Share

Awal Kehancuran

Penulis: Indira Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-11 06:21:41

“17 juta?” Fajar melotot melihat mutasi rekeningnya melalui mobile banking. Dia memang memberikan kartu ATM-nya pada Keyra. Ya, dari pada memberi nafkah pada istrinya, Fajar memilih memberi nafkan pada Keyra.

Fajar langsung melakukan panggilan pada Keyra setelah sejak kemarin panggilan dari wanita itu dia abaikan.

Saat ini Fajar berada di depan pengadilan menjalani sidang pertama. Dia pikir Anin akan datang, ternyata Anin tidak datang hanya diwakilkan oleh pengacara saja. Sindang mediasi akhirnya tidak dilakukan karena menurut pengacara, keputusan Anin sudah bulat dan itu sudah menjadi kesepakatan bersama, Anin juga mengatakan kalau perceraian itu adalah keinginan Fajar sejak lama. Anin sudah mempertahankan pernikahan, tapi Fajar tidak mau.

Semua yang dikatakan pengacara Anin tidak salah, Fajar memang sejak lama mendesak Anin untuk mengajukan gugatan cerai, tapi entah kenapa saat Anin mengabulkan dan melakukan gugatan cerai, dia merasa tidak nyaman, Fajar ingin diberi kesempatan lagi untuk membuktikan kalau dia berubah.

“Baru inget sama aku?” suara di seberang sana membuat Fajar mendengus. Kalau biasanya dia senang sekali mendengar suara manja keyra, tapi entah kenapa saat ini dia merasa kesal, apalagi uang 17 juta yang barusan dipakai Keyra.

“Key, kamu pakai apa uang 17 juta?” tanyanya langsung perihal mutasi rekeningnya.

“Ya elah, Mas. Duit segitu saja heboh kamu. Kamu nggak mau nanyain aku marah nggak karena kamu nggak terima teleponku?”

“Kamu di mana, aku jemput kamu sekarang.”

“Nggau usah kalau cuma mempermasalahkan duit segitu.” Suara Keyra meninggi, biasanya Fajar langsung menenangkan Keyra karena kalau sudah marah, dia kesulitan menenagkan wanita itu.

“Uang segitu katamu? 17 juta itu banyak, Gajiku jadi manager saja cuma 7 juta, apa kamu mau buat aku miskin?” Biasanya dia tidak pernah mempermasalahkan saat Keyra memakai uangnya berapa pun jumlahnya, tapi mengingat sekarang dia tidak punya pekerjaan, dia kesal karena Keyra malah membelanjakan uang seenaknya.

“Kamu kenapa, sih, Mas?”

“Cepat katakan kamu di mana, aku akan jemput sekarang.”

Fajar menutup ponselnya setelah Keyra menunjukkan lokasinya berada. Ini adalah keadaan paling tidak nyaman, sebelum dia menemukan Anin, dia tidak boleh menghamburkan uangnya. Fajar akan meminta kartu ATM-nya yang dibawa Keyra agar uangnya tidak habis.

Setelah sampai di Mall di mana Keyra berada, Fajar langsung menuju kafe. Dia melihat Keyra bersama teman-temannya berada di kafe, Fajar langsung menghampirinya menarik tangan Keyra agar menjauh dari teman-temannya. Sebelum Keyra menghabiskan uangnya.

Seingat Fajar bulan lalu Keyra sudah membeli tas seharga 20 juta, Fajar sampai menggelapkan uang rumah makan milik Anin demi memenuhi kebutuhan Keyra.

“Mana kartu ATM-ku?”

“Apaan, sih, Mas?” Keyra tampak tak suka dengan sikap Fajar yang tiba-tiba mempermasalahkan uang yang dipakai.

“Aku nggak punya tabungan, Key. Anin sudah menggugat cerai dan aku dipecat.” Fajar meraup kasar wajahnya, ini mungkin awal kehancurannya.

“Kenapa bisa begitu, kamu harus pertahankan posisimu di sana, kalau bisa kamu ambil alih kepemilikan rumah makan itu. Kalian kan suami istri, kamu punya hak atas harta yang kalian dapat bersama.”

Fajar sedang malas menjelaskan apa pun, dia masih kesal dengan ibunya yang memintanya untuk meminta harta gono gini, kini Keyra juga meminta hal yang sama.

“Bukankah ini bagus? Anin menceraikanu dan kita bisa menikah. Kamu dapat setengah dari usaha kalian, dapat rumah juga. Aku tidak sabar kalian resmi bercerai.” Keyra bergelayut manja di lengan Fajar, tapi Fajar langsung menjauhkan Keyra.

Bukan masalah perceraian yang dia pikirkan sekarang, tapi bagaimana kehidupannya nanti setelah mereka berpisah.

