Share

Part 03

Author: TheCalm
last update Last Updated: 2021-12-20 22:06:58

Sepeninggal ibu dan neneknya, Ann kembali berimajinasi, tangannya lincah menulis di atas buku lusuhnya. Pikiran Ann pada kenyataan hidup yang selalu dibatasi. Dia memiliki sayap namun tersangkut pada ranting-ranting pepohonan, sangkutan itu tiada lain adalah pahitnya kemiskinan.

Tiba-tiba saja Ann dikejutkan oleh Ayah yang baru datang, “Mariez, Riez kamu di mana? Cepat, ambilkan minum! Ambilah bahan makanan ini, lukisanku hari ini terjual dua buah dengan harga yang lumayan!” ucapan itu membuat Ann tersenyum.

Ann dengan cepat mendatangi Johan. “Yah, Ayah... ibu pergi bersama nenek ke kampung sebelah!” ujar gadis kecil yang sudah berdiri di depannya sambil memberikan segelas air.

Johan tersenyum, tangannya meraih gelas sambil berucap sangat lembut, “Mungkin kamu akan memiliki Adik baru.”

Penuturan dari ayahnya membuat Ann menghela napas pendek, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Sedangkan matanya tertuju pada beberapa bahan makanan yang Johan beli, “Ayah, bolehkan aku makan sepotong daging asap itu?” tanyanya sambil mengambil kotak yang terbungkus rapat.

“Tentu saja, makanlah!” ucap Johan sambil membuka lalu memberikannya.

Gadis mungil ini dengan cepat mengambil dan memakannya. Baru saja dia hendak mengambil satu potong lagi, tiba-tiba Mariez datang, “Ann, harus tahu diri ya, itu bukan untuk hari ini saja!”

Tangan Ann pun mengurungkan untuk mengambilnya kembali.

Cepat, dia membereskan barang-barang yang terpapar di atas kursi dan membawanya ke dalam dapur. Persediaan makanan ini cukup untuk beberapa hari dan waktu yang tidak bisa ditentukan.

Di dalam dapur Ann sedang sibuk, sejenak dia pun memelankan aktivitasnya. Kupingnya mendengar jelas pembicaraan neneknya yang sinis, tepatnya dia berbicara pada ayah dan ibunya, "Anak pertamamu saja kamu biarkan pergi! Lihat Ann mau makan daging dua iris saja kamu larang!”

“Ini, hamil lagi?” sambung Loriez sambil pergi keluar dengan muka ditekuk.

Penuturan Neneknya membuat Ann semakin tidak yakin akan dirinya untuk mendapat dukungan akan cita-citanya. Dia akan mempunyai adik baru dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.

Mariez menyenderkan badannya pada ujung tempat duduk, “Sudahlah Bu, ini yang terakhir. Aku akan mencari pekerjaan lagi,” ucap Mariez menenangkan ibunya.

***

Waktu istirahat telah tiba, Ann duduk di bawah pohon cemara dekat pintu gerbang sekolah bersama Alice.

“Ann, sepertinya setelah selesai pelulusan aku akan pergi ke kota bersama seluruh keluarga!” Alice membuka pembicaraan sedangkan tangannya mengepang rambut panjang Ann.

Rambut Ann ini berwana coklat dan lurus sangat tebal hingga membuat Alice menyukainya karena rambutnya ikal dan susah diatur.

Sedangkan yang ditanya masih sibuk dengan tulisan imajinasinya, sepertinya dia tidak begitu menangggapi pernyataan temannya ini. Bahkan tidak ada komentar apa pun yang terlontar. Dia sedang merangkai kata, kata yang seharusnya terucapkan. Alice menengok tulisan dan merebut buku tersebut, keras sekali dia membacanya, "Aku hanya menginginkan sebuah dekapan, rasanya tidak pernah ku dapatkan apalagi jika aku utarakan keinginanku."

Ann merebut bukunya sambil mendelikan mata.

“Setelah lulus, ikut aku saja!” ucap Alice.

Ann tersenyum tipis sambil berkata sinis, “Dengan keadaan keluargamu yang serba kekurangan? Lalu, aku akan menambah beban untuk mereka?”

Kemudian Ann beranjak dari tempat duduknya. Baru saja membalikan tubuhnya, Adrian sudah berdiri tepat di depannya. “Tolong bantu Bapak mengurus laporan akhir tahun buat murid-murid.” Ujar Adrian sembari memberikan setumpuk buku padanya.

