Share

Sweet night

Myesha tidak bisa tidak memikirkan eksperimen atau tindakan gila apa yang akan dilakukan Kylie di apartemennya, mungkinkah pria itu akan mengajaknya berdiskusi untuk memecahkan beberapa teori konspirasi? Area 51, pizza planet, the bloop, asgardia, atau justru kehidupan di planet mars? Mungkin bisa juga pria itu berniat mengungkapkan hal-hal tak terkatakan seperti mantan pacar, hutang, atau yang lebih mencengangkan ... Anak diluar nikah.

Myesha tertegun untuk yang kesekian kalinya hari ini, lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Pemikiran tidak pantas macam apa itu? Dia sudah menyelidiki informasi tentang Kylie Elijah, dan tidak ada satupun yang terlewat. Jadi bagaimana bisa dia berasumsi yang bukan-bukan tentang pria malang itu? Lagipula ekspresi Kylie yang merona saat dia memintanya pindah ke apartemennya juga tidak terlihat dibuat-buat, pria itu sungguh gugup memikirkan harus tinggal bersama di apartemennya.

Ah tunggu, sekarang sudah bukan apartemen'nya' melainkan apartemen mereka. Karena Kylie sudah memindahkan barang-barangnya sore tadi, sepulang mereka dari restoran. Untungnya meskipun menyebalkan, pria itu masih tau untuk tidak membuang-buang waktunya yang berharga. Meskipun wajahnya masih harus merona tidak jelas, juga kegugupannya yang mencurigakan.

Myesha diam-diam berpikir.

Ada banyak alasan bagi seseorang untuk merona wajahnya, tapi yang paling sering terjadi hanya ada dua. Pertama ada amarah dan yang kedua adalah amora. Melihat Kylie yang gugup sedemikian rupa, mustahil bahwa dia berada pada alasan pertama. Tapi lebih mustahil lagi bagi Kylie untuk berada pada alasan kedua, karena baik Myesha dan dia tidak pernah sekalipun saling bertegur sapa selain dari kejadian yang belum lama.

Mereka baru benar-benar bisa saling bicara dan bertegur sapa saat membahas pernikahan bisnis, yang bisa dihitung baru terjadi beberapa hari terakhir. Jadi mustahil Kylie memiliki perasaan khusus untuknya, selain kekaguman dan rasa hormat. Kali ini Myesha benar-benar kebingungan, setelah mengembalikan Kylie ke lokasi syuting film, dia juga harus kembali ke perusahaannya sendiri. Menjadi bos bukan berarti dia bisa bertingkah seenaknya, ada banyak tanggungjawab yang harus dilakukan dan ratusan karyawan yang harus diberi makan.

Namun pikirannya yang terus melayang membuatnya tidak bisa fokus dari tadi, sekertaris yang merangkap sebagai asistennya, Daniel yang sedang membacakan jadwal kegiatan Myesha untuk dua hari kedepan juga langsung berhenti berbicara. Kedua pihak memiliki pemahaman diam-diam mengingat tahun-tahun yang mereka habiskan sebagai rekan kerja, jadi mereka segera terjebak dalam suasana hening yang cukup harmonis.

Daniel sedikit menyingsingkan lengan kemejanya, melihat jam tangan yang sudah menunjuk ke angka enam. Dia dengan santai mengendurkan otot-otot tulang punggungnya, melepas kacamata untuk kemudian menanggalkan jas birunya. Myesha hanya melirik acuh, sudah terbiasa. Daniel memang akan langsung melepas segala formalitas jika sudah berada diluar jam kerja. Tentu saja ini agak kurang pantas, tapi latar belakang sekaligus kerja kerasnya bisa membuatkan pengecualian untuknya.

"Jadi? Mainanmu berulah?" Tanya Daniel sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Jaga bicaramu, dia bukan mainan" peringat Myesha.

Pria itu dengan santai duduk di sofa, bahkan menaikkan kakinya ke atas meja. Myesha sontak memutar bola matanya dengan jengkel, orang ini sungguh menyebalkan

"Daniel, manner."

"Kaku sekali, bukankah kau seharusnya pulang dan mulai berhenti lembur?" Sinisnya.

