Share

The lover

Kylie tercengang, benar-benar terpaku ditempatnya.

Dia awalnya sudah menduga hal semacam ini akan terjadi, dia hanya tidak berharap bahwa mendapati peristiwa secara nyata sungguh-sungguh sulit diterima baik oleh hati dan otaknya. Myesha benar-benar sangat mempesona, pesona itu bahkan terlalu kuat dan bisa menarik perhatian dari kedua gender.

Andai saja Myesha benar-benar bengkok, bisa dipastikan bahwa yang akan menangis meraung-raung adalah dirinya. Melihat sosok angkuh dan sangat sempurna seperti Ivy Hemlock, justru jatuh cinta pada Myesha yang juga sesama wanita. Kisah keduanya terlampau tragis, Kylie dan Ivy bahkan sama sekali tidak layak untuk dibandingkan. Keunggulan Kylie hanyalah fungsi fisiologis mendasar sebagai seorang pria, juga bakat seni yang sayangnya tidak bisa membantu bisnis Myesha yang lebih seperti politik.

Sementara Ivy tak hanya memiliki wajah sekaligus tubuh sempurna, dia juga memiliki perusahaan hiburan sendiri, yang berarti dia sama jeniusnya dengan Myesha. Untuk karakternya sendiri, Ivy lebih stabil secara emosional karena sudah mencicipi banyak jenis kepahitan realita dan bertemu jutaan manusia. Kylie ibarat kubis kuning kecil jika dibandingkan bunga nasional seperti Ivy Hemlock dan Myesha Abigail.

"Ivy, hentikan."

Suara magnetis Myesha menarik Kylie kembali dari lamunannya, menatap wanita yang akan menjadi isterinya kelak kini berbicara dengan nada lembut namun tegas. Dia mungkin sudah membuat keputusan karena sadar bahwa Kylie tidak memilki ruang sedikitpun untuk ikut campur dalam gejolak perasaan mereka, yang sama-sama wanita. Semua permasalahan ini adalah tentang Ivy dan Myesha, sama sekali bukan urusan calon suaminya.

Myesha memeluk erat tubuh Ivy dan melontarkan kata-kata yang terdengar cukup campur aduk,

"Aku tau, aku mengerti. Terimakasih atas cintanya, tapi maaf karena aku tidak bisa memberikan apa yang kau minta."

Dia menepuk pelan puncak kepala Ivy, melanjutkan. Menjadi satu-satunya orang yang berbicara

"Hubungan kita berawal dari persahabatan, dan akan berakhir dengan persahabatan juga. Aku beruntung memiliki orang sepertimu di sisiku selama bertahun-tahun, kau orang yang baik Ivy. Akulah orang jahat diantara kita, aku tidak pernah menanggapi ataupun menolak meski sudah tau. Secara sadar mengulur waktu dengan dalih demi kebaikanmu yang justru melukaimu lebih jauh."

Ivy cemberut disela-sela isak tangisnya, dia tentu saja tidak rela mendengar Myesha menyalahkan dirinya sendiri karena orang ketiga. Myesha jelas-jelas terlihat tidak memiliki ketertarikan sedikitpun pada pria penghibur ini, ada banyak orang yang bisa memberi Myesha segalanya. Jika pria superior seperti itu muncul dan merebut Myesha darinya, tentu saja Ivy bisa melepaskan dengan sukarela. 

Tapi yang muncul justru pria penghibur yang hobi menjilat dan hanya memiliki sedikit bakat, pria seperti ini tidak bisa melindungi Myesha. Jelas terlihat bahwa orang ini merayu wanitanya demi sumberdaya dan eksposur, pria yang lebih bisa disebut lintah dan hanya bermodal wajah saja. Tentu saja amarahnya akan secara membabi-buta dilampiaskan pada Kylie, si perusak rumah tangga.