Ann tersenyum lebar sembari menyanggah tumpukan itu menggunakan kedua tangannya.

“Bapak emangnya mau kemana?” tanya Ann sedikit gusar.

“Ke kampus, Bapak ada kelas hingga pukul 12:00,” jawab Adrian bernada lirih.

Kemudian, Adrian pun pergi.

Sedangkan Ann langsung masuk ke dalam ruangan kelas.

Alice pun datang, dia duduk persis di depan Ann, matanya tertuju pada tangan serta wajah sahabatnya ini. “Bisa-bisanya pak guru memberikan tugasnya padamu,” ketusnya sambil memperhatikan angka-angka hasil tulisan Adrian yang Ann pindahkan pada rapor dan nampak namanya pun tertera di sana.

Sedangkan Ann sendiri tidak menggubris hal itu, dia tetap pada kefokusannya. Hari ini memang waktu tenang setelah ulangan akhir tahun. Jadi, tidak ada pembelajaran.

“Ann, kapan selesai?” tanya Alice terlihat kesal dan menguap.

“Pulanglah, ini tinggal sepuluh lagi, tidak bisa asal isi saja dan satu buku harus menulis 18 mata pelajaran, artinya kamu jangan membuat aku terburu-buru dan tidak karuan!” ucap Ann tegas.

Mendengar perkataan temannya ini Alice pindah tempat duduk, “Aku tunggu kamu, bangunkan jika kamu sudah selesai!” ucapnya sambil menyenderkan badan dan meluruskan kakinya pada bangku panjang.

Mata Ann sekilas menoleh pada Alice, bibirnya mengulas senyuman karena melihat gelagatnya. Dia pun kembali melanjutkan tugas dari gurunya.

Setelah hampir 45 menit pengisian rapor pun akhirnya selesai.

“Thanks God!” ucap Ann sambil meregangkan tangannya.

Kemudian, dia mendekat pada sahabatnya, tangannya menepuk bahu yang sedang di alam mimpi.  “Cepat bangun, atau aku tinggal pulang!” Ann membangunkan dengan nada sedikit berteriak.

Alice hampir terjungkal karena teriakan Ann yang membuatnya tersentak dari tidurnya yang lumayan lelap. Sedangkan Ann cekikikan melihat itu.

“Ann!!” bentak Alice sambil membereskan dirinya. Kemudian dia pun mengikuti Ann, masuk ke ruangan guru.

Melihat kedatangan Ann, Kathy selaku admin sekolah yang sedang mencatat pembayaran menatap wajahnya. Ann paham akan hal itu, sambil menaruh tumpukan rapor di atas meja dia berucap sangat pelan, “Aku paham kok Bu, Ayah belum melunasi iuran dan pembayaran akhir tahun, nanti Ann sampaikan...”

Kathy hanya menghela napasnya. Memahami kalau ini bukanlah yang pertama.

Adrian tiba-tiba datang, “Bagaimana Ann, sudah selesai?” tanyanya.

Ann mengangguk sembari menunjuk pada tumpukan rapor.

Adrian segera memeriksanya satu persatu, lalu menoleh pada Ann yang berdiri mematung di sebelahnya. Tangan Adrian pada saku celananya, dia mengeluarkan uang dan menghitung lembaran pecahan, lalu memberikannya pada Ann. “NZ$ 18! Untuk jajanmu!” ucapnya.

Sumringah Ann mengambilnya. Tatapannya menoleh pada Alice sambil tersenyum, “NZ$ 2 untukmu,” lirihnya sembari memberikan padanya.

Kemudian, Ann pun melangkah pada Kathy, “NZ$ 10 untuk satu bulan SPP.”

Khaty & Adrian saling memandang, mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelahnya, Ann dan Alice segera meninggalkan ruangan guru.

“Ann, apakah harus bayar SPP menggunakan uang hasil kerjamu?” tanya Alice sambil berjalan di sebelahnya.

Ann tidak menjawab apa-apa selain dari helaan napas.

“Kita rayakan upah ini dengan membeli ice cream vanilla?” ajak Ann sambil meraih cepat lengan Alice. Mendengar itu Alice tertawa bahagia, setelah membeli ice cream cone seharga NZ$ 0.50 mereka duduk di atas rerumputan hijau di antara jalan setapak sambil menikmatinya.

