Share

Orang Gila

Penulis: Indira Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-11 06:21:08

Di rumah, tidak ada siapa-siapa. Dia mencari Anin dan anaknya tidak ada di seluruh ruangan, di taman belakang yang biasa digunakan Anin sebagai tempat mengisi waktunya yang luang, Fajar tidak menemukan sosok itu.

Dulu setiap kali Fajar menengok ke taman belakang, dia melihat Anin duduk dengan laptopnya begitu fokus, entah apa yang dikerjakan Anin, Fajar tidak peduli, dia bahkan tidak suka di taman belakang karena akan melihat Anin, dia lebih suka di ruang keluarga sambil menonton televisi dan juga bisa menelepon Kayra.

Fajar masuk ke kamar untuk melihat pakaian Anin. Saat membuka lemari, dia tidak menemukan pakaian Anin yang hanya setumpuk itu. Fajar yakin kalau Anin benar-benar meninggalkannya.

“Kenapa tidak memberiku kesempatan, Nin,” gumamnya pelan.

Dia ingin diberi kesempatan, dia akan memutuskan hubungannya dengan Keyra, dia sudah bertekat memutuskan memilih Anin.

“Apa Anin bilang sesuatu pas jemput Bani?” tanya Fajar pada ibunya. Dia numpang makan di rumah ibunya karena sejak pagi belum makan. Dia langsung pulang begitu tahu kalau Anin sudah meninggalkannya.

“Memangnya kalian kenapa?” Ibunya balik bertanya.

“Dia pergi nggak pamit, Bu.”

“Istrimu itu memang begitu, suka melakukan apa pun tanpa izin. Heran, padahal bapaknya dulu orang ngerti agama. Eh, didik anaknya taat sama suami nggak bisa.”

Fajar mendengus mendengar ucapan ibunya. Bukan Anin yang salah, Anin selalu meminta izin setiap kali akan melakukan sesuatu, tapi Fajar selalu memarahinya agar tak mengganggunya. Itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya Anin tidak pernah mengganggunya lagi, bahkan saat membuka cabang rumah makan di kota sebelah pun Fajar tidak tahu, dia baru tahu setelah rumah makan berjalan setahun.

“Terus, kamu maunya gimana? Cerai sama Anin? Ibu tidak melarangmu, mau kamu nikahi Reyna atau tetap sama Anin, ibu tidak mau ikut campur karena kamu yang menjalani rumah tanggamu.”

Ibunya memang tidak pernah mengatur hidupnya, hanya waktu menikah dengan Anin saja ibunya yang meminta karena tidak enak dengan keluarga Anin. Hitung-hitung balas budi, begitu yang dikatakan ibunya meski awalnya dia menolak. Ibunya pernah mengatakan kalau dia boleh menikahi Keyra juga kalau Anin mau dipoligami, tapi Anin tidak mau dipoligami, akhirnya Fajar membiarkan hubungannya dengan Keyra berjalan begitu saja, mau nikah siri dilarang ayahnya.

“Sebenarnya … Anin sudah menggugat cerai, Bu.” Fajar menyodorkan surat dari pengadilan pada ibunya.

“Kenapa tiba-tiba dia minta cerai? Sudah kaya malah minta cerai. Jadi, selama ini kamu dimanfaatkan sama Anin untuk bantu usahanya, setelah sukses, dia malah buang kamu. Ibu sudah menduganya sejak awal, dia itu wanita licik. Kamu harus minta harta gono-gini, jangan mau kamu ngalah nggak dapat apa-apa dan rumah kamu, jangan kamu berikan sama Anin, itu tanah milik kamu.”

Fajar tidak menyangka reaksi ibunya begitu, ibunya hanya memikrikan uang saja, padahal dia ingin mendapatkan dukungan agar tetap memperhatahankan pernikahannya, bukan malah mempermasalahkan harta.

Setelah tidak mendapatkan apa pun selain tambah kesal karena ibunya malah memanasi, Fajar menuju rumah makan, dia yakin Anin ada di sana.

Suasana rumah makan seperti biasanya, selalu ramai. Di jam segini karyawan sebagian karyawan sedang istirahat, biasanya Anin mengirim makan siang untuk Bani dan Fajar memilih menemani Keyra makan siang di rumah Keyra. Hari-harinya tidak pernah tanpa Keyra dan Fajar yakin karena itulah dia tidak pernah bisa melihat Anin sebagai istri. Tujuan hidupnya hanya Keyra, dia tidak bisa lepas dari Keyra.

“Wati, Bu Anin mana?” tanya Fajar pada salah satu karyawan yang sedang membersihkan ruang kerjanya.

Gadis bertubuh mungil itu mengerutkan dahi, “Bukannya sama bapak ya?” dia bertanya balik. Berarti mereka tidak tahu di mana Anin.

Fajar ingin bertanya pada teman Anin, tapi dia tidak tahu siapa teman Anin kecuali karyawan di sini. Mungkin Anin tidak punya teman karena Anin terlalu pendiam dan tidak menyenangkan diajak berteman, begitu yang dipikirkan Fajar.

Saat dia menuju ke meja kerjanya, tiba-tiba ada wanita yang menyerobot tempatnya. Wanita itu bukan karyawan di sana, kenapa tiba-tiba masuk. Berani sekali.

“Anda siapa?” Wanita itu malah bertanya padanya.

“Kamu siapa tiba-tiba masuk ke ruangan saya?” Fajar balik bertanya.

“Saya manajer di sini, baru masuk kemarin.”

Fajar tergelak, mana mungkin dia digantikan begitu saja, dia sudah menandatangani kontrak kerja. Meski mereka suami istri, tapi masalah pekerjaan, Anin melakukan secara professional.