Seolah memahami isi pikiran Ivy, Myesha mencubit pinggangnya dengan main-main. Pemandangan itu sontak semakin memicu amarah Kylie, pria itu dalam diam merapalkan ratusan kutukan didalam hati untuk memaki Ivy. Untungnya kalimat Myesha berikutnya berhasil menghentikan rentetan kutukan itu, Kylie menjadi lebih tenang saat Myesha kembali berbicara

"Jadi kalau kau ingin kambing hitam untuk disalahkan, akulah objek yang tepat. Jangan menyeret Kai, dia tidak tau apa-apa tentang kita."

"Kau dan Kai, posisi kalian berbeda. Tapi kalian sama-sama penting dan istimewa. Oleh karena itu jangan takut, aku tidak akan pernah membuang satupun dari kalian."

"Kau sahabatku, Kai adalah pasanganku. Peran ini tidak akan pernah bisa tertukar sampai kapanpun, bukan karena aku tidak menghargaimu. Lebih tepat disebut bahwa aku menghargaimu lebih dari itu, Ivy apa kau mengerti maksudku?"

Ivy membeku sejenak dan mengangguk ragu-ragu, seolah sudah menelan kepahitan yang teramat sangat dan tidak berhak menolak

"Aku akan selalu ada untukmu, jadi berhentilah melukai dirimu sendiri dengan sesuatu yang tidak bisa kau miliki."

Beberapa kisah harus berakhir bahkan sebelum dimulai, menimbulkan rasa sakit lebih dari kisah yang harus berakhir menyedihkan. Setidaknya jika kisah mereka benar-benar terjadi, dan mengubah subjek Myesha dan Ivy menjadi 'kita'. Maka Nona Hemlock tidak perlu menanggung luka mengerikan karena memiliki satu dua hal yang layak dikenang, secuil sisi manis untuk nostalgia di hari tua.

Namun semesta tidak bisa berhenti berputar hanya untuk dua orang, setiap orang harus setidaknya merasakan luka serupa satu kali dalam hidupnya. Ivy memang bukan orang baik, demikian pula Myesha. Tapi keduanya berhak untuk bahagia, meskipun tidak harus bersama. 

Waktu memang tidak bisa menyelesaikan masalah, tapi setidaknya waktu bisa membawa debu bersama masa untuk menutup luka. Membiarkan eksistensinya terlupakan, diam dan tetap tidak tersembuhkan tapi berhenti terasa menyakitkan. Keduanya butuh waktu untuk beradaptasi dengan perubahan, bukan saling menenangkan dan tanpa sengaja menambah harapan di benak seseorang.

Dengan demikian Ivy yang paling mencintai, menjadi orang yang paling terluka. Dia pergi diam-diam seperti saat dia datang, tanpa suara dan tanpa meninggalkan jejak apa-apa. Kylie yang tanpa sadar menjadi perusak kisah, hanya membeku di tempat dan memikirkan betapa menyedihkannya sosok Ivy Hemlock. Tapi dia tidak bersimpati sedikitpun, karena simpati bisa menjadi pemicu rasa bersalah dan membuatnya harus melepaskan Myesha.

"Ayo pulang" ajaknya sekali lagi, kali ini tanpa gangguan.

Kylie menatap sosok tegap Myesha, seolah tak terganggu dengan air mata sahabat yang diam-diam mencintainya. Dia acuh tak tersentuh, berdiri tinggi dengan mahkotanya sendiri. Tapi siapa yang bisa menebak suasana hatinya yang sudah terstimulasi sedemikian rupa hari ini? Mulai dari kejadian di lokasi syuting, diskusi tentang tinggal bersama, hingga perasaan ambigu milik sahabatnya.

Bagaimana jika itu adalah dirinya? Apakah dia bisa melepaskan cinta pertama sekaligus sosok penyelamatnya pada orang lain, dengan hanya air mata seperti Ivy Hemlock?

"Kai?" Panggilan itu menyadarkannya.

"Maaf." 