Mungkin dia akan mendapatkan rumah karena rumah itu dibuat di tanah miliknya, tanah yang dia dapat dari warisan kakeknya. Namun, dia tidak yakin akan mendapatkan bagian dari rumah makan itu karena rumah makan itu ….

“Mas, ayo kita rayakan kemenangan kita.”

Keyra menarik tangan fajar. Dia mengikuti Keyra karena saat itu dia benar-benar buntu. Keyra mengajaknya ke ruang karaoke, Fajar hanya mengikuti saja saat Keyra mulai bernyanyi dengan suara cemprengnya.

Minuman haram yang biasa dihindari Fajar kini akhrinya dia coba. Fajar ingin mencari cara bagaimana agar dia juga mendapatkan bagian dari usahan mereka, dia mencoba mengingat-ingat surat perjanjian yang pernah mereka tanda tangani. Seketika dia ingat kalau surat perjanjian itu menyebutkan siapa pemilik rumah makan.

Fajar menggeleng, kalau sampai dia tidak mendapatkan apa-apa atas usaha itu, dia tidak akan melepas Anin.

“Key, sepertinya aku harus mencari Anin agar dia membatalkan gugatan cerai,” ujar Fajar.

Keyra menoleh, dia memicingkan matanya.

“Gila kamu, Mas! Kita nunggu Anin gugat kamu 10 tahun, aku menunggu selama itu kini setelah Anin menyerah, kenapa kamu malah mau cari Anin untuk membatalkan gugatan? Kamu sudah cinta sama dia? Kamu dikasih apa sampai tidak ingin berpisah dengannya?” Keyra berkata sinis.

“Kalau aku pisah sama Keyra, aku tidak bisa mendapatkan bagian dari usahanya. Kami sudah menandatangani surat perjanjian kalau kami berpisah aku tidak mendapakan apa pun dari usaha itu.”

“Apa maksud kamu, Mas?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anniversary Terakhir    Pilihan yang Salah

    "Apa ini?!" Fajar melempar kertas hasil pemeriksaan Keyra. Di sana ada penjelasan kalau rahim Keyra tidak baik-baik saja karena pernah menjalani aborsi. Sungguh Fajar merasa dibohongi oleh Keyra. "Kapan kamu melakukannya?" Suara Fajar bergetar, matanya memanas dan dadanya sesak. Sekelebat bayangan wanita yang selama ini dia abaikan muncul bersama kata-kata menyakitkan yang pernah dia lontarkan kembali terngiang di telinga. "Lihat dirimu, kamu tidak seperti Keyra dan tidak akan pernah bisa menggantikannya." Ucapan itu dia katakan tidak sekali, tapi berkali-kali dia katakan agar Anin menyerah. Namun, entah terbuat dari apa perasaan wanita itu hingga bisa bertahan menjalani siksaan batin selama 10 tahun. Mata Fajar memanas, rasa bersalah semakin menyeruak menyesakkan dadanya. Wajah tulus Anin waktu melayaninya, tatapan mata memohon saat Fajar berkali-kali menolak Anin. Sungguh, dia telah berdosa selama ini. Dia pikir, Keyra adalah wanita paling sempurna, Keyra sangat cantik, manja d

  • Anniversary Terakhir    Tidak Butuh Pengakuan

    Sebenarnya aku malas sekali berhubungan dengan mereka, aku mau fokus sama diriku sendiri. Saat anniversary terakhirku bersama mas Fajar, aku sudah berjanji tidak lagi mengalah pada keadaan, tidak lagi menjadi Anin yang dulu yang hanya memikirkan kebahagiaan orang lain. Ini semua gara-gara Andika yang akhirnya memberiku masalah setelah sekian bulan merasa hidupku tenang.Andai Syifa tidak datang dan merayuku agar membantu mereka, mungkin aku memilih tidak peduli. Lagi pula aku dan Andika tidak ada ikatan apa-apa, dia mungkin hanya terjebak orang tuanya harus segera menikah waktu melamarku.“Terima kasih, Mbak Anin.” Sofia terus saja memegang tanganku dalam pernjalan menuju rumah sakit.“Aku nggak jaji bisa membuat keadaan Dika membaik, lagian kamu aneh-aneh saja, aku bukan dokter yang bisa menyembuhkan orang sakit.” “Mbak kan punya hubungan sama Mas Dika, siapa tahu setelah ketemu sama Mbak Anin mas Dika sembuh.”“Kami nggak ada hubungan apa-apa.” Aku menegaskan itu berkali-kali agar

