Share

BAB 57

Ancaman

Satya tak pernah memberi kabar apapun setelah kepergiannya. Jujur, sekali waktu aku sering menatap layar ponsel berlama-lama, membayangkan lelaki itu menelepon sekadar memberi kabar.

Tetapi nyatanya semua itu hanya angan-angan. Yang membuatku sedikit sakit adalah saat momen pembukaan kafe justru dia hanya menghubungi Pak Rama. Tak hanya itu, dia yang meminta diperlihatkan suasana opening kafe tersebut melalui sambungan video call tak menyapaku sama sekali.

Ada yang berdenyut nyeri di dalam dadaku. Tetapi aku sadar sekali tak berhak menuntut Satya untuk bertanggung jawab atas rasa kecewa yang menimpaku ini.

Aroma wangi dari barista yang tengah meracik kopi membuatku tertarik untuk mendatangi lelaki yang usianya masih sangat muda. Dia yang tadinya bekerja di kafe ternama di Kota Jakarta memilih pulang kampung dan mencari pekerjaan di tempatnya berasal. Aku beruntung sekali bertemu dengannya.

“Kopi gula aren dong satu,” ucapku pada Adrian yang mengenakan topi khasnya.

“Biar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmawati
suka sekali. cerita ini menguras emosi. tetapi jika cerita ini adalah nyata, Rindu bisa meminta bantuan pengadilan agama untuk membukakan mata keluarga Prihandono. ikut geram, hihihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status