg mobil yang sedang ramai hingga akhirnya ia terserempet mobil.Bughh. Gedebussh."Aaaa!"Dalam sekali hantaman Nyonya Nagita langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke bahu jalan sampai keningnya sobek dan mengeluarkan darah yang tak sedikit.Sontak saja semua orang yang ada di sekitar sana langsung berlari mengerubungi Nyonya Nagita."Eh ada kecelakaan ada kecelakaan.""Ada apa itu Dew?" Koh Liem yang melihat orang-orang berlarian depan tokonya ikutan panik."Gak tahu Koh, mungkin ada kecelakaan. Coba Dewi lihat dulu boleh gak Koh?""Ya udah sana sana."Karena penasaran, Dewi gegas lari ke arah orang-orang yang sedang berkerubung."Bawa aja bawa ke rumah sakit.""Tapi siapa yang bakal tanggung jawab? Mana gak ada yang k

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 104

    "Ya sudah Pak, boleh. Saya izinkan Bapak menjemput Zehra pulang sekolah tapi itu pun kalau gak merepotkan Bapak.""Terimakasih Dew." Pak Indra mengecup pucuk kepala Zehra.Gadis kecil itu hanya tersenyum membalasnya.***Esok harinya Pak Indra benar-benar menjemput Zehra. Pria itu merasa sangat bahagia sebab impian di masa tuanya terkabul bahkan lebih cepat dari dugaannya. Sepulang menjemput Zehra, Pak Indra juga menyempatkan diri bermain dengan cucu satu-satunya itu sampai lewat tengah hari. Pria itu benar-benar menikmati hidupnya bersama Zehra.Walau sekarang hidupnya kekurangan bahkan cenderung miskin, ia sudah tak peduli lagi. Baginya yang terpenting sekarang adalah dia selalu melihat dan bertemu Zehra setiap hari.Sebab hal itu adalah kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan dari manapun. "Cel ... Opa pulang dulu ya, Cela istirahat 'kan capek main terus dari tadi.""Iya, Opa. Tapi eman Cela tak boyeh itut Opa puyang te lumah Opa?""Nanti ya Nak, sekarang belum saatnya. Nanti kalau

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 103

    Zehra mengangguk polos."Terus selain ngasih permen Opa Indra ngapain lagi? Dia pasti marahin Mama sama Opa ya?" tanya Fras lagi. Perasaannya mendadak cemas karena kedatangan papanya ke kontrakan Dewi."Eendaa. Opa Indla baik, Opa Indla tak malahin Mamah cama Mbah, Opa cuma main cama Cela," jawab gadis kecil itu apa adanya.Kening Fras mengerut. Ia masih tak percaya. Karena penasaran pria itu pun gegas ke dalam menemui Dewi."Dek, apa bener tadi Papa ke sini?""Iya, Mas.""Mau apa dia? Pasti Papa mau jahatin kamu ya?" tembak Fras.Dewi menggeleng cepat. "enggak Mas, Papamu gak jahatin aku. Beliau ke sini justru mau minta maaf soal kejadian kemarin sore karena aku dimarahin sana mama kamu. Oh ya, papa kamu juga main sama Zehra sampai siang. Aku gak nyangka Mas, ternyata beliau sesayang itu sama Zehra. Papamu mau nerima Zehra sebagai cucunya," jawab Dewi panjang lebar.Fras mengembuskan napas lega."Oh ya? Mas sampe gak percaya, kok bisa tiba-tiba Papa jadi baik sama kamu dan Zehra? Buk

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 102

    "P-pagi." Dewi langsung gugup. Perasaannya berubah tak karuan."Boleh saya masuk?" Pak Indra tersenyum ramah."Oh ya, ya silakan, Pak," katanya.Pak Indrapun gegas masuk dan duduk di kursi sederhana yang ada di kontrakan Dewi."Ad-da apa ya, Pak?" Dewi makin gugup.Pak Indra mengulum senyuman lebar."Oh iya. Begini. Sebetulnya saya datang ke sini karena saya mau minta maaf sama kamu atas perlakuan istri saya kemarin sore," jawabnya.Dewi menunduk, "gak apa-apa Pak, gak usah dipikirin saya makum kok."Mbah Asti keluar dari dapur."Ada siapa Dew?" tanyanya. Dan keningnya langsung mengerut saat wanita tua itu melihat pria paruh baya tengah duduk bersama putrinya.Sementara Pak Indra menggangguk sopan pada Mbah Asti, "selamat pagi, Bu.""Ya selamat pagi. Maaf Anda siapa ya?" tanya Mbah Asti.Dewi menoleh, "Ibu ini ... ini Papanya Mas Fras," ucapnya.Sama halnya dengan Dewi tadi, perasaan Mbah Asti juga mendadak tak karuan saat tahu yang datang adalah papanya Fras.Mau apa dia datang ke si

  • Anak yang Tak Diinginkan   Bab 101

    "Mas cuma pengen tahu, Dek. Kalau Adek cinta sama Mas, harusnya Adek itu enggak perlu ragu, malu ataupun nolak rencana pernikahan kita."Dewi menarik napas berat, "aku itu bukan ragu, malu ataupun nolak Mas, aku cuma lagi berusaha berdamai aja sama keadaan aku yang baru. Pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan Mas, kita gak bisa memaksakan kehendak kita sementara orang-orang di sekitar kita kita abaikan begitu aja. Lebih-lebih orang tua kamu. Aku tahu cara mereka mungkin salah, tapi usaha mereka untuk memisahkan kita itu adalah bukti rasa sayang mereka sama kamu Mas, mereka itu gak mau kamu sampai salah langkah dan menikahi orang yang gak tepat," ujar wanita itu panjang lebar.Fras bergeming dengan napas kasar. Kadang ia juga tak percaya wanita di hadapannya itu sekarang sudah berubah banyak sekali. Lebih bijak, lebih dewasa dan lebih pendiam tentunya."Yuk sayang buruan makannya, kita harus pulang, takut Mbah nungguin," ucap Dewi lagi pada Zehra."Ote, Mamah."Selesai makan da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status