Tangan Ann membuka tas dan kembali mengambil buku usangnya, tangannya kembali lihai menulis kata demi kata yang keluar otomatis dari isi kepalanya.

Aku selalu berpikir, kalau hidup ini seperti makan ice cream, manis dan dingin. Tapi, sayang ternyata ice cream nikmatnya sesaat, seperti hidupku!

Alice membaca itu disertai tawa sambil berkata, “Kalau makan ice cream itu setelahnya, dahaga lagi ‘kan?”

Ann tersenyum geli, dia pun menutup bukunya lalu memasukannya kembali. “Kita tinggal dua tahun lagi sekolah di sini. Setelahnya entahlah...”

Alice menyimak perkataan Ann yang seperti putus harapan dengan hanya mengatupkan kedua bibirnya. Setelahnya mereka pun segera melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.

Di persimpangan jalan mereka pun berpisah, “Ann, besok kamu harus masuk, aku akan bawa makanan, kita makan bersama! Kamu bawa air saja!” ucap Alice sambil berlari.

Ann menandai dengan menganggkat jempolnya. Langkahnya pun dia percepat karena langit nampak mendung. Tiba-tiba langkah Ann terhenti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sudarto Ac
ceritanya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ann The Innocent    Part 112

    Setelah pamitan pada ibu, ayah serta Renata yang baru pulang dari sekolah. Ann langsung masuk ke dalam mobil milik pribadinya, dan sopir pun sudah duduk di depan stir. Sementara Juan masih bergeming di dekat pintu mobil, "Ann, kamu ikut mobilku, aku mau mengantarkanmu." Pinta Juan sembari menatap wajah gadis yang sudah duduk di atas jok mobil belakang. Ann menggelengkan kepalanya. "Aku sama sopir saja!" singkatnya. "Ayo Pak, kita jalan agar tidak ketinggalan pesawat." Ann menambahkan dengan melirik ke arah sopir. Sementara Juan yang masih terpaku di depan pintu mobil, akhirnya duduk di sebelah Ann. Sopir bergegas melajukan mobil. Sedangkan Juan serta Ann saling membisu di belakang, setelah beberapa saat Juan memiringkan badannya menghadap Ann yang sedang membaca buku. "Yang kamu lihat minggu lalu tidak sesuai penglihatanmu!" jelasnya pelan dengan tangan hendak meraih tangan Ann, akan tetapi ditepis olehnya. Ann pun beraksi sama disertai menatap wajah Juan. Kemudian berbicara ketus,

  • Ann The Innocent    Part 111

    Pesawat pribadi Erick yang ditumpangi dirinya serta Ann sudah mendarat dengan selamat di kota terkenal akan bangunan bersejarahnya namun berarsitektur kuno ini. Hawa sejuk musim semi serta rintikan hujan menyambut kedatangan dua manusia yang berbeda usia ini. "Selamat datang di London, Sir!" ucap Pengawal dari kolega Erick dengan ramah. Ann semakin tajkub pada sosok Erick ini. Sosoknya bagi Ann adalah inspirasinya. Kemudian para pengawal membawa Erick dan Ann agak jauh dari perkotaan. Selama perjalanan pandangan mata Ann menembus kaca jendela mobil jauh ke luar sana. Ya, jauh tidak karuan, hatinya kini hampa karena di sampingnya tidak ada sosok penguatnya. Akan tetapi berbeda setelah melihat handphonenya penuh dengan pesan dari Juan. Pesan-pesan itu seolah asupan energi semangatnya dia pun akhirnya tersenyum. Mobil berhenti di depan bangunan dengan arsitek paling unik di antara bangunan ataupun rumah lainnya. "Ayo, Ann!" ajak Erick yang sedang memperhatikan gadis belia

