Anak yang Tak Diinginkan

Anak yang Tak Diinginkan

By:  Ricny  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
106Chapters
20.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Hanya karena saat mengandung Dewi ditinggal kabur oleh suaminya, wanita itu sangat membenci anaknya. Zehra kerap diperlakukan kasar dan tak berperikemanusiaan. Sampai satu hari Zehra bertemu dengan keluarga baru ayahnya yang bisa memberinya kasih sayang utuh, barulah Dewi merasakan penyesalan. Akankah Zehra mau kembali pada Dewi?

View More
Anak yang Tak Diinginkan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
rosirostiana100
Kasian amat jadi Zehra ya Tuhan. Biar ku adopsi aja kalau deket.
2023-07-06 17:35:17
1
106 Chapters
Bab 1
"Mah, cela mau cekolah," rengek gadis kecil bertubuh kurus saat melewati gerbang taman kanak-kanak dan PAUD.Sepasang mata kecilnya terus menatap ke arah taman, di mana ada beberapa anak yang sedang main perosotan dan ayunan dengan riangnya. Sementara langkah kakinya sedikit terseret karena harus mengimbangi langkah wanita yang tengah jalan bersamanya."Apa sih nyusahin aja! Boro-boro sekolah, udah bisa makan aja kamu tuh harusnya bersyukur!" sentak Dewi, wanita muda berusia 21 tahun sambil menepis kasar tangan mungil anaknya itu."Aw Maah, cakiit." Zehra meringis."Gak usah sok manja, awas!" sentak wanita bernama Dewi itu lagi.Zehra mundur selangkah, sementara Dewi gegas menggelarkan barang dagangannya di emperan jalan dekat pagar sekolah."Mau makan gak entar siang? Kalau mau makan cepet beresin nih mainan! Biar anak-anak yang mau sekolah pada beli.""Iya, Mah." Gadis kecil berusia tiga tahun yang enam bulan lagi akan berulang tahun ke empatnya itu mengangguk, lalu dengan cepat ia
Read more
Bab 2
"Zehra sinii!" Seorang pria paruh baya memanggil gadis yang sedang memegangi perutnya karena lapar itu.Sekitar lima meter dari tempat Zehra duduk berjualan, ada seorang pedagang cilor. Muhid namanya, pria paruh baya itu kerap memperhatikan Zehra dari kejauhan."Sinii," panggilnya lagi.Zehra bangkit dan gegas berlari ke arahnya dengan riang."Iya Pamam, ada apa?""Zehra laper ya?"Zehra mengangguk sambil refleks memegangi perutnya."Ini, Zehra makan roti aja dulu." Paman Muhid memberikan roti cokelat yang sengaja ia beli di dekat rumahnya. Rasa iba yang membuat Paman Muhid tak tega membiarkan Zehra hanya memegangi perutnya ketika lapar tiap kali jualan, yang membuat hati Paman Muhid tergerak membeli roti untuk gadis kecil itu."Cela boleh matan?" Zehra bertanya dengan mata yang berbinar, seperti mendapatkan sesuatu yang berharga padahal hanya sepotong roti."Ya, makanlah." Paman Muhid mengangguk.Tanpa menunggu lagi, dilahapnya roti berisi cokelat itu hingga cokelatnya bleberan ke p
Read more
Bab 3
"Ya ya ya terserah Ibu aja, Ibu gak ngerasain apa yang Dewi rasain, jadi mudah aja Ibu ngomong gitu.""Kata siapa Ibu gak ngerasain, hah? Selama ini Ibu menderita karena ulahmu!"Dewi dan Mbah Asti beradu mulut sampai membuat Zehra diam ketakutan, gadis kecil itu lalu turun dari daster Mbah Asti."Mbah, kenapa malah-malah?" tanyanya sambil mengelus kedua pipi Mbah Asti.Wanita tua itu menarik napas panjang dan berusaha menormalkan diri secepat mungkin."Enggak Sayang, Mbah gak lagi marah, Cela masuk dulu ke dalam yah, lihat tv." Mbah Asti sengaja menyuruh Zehra masuk agar gadis itu tak melihat dia sedang bersitegang dengan Dewi."Oh oke, Mbah." Zehra mengangkat kedua jempol mungilnya, lalu masuk ke dalam rumah sambil berlari-lari kecil."Kalau kamu marah sama suamimu jangan lampiaskan pada Zehra, sana cari suami kamu itu, lagipula semua ini 'kan karena kesalahanmu juga." Mbah Asti kembali bicara."Kok Ibu jadi nyalahin Dewi begini sih?""Ya jelas Ibu salahin kamu, mau salahin siapa la
