Share

Cute Kylie

Kylie Elijah adalah aktor papan atas,

Di dalam hati masyarakat merah putih, dia adalah lelaki sempurna bagi para patriarki. Bagi wanita alim, dia adalah imam ideal yang tidak akan mudah tergoda oleh wanita lain akibat sifat dinginnya. Bagi para kaum materialistis, dia adalah dompet berjalan terbaik yang tidak hanya menang di kuantitas tapi juga kualitas. Dia bagus di segala aspek, bahkan saking populernya Kylie, tak jarang dia menarik perhatian kaum gay dengan pesonanya yang harmonis tapi bertolak belakang.

Dia tidak tersentuh akibat sikap dinginnya, tapi di satu sisi dia juga bisa menjadi sangat ramah. Lesbian mengaku bisa lurus jika itu adalah Kylie mengingat wajah cantik pria itu, dan pria lurus bilang mereka bisa menjadi bengkok untuknya karena dia sangat kuat dan berkharisma. Intinya, dia populer dan didambakan oleh semua orang. Itulah kenapa Kylie rentan diserang oleh penguntit dan juga dilecehkan, dan jika dia membalas maka publik akan berbalik menuduhnya sebagai penggoda.

Myesha memahami hal ini dengan sangat baik, perusahaan memang menyediakan sumber daya yang sepadan dengan kerja kerasnya. Tapi saat Kylie hidup sendirian mengingat statusnya sebagai yatim piatu dan seorang bujangan, dia adalah sasaran empuk bagi orang-orang kacau itu. Pada awalnya Myesha berpikir bahwa hal-hal semacam ini hanya akan terjadi di Asia timur, tapi ternyata kegabutan masyarakat sini malah berevolusi menjadi sesuatu yang merugikan orang.

Wanita yang disebut tidak pernah salah seperti dirinya saja menerima tekanan seperti itu dari masyarakat, apalagi Kylie yang seorang pria? Semakin terang cahaya seseorang, maka semakin gelap pula bayangannya. Kylie adalah salah satu dari sekian banyak orang dewasa yang sempurna, kekurangannya hanyalah dia tidak memiliki orangtua dan menjalani masa muda yang mengerikan. 

Pola asuh pihak panti asuhan yang dulu membesarkannya saja benar-benar buruk, ajaib bagi Kylie yang berada di lingkungan minus justru menjadi orang sukses. Tapi tentu saja akan selalu ada kaum tak berotak yang merendahkan orang dengan dalih saling mengingatkan.

"Nona Abigail, sudah sampai" ujar Daniel menginterupsi lamunannya.

Myesha memberikan ungkapan terimakasih melalui gestur pada sekretarisnya, matanya melirik leher jenjang dan kurus milik pria itu dan membuka mulutnya,

"Kerah."

Daniel dengan sigap memperbaiki kerah bajunya yang agak kusut dan  tersenyum simpul,

"Terimakasih atas perhatiannya, Nona Abigail."

"Mn, terimakasih juga atas kerja keras anda."

Fokus Myesha lantas kembali pada pria yang sejak awal terdiam seperti arca batu di sebelahnya, 'tunangannya' sekarang,

"Kai, turun. Kita makan siang."

Kai mengangguk patuh dan hendak beranjak, tapi gerakannya kembali terhenti. Dia menatap Myesha penuh arti, kebingungan antara harus keluar sendiri-sendiri atau membantu wanita itu untuk membuka pintu mobil. Jika dia keluar lebih dulu maka dia akan merasa tidak enak karena tidak membukakan pintu untuk wanita itu, tapi jika dia membukakan pintu atas inisiatifnya sendiri maka Myesha kemungkinan akan merasa tersinggung mengingat identitasnya yang bukan seorang Maharani lemah dan hanya bermodalkan cantik saja.

Myesha melihat kebingungan di manik emerald pria itu, dia juga memikirkannya sejenak. Jika dia membiarkan pria itu keluar lebih dulu dari mobilnya, maka wartawan dan reporter yang kebetulan lewat pasti akan menulis berita yang tidak-tidak tentang hubungan mereka. Tapi jika dia membiarkan Kylie membukakan pintu untuknya, tidak hanya harga dirinya yang akan terluka, tapi dia juga seolah sedang memperbudak atau mengeksploitasi Kylie.

"Lebih baik melakukannya bersama."

Final Myesha

Pria itu mengangguk patuh dan menatap Daniel yang berada di kursi kemudi, lalu kembali menatap Myesha.

"Sekretaris Daniel akan ikut?"

Myesha melirik sekretarisnya dan mengangkat dagunya sedikit, mempersilahkan pria itu untuk menjawab tunangannya. Daniel tersenyum formal

"Tidak, saya akan makan siang di tempat lain bersama dengan nona Hemlock."

"Nona Hemlock? Pewaris Grey label, Ivy Hemlock?" Tanya Kylie.

"Benar. Hari ini nona Abigail berhalangan hadir, jadi saya akan menggantikan beliau." Tutur Daniel.

Kylie mengernyit heran dan kembali menatap wajah dingin Myesha yang selalu tanpa ekspresi,

"Jadi kau sudah memiliki janji? Kenapa membatalkannya? Bukankah kalian berteman?"

Myesha mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mengibaskan tangannya satu kali,

"Terlalu dini untukmu ikut campur."

Kylie menutup mulutnya tanpa sadar, tapi mata emeraldnya bergeser dan terus menatap Daniel untuk meminta sedikit bocoran informasi. Tapi sekretaris ini hanya terus menyuguhkan senyum formal dan memberinya bahu dingin, dengan memberikan jawaban yang bahkan tidak bisa dikatakan sebagai jawaban,

"Jika nona Abigail mengatakan demikian, saya tidak punya hak untuk membocorkan informasi."