  • Ann The Innocent    Part 110

    Alarm jam yang terdapat di atas nakas Jeanne berdering keras persis di sebelah kuping Ann. Suaranya yang memekakan hingga menusuk genderang telinganya, membuat dirinya dengan cepat meraih jam tersebut serta melihatnya. Di sana terlihat pukul 04:25, Ann pun menoleh ke arah samping dimana Jeanne dan Sylvie tidur. "Ke mana mereka?" ucap Ann pada diri sendiri, karena menampaki teman-temannya memang sudah tidak ada di sampingnya. Ann pun bergegas duduk serta memperhatikan ke seluruh ruangan, ranjang Sylvie pun kosong. Matanya hanya melihat ke arah tempat tidur Rania yang dirinya masih tertidur pulas. "Ke mana mereka sepagi ini?" lagi-lagi Ann berbicara sendiri. Cepat sekali Ann masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan aktivitasnya. Setelahnya dia pun dengan segera berjalan ke arah dapur. "Juan? Jeanne? Sylvie?" ucap Ann agak terkejut karena mereka sudah ada di dalam dapur. "Pagi, Ann." Sapa Sylvie sambil memberikan secangkir susu coklat hangat. Ann tak

  • Ann The Innocent    Part 109

    Natalie beserta kecemburuan dan iri hatinya. Sementara Ruth dan Ann mereka berdua menikmati kebersamaan dengan saling bercanda tawa terkadang diselangi pelukan mesra. "Tante pinjam Ann sebentar!" ucap Juan pada Ruth. Juan melakukan itu agar Ruth tidak mencolok memperlakukan Ann hingga membuat Natalie cemberut. "Nat, temankan Tante Ruth sejenak!" Juan menoleh pada Natalie yang masih berdiri bergeming serta memasang muka tak bersahabat. Ruth sepertinya tidak mengerti dengan gelagat Natalie, dia malah berasumsi kalau Juan bereaksi seperti itu karena dirinya sudah tahu isi hati Juan pada putrinya. Kemudian menoleh pada Ann, "Ikutlah Ann, biar Juan tidak sewot melulu!" godanya. Ann mendelik ke arah Juan serta menghampiri, "Mau apa sih?" Juan tidak menjawab pertanyaan dari Ann, melainkan dengan cepat meraih jemarinya lalu menggenggamnya. Ann bertanya kembali, "Mau ke mana?" Juan berbisik ke petugas yang ada di depan pintu tad

  • Ann The Innocent    Part 108

    Ann menepuk pipinya pelan serta menggercapkan secara cepat kedua bola matanya."Iya, ini Kakak!" Natalie meyakinkan sambil menghampiri adiknya. Tangan kanannya meraih jemari gadis yang memakai pakaian adat Selandia Baru ini pelan sekali, sedangkan tangan kirinya mengelus halus pipi kirinya. "Kamu sangat cantik memakai pakaian ini, dan kamu memang cantik!" ucap Natalie dengan pandangan menatap tajam wajah adiknya.Ann tersenyum tipis serta langsung memeluk kakaknya ini. "Kakak kok bisa ada di sini?" desisnya tepat di kuping Natalie.Natalie merenggangkan pelukannya, dia menuntun adiknya ke arah sudut ruang ramah tamah yang sebelumnya Natalie memotong tart strawberri coklat dan menaruhnya di atas piring kecil lalu mengguyurkan coklat cair di atasnya. "Nih, dari pada colak colek seperti tadi! Jorok tahu!" sindir Natalie sambil memberikan piring kecil isi kue pada adiknya ini. Sumringah Ann mengambilnya serta langsung memakannya sembari dihayati.&n

  • Ann The Innocent    Part 107

    Napas Catherine tersengal melihat kesedihan saudaranya itu, dia pun turut merasakan bagaimana perasaan Ruth bertahun lamanya. Memahami kalau Ruth bukanlah seorang ibu yang melepaskan tanggung jawab begitu saja, akan tetapi beberapa alasan hingga membuat dirinya terpaksa melakukan semua, terlebih lagi demi keluarganya.Setegar-tegarnya Ruth, namun malam ini dia nampak rapuh. Air matanya mengalir deras di depan anak kandungnya yang sedang tertidur pulas. Tangan halusnya membelai rambut panjang Ann terhampar di atas bantal berbalut sarung berwarna putih. Satu kecupan hangat pun berlabuh di atas pipi mulus gadis belia ini. Kendati tertidur, Ann masih merasakan kecupan serta belaian dari ibu kandungnya ini. Akan tetapi dia berpura-pura memejamkan matanya.'Aku menyayangi kalian,Bu.' Bisik hati Ann dalam senyap. Ann mengerti semua kejadian ini terjadi karena ujian dari Tuhan. Mariez juga Ruth hanya sekedar korban dari para manusia yang telah dikendalikan hawa naf

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status