Read more
Bab 4
Bus berhenti di terminal tujuan. Zehra dan Dewi pun gegas turun."Kata Ibu abis dari terminal ini aku naik ojek." Dewi bergumam sendiri sambil memindai sekelilingnya, wanita itu mencari pangkalan ojek yang dimaksudkan Mbah Asti."Nah itu dia."Cepat, ditariknya kasar tangan Zehra hingga gadis kecil itu terseret-seret sambil mengaduh kesakitan."Aduuh ... cakit Mah, cakit tangan Cela.""Udah gak usah manja, biar cepet sampe kamu gak usah banyak ngeluh." Dewi benar-benar tak peduli walau Zehra capek ataupun sakit. Baginya, Zehra hanyalah beban, beban peninggalan suaminya yang kabur empat tahun silam."Ah sial, bakal aku kasih nih anak sama bapaknya kalo entar ketemu," dengusnya sambil mempercepat langkah.Sampai di pangkalan ojek, Dewi buru-buru menunjukan alamat yang akan dia tuju."Bang, bisa antar ke alamat ini?""Bisa Mbak, ayo." Abang ojek gegas memakai helm dan menyalakan motornya."Ini anaknya?" tanya abang ojek saat Dewi tengah sibuk memakai helm juga."Bukan, ini anak orang,
Read more
Bab 5
"Ya bisa, asal kamu tetep harus utamain Zehra dibanding pekerjaanmu nantinya." Dewi terkejut, dia tak habis pikir, bisa-bisanya ada orang sebaik Nyonya Trissy. Di saat pada umumnya majikan meminta agar pegawainya lebih mengutamakan pekerjaan, ini malah urusan anak sendiri yang harus dinomor satukan. Luar biasa."Tapi sekarang kalian istirahat aja dulu, ya."Dewi mengerjap. Sementara Nyonya Trissy bangkit dari posisinya, mengajak Dewi dan Zehra ke kamar belakang."Kalian tidur di sini gak apa-apa 'kan?"Dewi celingukan sebelum menjawab pertanyaan Nyonya Trissy. Kamarnya cukup luas dan bersih, sudah lengkap dengan kasur, Ac dan lemari juga. "Gak apa-apa Nyonya. Kami bisa tidur di mana saja." Cepat, Dewi duduk di atas kasur empuk itu, Zehra mengikutinya."Ya sudah kalian istirahat aja dulu ya," kata Nyonya Trissy lagi.Dewi cepat menggeleng, "tapi Nyonya saya udah istirahat tadi di posnya Pak Nes, sekarang mau langsung kerja saja." "Beneran kamu mau langsung kerja?""Beneran, Nyonya
Read more
Bab 6
"Gak apa-apa Nyonya, kapan-kapan aja." Dewi mendadak tak bersemangat, dia masih terbayang wajah Fras saat tadi dia melihatnya di dalam mobil mewah.***Jam dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam, tapi gadis kecil bernama Zehra itu masih belum bisa tidur. Dia gelisah, berbalik ke kanan dan kiri sampai berpuluh kali.Biasanya kalau di kampung, Zehra tidur dengan Mbah Asti, wanita tua itu akan menyanyikan lagu sebelum tidur atau berdongeng untuk Zehra sampai gadis kecil itu terlelap, tapi kali ini tidak ada yang bisa melakukannya, itulah sebabnya Zehra belum bisa tidur walau sudah larut malam.Ditatapnya Dewi yang sudah terlelap di atas kasur, sementara Zehra hanya tidur di bawahnya dengan alas seadanya."Aduh pelut Cela lapel," ringis Zehra sambil memegangi perutnya.Gadis kecil itu pun bangkit, gara-gara dia belum bisa tidur, akhirnya perut dia terasa lapar."Bagaimana Cela bisa matan?"Zehra bingung sendiri, dia ingin membangunkan Dewi untuk minta tolong, tapi dipikirnya lagi be
Read more
Bab 7