"Berhenti memikirkan hal-hal yang tidak berguna" ujarnya, dingin seperti biasa. Tapi Kylie bisa menangkap sedikit jejak kesedihan di dalam suaranya.

Dia merenung sejenak, ingin melakukan sesuatu pada calon istrinya yang sudah mengorbankan banyak hal untuknya. Bagaimanapun juga Myesha adalah seorang wanita, sekuat apapun dia, tetap saja dia bisa merasakan sedih dan terluka. Tapi Kylie tidak tau apa yang bisa dia lakukan untuk Myesha, karena wanita itu sudah memiliki segalanya. Baik itu tahta, harta, benda-benda bermerek, keluarga, pengagum, dan kerajaan bisnisnya sendiri.

Dia berjalan mengikuti wanita itu dengan pelan, menuju mobil yang terparkir rapi tanpa sekertaris Daniel disana. Kylie berhenti beberapa langkah di belakang Myesha, terpikir satu hal yang mungkin tidak bisa didapatkan di kalangan orang kaya seperti keluarga Abigail. Sebenarnya agak sungkan untuk langsung meminta Myesha pergi bersamanya, tapi dia tidak memiliki pilihan yang lebih baik selain ini. Lagipula setiap kali dia terpuruk, dia selalu melakukan hal-hal semacam ini.

Myesha sendiri yang bilang bahwa menjadi pasangan berarti harus saling jujur dan menghormati, Kylie ingin belajar untuk mendekati wanita yang disukainya sejak lama. Hanya saja terlalu banyak pertimbangan karena perbedaan status sosial, menghalangi niatnya untuk memulai pengejaran demi kelangsungan hubungan mereka.

Pihak lain sepertinya menyadari bahwa Kylie menghentikan langkahnya untuk yang kesekian kali, dia diam-diam merasa kesal. Kenapa hari ini Kylie begitu menyebalkan? Apa sih konspirasi yang ada didalam kepala cantik pria itu? Memangnya susah untuk pura-pura tidak tau dan melepaskan apa yang sudah lewat? Ini urusannya dengan Ivy, Kylie tidak berhak ikut campur sama sekali.

Myesha lantas terdiam, terkejut oleh pemikirannya sendiri. 

Dia lagi-lagi tanpa sadar bersikap egois dan apatis.

Bagaimanapun juga Kylie Elijah adalah calon suami yang dipilih olehnya secara pribadi, memang bukan atas dasar romantisme yang memuakkan. Tapi Kylie berhak tau, dia berhak ikut andil dalam penyelesaian masalah. Karena kelak mereka akan menjadi pasangan, bukan hidup secara masing-masing dalam satu rumah.

Dia memang memegang tahta, tapi dia juga harus membiarkan Kylie memiliki kendali juga. Bagaimanapun juga Kylie Elijah adalah seorang pria, dan alam bawah sadar pria akan terus meneriakkan tentang kepemimpinan dan otoritas. Dia tidak bisa membiarkan Kylie menjadi pria patriarki dan otoriter, tapi ini bukan berarti dia harus menghancurkan kaki pria itu dan membuatnya berhenti melangkah. Itu terlalu tidak manusiawi.

"Uh ... Chacha?"

Suara gemetar yang penuh dengan  kehati-hatian itu membuyarkan lamunannya, Myesha yang memang  sudah menenangkan diri dari konflik internal lantas menoleh. Mempersilahkan pihak lain untuk berbicara.

Kylie yang memahami respon menilik dari tindak-tanduk Myesha, kembali melanjutkan dengan gugup, tapi tidak terbata-bata. Sekilas ini seperti melihat posisi mereka dalam rumah tangga dibalik, Myesha adalah 'suami' dingin yang pekerja keras sedangkan Kylie adalah 'istri' pemalu yang sedang ragu dalam mengutarakan pendapatnya dan ingin berkontribusi dalam keluarga.

"Apa kau bisa pulang cepat malam ini?"

Myesha tertegun mendengarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status