"Ayo, Kai." Ajak Myesha dengan tidak sabar dan membuka pintu mobil, memberikan gestur agar pria cantik ini mengikutinya.

Setidaknya keduanya bisa tenang karena ini adalah restoran kelas atas, tidak mungkin ada paparazi yang berhasil masuk kemari. Myesha dengan sengaja memilih restoran yang tidak terlalu mahal untuk Kylie agar pria itu tidak kehilangan muka, tentu saja mereka akan membayar makanan mereka masing-masing. Tapi akan lebih baik saat keduanya tidak saling mempermalukan, hubungan yang baik adalah dimana mereka berada di posisi yang setara.

Setelah Kylie turun dan berdiri diam di samping Myesha, wanita itu berbalik ke Daniel dan memberinya sebuah wejangan.

"Masalah Ivy. Biarkan dia datang jika dia ingin, jangan menghalanginya."

Daniel mengangguk patuh

"Baik, nona Abigail."

Restoran ini memiliki beberapa bilik yang terlihat seperti ruangan kecil dengan anggur merah sebagai teman rangkaian bunga terracota carnation dan thistle biru disana, ada juga lampu-lampu kecil yang tergantung manis dengan pendar redup mereka.

Keduanya berjalan bersisian memasuki restoran, tentu saja tidak saling menggandeng tangan karena akan terlihat aneh bagi dua orang dewasa seperti keduanya. Myesha memberi Kylie tatapan penuh arti agar pria itu mengikutinya menuju salah satu bilik. Mungkin karena keduanya pernah secara pribadi kemari beberapa waktu lalu sebelum bersama, mereka tidak asing dengan tempat ini dan duduk berhadapan tanpa diminta.

Myesha membunyikan bel yang tersedia diatas meja, memanggil waiter. Kylie diam saja di tempatnya dan melirik wanita dingin di hadapannya, ingin mengatakan sesuatu tapi terlihat agak ragu-ragu. Karena seperti yang dikatakannya, masih terlalu dini untuk saling ikut campur. Dia sempat khawatir Myesha akan menganggapnya sebagai pria tidak sopan, oleh karena itu dia menyamakan hidangannya dengan milik Myesha, mengingat wanita ini masihlah bosnya.

Mata tajam pihak lain yang membekukan sepenuhnya terkunci padanya, membuat penilaian secara diam-diam dan mengapresiasi kesopanan pria ini. Setidaknya Kylie tidak akan membuatnya malu di pesta koktail, pesta tahunan dan berbagai pesta bertema resmi lainnya. Meskipun pria ini adalah orang biasa, setidaknya dia bisa diajari dan tidak terlihat seperti tipe yang akan menggigit. 

Disisi lain kesan Kylie pada Myesha melonjak secara signifikan, setiap gerakan yang dibuat wanita ini sangat elegan dan sopan. Dia tidak memandang rendah dirinya dan bahkan menuangkan sampanye untuknya, meskipun ada pelayan yang berdiri dibelakang dan tinggal menunggu instruksinya. Keduanya makan dalam diam tanpa menumpahkan saus setetes pun, suara dentingan garpu dan piring juga terdengar harmonis. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara sebelum pelayan selesai membereskan meja mereka, memberi keduanya privasi.

"Bisa kita mulai pembicaraannya?" Tanya Myesha seraya mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan hitam.

"ChaCha, kau bilang kita akan tinggal bersama bukan? Soal rumah ...." Kylie menggantung ucapannya.

"Sudah ada asisten rumah tangga, jangan khawatir."

"Oh."

Kylie tersenyum kecil dan menggenggam erat tangannya sendiri dibawah meja, gugup. Myesha yang mengamatinya sejak awal lantas menaikkan sebelah alisnya, mempersilahkan pihak lain untuk mengutarakan pemikirannya.

"Aku ... Ingin melakukan sesuatu untukmu, tapi aku tidak tahu harus apa."

"Lakukan saja sesukamu, posisi kita setara sebagai pasangan."

"Tapi aku ..."

Lagi-lagi Kylie tidak melanjutkan kata-katanya. Dilema antara memberitahu dengan harga dirinya sebagai taruhan, atau tetap diam dan terus canggung sekalipun kelak mereka sudah menikah.

Myesha sendiri menebak-nebak apa lanjutan kalimat yang terputus itu, menghubungkannya dengan satu dan lain hal. Kekhawatiran Kylie mungkin karena dia tidak bisa menghadiahkan sesuatu bernilai tinggi dan berkualitas mengingat kekayaan murni keluarga Abigail, Kylie tidak mungkin membantu urusan bisnis karena itu bukan bidangnya, dia juga tidak bisa membantu apapun dirumah karena sudah ada asisten rumah tangga.

Myesha sendiri yang mengatakan bahwa posisi mereka setara

Tapi wanita ini tanpa sadar memperlakukannya sebagai bunga pajangan yang cantik dan diam.

Kylie mencintainya, tapi Myesha hanya mengucapkan kata-kata kosong tentang kesetaraan.

Keduanya terlihat menyadari hal ini dalam kurun waktu baru-baru ini, mengakibatkan perasaan bersalah terdorong ke permukaan. Mereka sekarang mulai sama-sama berniat untuk memecah kebuntuan komunikasi, tapi sebelum Myesha sempat mengucapkan kata-kata menenangkan, sebuah kecupan mendarat di bibirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status