Nyonya Trissy agak kesal.Dewi mengerjap, "oh itu anu Nyonya ... tadinya mau saya kasih, tapi tadi Zehra keburu tidur." Dewi beralasan."Ya sudah, besok-besok kamu tawari sore hari aja biar gak kelewat kayak gini, paham?""Baik, Nyonya."***Pagi-pagi sekali sebelum Dewi berangkat ke pasar, Zehra sudah dibangunkan dan disuruh menyapu halaman oleh Dewi untuk membantu meringankan tugasnya."Nyapu tuh yang bersih, aku mau pergi ke pasar dulu, pokoknya pulang dari pasar halaman udah harus bersih, paham?"Zehra mengangguk sambil memeluk sapu lidi yang dilemparkan Dewi padanya.Tangan kecil itu bahkan belum mampu memegang sapu lidi dengan benar, tapi Zehra tetap melakukannya sebab jika tidak, ia bisa kena marah lagi dari Dewi."Maah, Cela boyeh itut?"Dewi yang sudah berjalan selangkah menuju gerbang kembali berbalik."Jangan harap!" pekiknya dengan mata melotot.Zehra terperanjat, gadis kecil itu akhirnya hanya bisa diam sambil menyaksikan ibunya pergi.Tiiitt!Sebuah klakson mobil berbuny
Read more
Bab 8
Suara deru mobil Fras terdengar khas di telinga Laura, wanita berusia 27 tahun itu gegas berlari menuju pintu rumah.Dengan wajah berseri ia menyambut kedatangan suami tercintanya, dibukanya pintu rumah lebar-lebar. Dan betapa kagetnya ia saat ia melihat suaminya itu datang bersama seorang anak kecil."Siapa ini, Mas?" tanya Laura cepat."Kenalin, ini Zehra." Fras tersenyum lebar pada istrinya.Laura membalas sekenanya, ia masih bingung."Zehra? Ya tapi ini anak siapa, Mas?" tanyanya lagi."Anakku lah, anak siapa lagi?"Wajah Laura mendadak tegang, "an-nakmu?"Fras tertawa lebar, "aku cuma bercanda, Sayaang," kekehnya seraya mengelus pipi Laura.Cepat Luara tepis tangan Fras, "isshh kamu ini, bercandanya gak lucu," dengusnya seraya masuk ke dalam rumah."Iya iya deh maaf. Oh ya, kenalin, ini Zehra, anaknya Art baru di rumah, Mami." "Art? Emang ada Art baru di rumah, Mami?""Ada Sayang, baru datang kemarin katanya.""Ouuh, tapi kok bisa kamu bawa anaknya ke sini? Emang emaknya gak mar
Read more
Bab 9
***Esok harinya.Zehra terbangun dengan tubuh yang sakit dan ngilu. Dengan langkah pelan dan terseret-seret, gadis kecil itu mendekati Dewi yang sedang sibuk mencuci piring di dapur."Oh masih hidup kamu? Aku pikir kamu udah mati karena kemarin aku gebukin," ketus Dewi.Zehra yang masih ingat kejadian kemarin tak mau banyak bicara, ia benar-benar ketakutan."Sana ambil lap! Terus lapin tuh meja dan kaca-kaca," titah Dewi sambil menyentak.Zehra mengangguk, dan gegas melakukan apa yang Dewi perintahkan. Tangan kecilnya mengelap kaki meja sebisanya, lanjut mengelap kaca dan apa saja yang bisa ia jangkau untuk dibersihkan.Sesekali Zehra melirik ke arah Dewi yang juga sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hatinya sedih sekali karena ia merasa Dewi tak pernah menyayanginya."Apa kamu lihat-lihat? Sana kerja!" sengit Dewi.Zehra mengerjap. Cepat, ia seka air mata yang beranak sungai di pipinya dan gegas melanjutkan pekerjaan."Dew, hari ini kamu ke supermarket ya, belanja bahan masakan, anak
Read more
Bab 10
"Mamah belanja," jawab Zehra polos.Laura menggeleng tak habis pikir. Gegas ia pun membawa masuk Zehra ke dalam untuk menemui Nyonya Trissy.Sementara Fras yang kini tengah dilanda gundah memilih duduk di kursi taman samping rumah untuk menenangkan pikirannya."Jika benar apa yang dikatakan Dewi tadi, apakah aku harus menerima anak itu? Tapi bagaimana caranya aku membuat Laura mengerti? Dia pasti akan sangat kecewa padaku, dan aku benar-benar tidak mau kehilangannya." Fras bergumam sendiri sambil meremas wajahnya kasar.Sementara di rumah, Laura mencari Nyonya Trissy sambil teriak."Mamiii! Mii!""Hei Sayang, udah datang?""Mami, coba Mami lihat ini." Tanpa basa-basi Laura menunjukan luka lebam di tangan Zehra.Nyonya Trissy terbelalak. "Ya ampuun, Zehra ini kamu kenapa, Nak?""Tadi Zehra bilang dia dipukul sama mamanya, Mi." Laura yang menjawab."Apa? Dipukul? Dipukul sampe lebam-lebam begini? Si Dewi itu emang bener-bener keterlaluan," ujar Nyonya Trissy sambil menggeleng-gelengkan
Read more
DMCA.com Protection Status