"Kalau karyawan sepertimu ada di sisiku dan aku harus pulang tepat waktu, aku bisa bangkrut" Myesha membalas dengan dingin.

"Myesha, biar begini kau pernah bertunangan denganku. Jadi jangan bicara sekejam itu" dia merengut.

"'Pernah' tapi tidak pernah 'menjadi', terimakasih sudah mempermalukan dirimu sendiri waktu itu. Kalau tidak, karakter keturunanku bisa terancam."

"Aku tidak bisa menahannya, dia terlalu seksi" Daniel mulai berdalih.

"Kelamin tidak dijaga, silsilah akan kemana-mana. Kau terlalu tidak sopan, jadi terima saja hukumanmu menjadi bawahanku" mulut Myesha benar-benar pedas.

"Silsilah ku tidak akan kemana-mana, dia tidak mungkin bisa memberiku keturunan" Daniel kembali memprotes.

"Kalau begitu kau saja yang memberinya keturunan" Myesha beranjak dari tempat duduknya.

"... Tapi aku ingin diatas" lirihnya.

"Kenapa kau membicarakan hal ini denganku? Temui dia, bodoh" sinis Myesha.

"Uh ... Kau benar-benar tidak berperasaan" Daniel berlagak terluka.

Myesha melambaikan tangannya dan berlalu pergi begitu saja, Daniel masih cemberut tapi tetap dengan patuh mengikuti di belakang. Biar bagaimanapun juga Myesha adalah bos disini, dia hanya sekertaris yang merangkap sebagai asisten. Keduanya secara otomatis memasang mode profesional, sehingga tidak akan ada yang menganggap penampilan keduanya terlalu aneh atau ambigu.

Namun mereka berdua terlalu meremehkan rasa keingintahuan manusia, yang dalam hal ini adalah karyawan perusahaan. Forum khusus karyawan Cherry entertainment meledak dalam diskusi panas malam itu, menerima shock hebat karena bos beserta sekretarisnya pulang tepat waktu. Padahal dua bos besar itu terkenal karena sama-sama workaholic, atau suka bekerja terlampau keras hingga seringkali lembur di kantor.

Mereka juga bingung karena tidak melihat nona Hemlock di perusahaan mereka hari ini, padahal biasanya kedua nona besar ini selalu bersama dan bersinar seperti matahari dan proxima centauri. Meskipun hanya nona Hemlock yang berbicara dengan riang secara sepihak, tapi semua orang bisa melihat bahwa wajah nona Abigail juga turut melembut dengan interaksi keduanya.

Para karyawan yang tidak memiliki satupun orang dalam untuk ditanyai, hanya bisa menebak-nebak dan berasumsi sendiri ada kejadian besar apa hari ini. Teori tidak penting mereka berkembang seiring berjalannya waktu, mulai dari kedua nona ini sedang bertengkar hingga ada insiden besar di keluarga Abigail. Tebakan mereka tidak salah, tapi juga tidak bisa dibenarkan. Jadi Daniel yang menyusup di forum khusus karyawan diam saja di tempat, melirik Myesha dalam diam dan sangat gatal untuk bertanya tentang ada apa dengan Ivy Hemlock.

Namun Myesha terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri, jadi dia tidak mungkin bisa menjawab pertanyaan Daniel secara optimal. Karena itulah Daniel lebih memilih diam dan akan menghubungi Ivy sendiri, lagipula ketiganya berteman baik, jadi mungkin tidak akan ada masalah. Makanya Myesha bisa kembali ke apartemennya dengan tenang tanpa sedikitpun interupsi dari Daniel.

Wanita itu tidak mengatakan sepatah katapun hingga mencapai ke depan pintu apartemennya, yang berada di lantai tujuh dan berjarak tempuh tiga puluh menit dari Cherry entertainment. Dia menggesek kartu akses ke dalam apartemennya dan membuka pintu, dengan tenang melepas sepatu dan meletakkannya kedalam rak di samping. 

"Kau sudah pulang?"

Suara yang berada tepat di belakang punggung itu membuat Myesha refleks mengayunkan tinju, terlalu terkejut karena tidak menduga bahwa akan ada orang lain di dalam apartemennya. Kylie yang merasakan hembusan angin kuat dari ayunan tinju Myesha dengan refleks menangkis pukulan itu dan memutar tubuhnya, melompat mundur sebanyak tiga langkah.