  • Anniversary Terakhir    Masih Tentang Andika

    “Sudah temui wanita itu?” tanya ibu Andika pada kedua anak perempuannya.“Sudah, Bu. Dia tidak akan temui Mas Dika lagi.” Dinda menjawab, wanita itu menatap kondisi kakaknya yang masih belum sadar.Setelah Syifa datang dan menjelaskan kalau dialah yang mendekatkan Andika dengan Anin, mereka marah besar, mereka mengira kalau Aninlah yang memang suka pada Andika. Sebagai seorang ibu pasti ingin melihat anak lelakinya menikah dengan wanita yang masih gadis, apalagi Andika pria yang sudah punya pekerjaan mapan, tinggal tunjuk saja para perempuan akan mau menikah dengan Andika. Meksi mereka tahu siapa Anindya, wanita yang terbilang cukup sukses dengan usahanya, tapi statusnya yang sebagai janda beranak satu tentu saja menjadi alasan bagi keluarga Andika menolak.“Kalau Anin tidak punya anak dari suaminya yang dulu, mungkin bisa dipertimbangkan,” kata wanita itu. “Sebenarnya tidak apa-apa menikahi janda. Anin memang janda, tapi mandiri, dia tidak akan menyusahkan Dika, Bu.” Sofia menat

  • Anniversary Terakhir    Tentang Andika

    “Serem ibunya Mas Dika. Mirip mertua di senetron ikan terbang.”Aku memijat kepala yang rasanya berdenyut karena kurang tidur dan juga memikirkan ucapan ibunya Andika tadi. Gara-gara Andika, orang tuanya berpikir yang tidak-tidak tentangku. "Ibunya Mas Dika itu mirip mertua di sinetron ikan terbang yang biasanya ditonton ibu. "Ibu itu kalau nonton sinetron, suka marah-marah di depan tivi. Ibu malah ngajari pemainnya buat lawan mertuanya yang jahat."Aku menyimak Dwi yang masih betah ngoceh sepanjang perjalanan kami pulang. "Kasih racun aja mertua seperti itu. Ibu sambil marah-marah bilang gitu. Terus aku jawab, nanti kalau aku punya istri, ibu cerewet kayak gitu, aku suruh istriku kasih racun. Eh, ibu marah, aku dipukul pakai kemoceng. Memangnya aku salah."Tawa kami pun menyembur keluar. Anak ini memang selalu bisa membuatku tertawa ditengah kegalauan hatiku. Pertemuanku dengan Dwi waktu itu karena dia sering sekali mampir di rumah makan, kadang cuma beli lauk saja, kadang minta

  • Anniversary Terakhir    Jangan Ganggu Anakku

    Aku diantar Dwi menuju rumah sakit. Berkali-kali mencoba menghubungi Syifa, tapi nomornya tidak aktif. Aku tidak tahu keluarga Andika, jadi aku harus ke sana untuk memastikan.“Kenapa bisa kecelakaan, Mbak? Apa patah hati ditolak Mbak Anin?” “Hus, ngawur aja kamu.”Sepanjang perjalanan pikiranku menduga-duga kenapa Andika bisa kecelakaan, apa setelah mengantarku semalam dia kecelakaan? Ah, aku jadi merasa bersalah andai gara-gara aku dia kecelakaan.Kami pun sampai di rumah sakit kota, lumayan jauh dari tempat kami, aku membutuhkan perjalanan 45 menit ngebut. Bocah di sebelahku yang sebenarnya belum punya sim itu nekat membawa mobil walau sering aku memintanya mengantar barang naik mobil, tapi hanya di area komplek saja.Dwi memarkir mobil setelah aku turun di depan. Aku langsung menuju meja resepsionis menanyakan korban kecelakaan bernama Andika. “Masih di IGD,” kata resepsionis itu.Aku menunggu Dwi, remaja itu berlari ke arahku lalu mengantarku ke IGD. Kami melangkah cepat, taku

  • Anniversary Terakhir    Teman Hidup

    “Nin, jangan salah paham.” “Salah paham apa, Mas.” Aku masih berusaha menekan kekesalanku padanya. Malam ini benar-benar buruk, tiba-tiba dilamar Andika lalu mas Fajar mendatangiku hanya ingin mengajakku ke acara Bani, padahal selama ini dia tidak pernah mau jika aku ajak bersama.“Keyra yang mempengaruhiku. Aku tidak pernah menolakmu, aku hanya ….”“Hanya malu karena punya istri jelek.”Aku tidak pernah lupa segala macam hinaannya, katanya aku tidak menarik, tidak modis, kuno dan tidak enak di ranjang makanya dia sangat jarang meminta jatah dariku.“Bukan begitu. Nin. Aku tidak pernah malu punya istri kamu, justru aku bangga punya istri kamu.”“Sudahlah, Mas, jangan membual. Aku lebih percaya ucapanmu yang dulu dari pada sekarang. Pulanglah, besok pagi aku minta kamu ambil barang di gudang.” Aku mengusirnya, tapi Mas Fajar masih tetap mematung seolah tidak mengerti kalau aku muak melihatnya.“Nin, ini demi Bani. Aku mohon sekali ini saja kita datang berdua.”“Bani sudah biasa meliha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status