Keduanya berkedip beberapa kali, menatap dalam kecanggungan. Mungkin sama-sama tidak menyangka bahwa pihak lain sama-sama tau cara mempertahankan diri, jadi butuh beberapa saat bagi keduanya untuk mencerna situasi. Kylie yang pertama kali bergerak dari situasi memalukan ini dan merapikan celemek hijau pupus yang dipakainya, menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal dan berdehem canggung.

"Maaf, apa aku mengagetkanmu?" Dia berujar lirih.

"Ya" Myesha menjawab jujur.

Lalu hening kembali, keduanya berkedip sambil menatap wajah satu sama lain seperti orang bodoh.

Myesha melirik jam tangannya dan menemukan bahwa ini sudah pukul tujuh malam, pengurus rumah yang dia pekerjakan sudah pulang ke rumahnya sendiri. Jadi kali ini di rumah hanya ada dia dan Kylie saja, berdua dalam atmosfer membekukan yang canggung. Myesha sempat lupa bahwa mulai hari ini dia tidak akan tinggal sendirian, akan ada tambahan satu orang yang akan menjadi pendampingnya nanti.

"Mn ... Kau ... Tidak masuk?" Kylie bertanya takut-takut.

Myesha baru kemudian menyadari bahwa Kylie sedang mengenakan celemek, dia mau tidak mau terkejut karena tidak mendapatkan informasi terkait ini dalam penyelidikannya. Dia melangkah masuk dan menarik tali celemek yang terikat di pinggang pria itu, membuat pihak lain membeku di tempat dengan cuping telinga yang semakin merah. Tubuhnya bahkan sedikit gemetar, tapi Myesha tidak memperhatikan gelagat pria itu dan bertanya.

"Kau bisa memasak?"

"... Ya? Iya" Kylie menjawab dengan gugup dan berjalan dengan cepat menuju dapur.

Myesha mundur satu langkah dan mengamati pria yang terlihat seolah sedang melarikan diri itu dengan raut tertarik, perpaduan celemek hijau pupus dan tubuh tinggi berotot milik Kylie anehnya harmonis dan enak dilihat. Dia diam-diam tersenyum dan memiliki sedikit pemikiran jahat, menimbang-nimbang apakah Kylie akan melakukan pembelaan diri seperti tadi atau membiarkannya sedikit meraba.

Karena bagaimanapun juga mereka tinggal serumah sekarang, satu orang harus mulai memicu terjadinya sesuatu secara bertahap agar hubungan mereka tidak hanya jalan di tempat. Myesha tidak memiliki perasaan apapun pada Kylie dan mudah merasa penasaran, sedangkan Kylie terlihat tidak keberatan dengan interaksi keduanya dan hanya bisa menunduk malu-malu entah kenapa.

Oleh karena itu Myesha berjalan lambat tanpa suara menuju Kylie yang sedang melamun menatap panci sup, seolah sedang menghipnotis bahan-bahan sup itu agar cepat matang dengan sedikit ancaman. Wanita itu merentangkan kedua tangannya dan memeluk pinggang Kylie yang memiliki ketinggian mirip dengan pinggangnya.

Beberapa komentar melayang di benak Myesha begitu memeluk Kylie. Pinggang pria ini cukup langsing, tapi juga memiliki massa otot yang tidak berlebih, keras tapi juga fleksibel disaat bersamaan. Entah perasaannya saja atau tidak, tapi Kylie lagi-lagi menegang kaku di tempatnya, terpaku seperti arca batu.

Pria itu bertanya dengan suara yang sedikit gemetaran, kepalanya menoleh sedikit ke arah Myesha yang memiliki tinggi badan sejajar dengan matanya. Menatap manik amber jernih pihak lain yang terbungkus oleh selapis tipis air mata, jantungnya seketika berdetak kencang tak terkontrol. Tapi dia masih berusaha untuk tenang saat bersuara,

"Chacha, ada apa?"

Myesha berkedip lambat sebanyak dua kali, lalu bergumam lirih

"Aku lapar."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status