“Kamu jangan ngelindur ya, aku manager di sini, sejak rumah makan ini buka, aku yang jadi manajer.” Fajar mengibaskan tangannya agar wanita itu menjauh dari meja kerjanya.

“Tunggu, saya punya bukti kalau saya manajer di sini.” Wanita itu membuka laci meja lantas menunjukkan pada Fajar kalau benar wanita itu manajer di sana sejak kemarin, ada tanda tangan Anin dan wanita itu.

“Apa Anin memecatku?” gumamnya. Dia meremas kertas itu, tapi langsung ditarik oleh wanita itu.

“Pak, usir orang gila ini!” teriak wanita itu menunjuk Fajar dan menyebutnya orang gila.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anniversary Terakhir    Pilihan yang Salah

    "Apa ini?!" Fajar melempar kertas hasil pemeriksaan Keyra. Di sana ada penjelasan kalau rahim Keyra tidak baik-baik saja karena pernah menjalani aborsi. Sungguh Fajar merasa dibohongi oleh Keyra. "Kapan kamu melakukannya?" Suara Fajar bergetar, matanya memanas dan dadanya sesak. Sekelebat bayangan wanita yang selama ini dia abaikan muncul bersama kata-kata menyakitkan yang pernah dia lontarkan kembali terngiang di telinga. "Lihat dirimu, kamu tidak seperti Keyra dan tidak akan pernah bisa menggantikannya." Ucapan itu dia katakan tidak sekali, tapi berkali-kali dia katakan agar Anin menyerah. Namun, entah terbuat dari apa perasaan wanita itu hingga bisa bertahan menjalani siksaan batin selama 10 tahun. Mata Fajar memanas, rasa bersalah semakin menyeruak menyesakkan dadanya. Wajah tulus Anin waktu melayaninya, tatapan mata memohon saat Fajar berkali-kali menolak Anin. Sungguh, dia telah berdosa selama ini. Dia pikir, Keyra adalah wanita paling sempurna, Keyra sangat cantik, manja d

  • Anniversary Terakhir    Tidak Butuh Pengakuan

    Sebenarnya aku malas sekali berhubungan dengan mereka, aku mau fokus sama diriku sendiri. Saat anniversary terakhirku bersama mas Fajar, aku sudah berjanji tidak lagi mengalah pada keadaan, tidak lagi menjadi Anin yang dulu yang hanya memikirkan kebahagiaan orang lain. Ini semua gara-gara Andika yang akhirnya memberiku masalah setelah sekian bulan merasa hidupku tenang.Andai Syifa tidak datang dan merayuku agar membantu mereka, mungkin aku memilih tidak peduli. Lagi pula aku dan Andika tidak ada ikatan apa-apa, dia mungkin hanya terjebak orang tuanya harus segera menikah waktu melamarku.“Terima kasih, Mbak Anin.” Sofia terus saja memegang tanganku dalam pernjalan menuju rumah sakit.“Aku nggak jaji bisa membuat keadaan Dika membaik, lagian kamu aneh-aneh saja, aku bukan dokter yang bisa menyembuhkan orang sakit.” “Mbak kan punya hubungan sama Mas Dika, siapa tahu setelah ketemu sama Mbak Anin mas Dika sembuh.”“Kami nggak ada hubungan apa-apa.” Aku menegaskan itu berkali-kali agar

  • Anniversary Terakhir    Masih Tentang Andika

    “Sudah temui wanita itu?” tanya ibu Andika pada kedua anak perempuannya.“Sudah, Bu. Dia tidak akan temui Mas Dika lagi.” Dinda menjawab, wanita itu menatap kondisi kakaknya yang masih belum sadar.Setelah Syifa datang dan menjelaskan kalau dialah yang mendekatkan Andika dengan Anin, mereka marah besar, mereka mengira kalau Aninlah yang memang suka pada Andika. Sebagai seorang ibu pasti ingin melihat anak lelakinya menikah dengan wanita yang masih gadis, apalagi Andika pria yang sudah punya pekerjaan mapan, tinggal tunjuk saja para perempuan akan mau menikah dengan Andika. Meksi mereka tahu siapa Anindya, wanita yang terbilang cukup sukses dengan usahanya, tapi statusnya yang sebagai janda beranak satu tentu saja menjadi alasan bagi keluarga Andika menolak.“Kalau Anin tidak punya anak dari suaminya yang dulu, mungkin bisa dipertimbangkan,” kata wanita itu. “Sebenarnya tidak apa-apa menikahi janda. Anin memang janda, tapi mandiri, dia tidak akan menyusahkan Dika, Bu.” Sofia menat

  • Anniversary Terakhir    Tentang Andika

    “Serem ibunya Mas Dika. Mirip mertua di senetron ikan terbang.”Aku memijat kepala yang rasanya berdenyut karena kurang tidur dan juga memikirkan ucapan ibunya Andika tadi. Gara-gara Andika, orang tuanya berpikir yang tidak-tidak tentangku. "Ibunya Mas Dika itu mirip mertua di sinetron ikan terbang yang biasanya ditonton ibu. "Ibu itu kalau nonton sinetron, suka marah-marah di depan tivi. Ibu malah ngajari pemainnya buat lawan mertuanya yang jahat."Aku menyimak Dwi yang masih betah ngoceh sepanjang perjalanan kami pulang. "Kasih racun aja mertua seperti itu. Ibu sambil marah-marah bilang gitu. Terus aku jawab, nanti kalau aku punya istri, ibu cerewet kayak gitu, aku suruh istriku kasih racun. Eh, ibu marah, aku dipukul pakai kemoceng. Memangnya aku salah."Tawa kami pun menyembur keluar. Anak ini memang selalu bisa membuatku tertawa ditengah kegalauan hatiku. Pertemuanku dengan Dwi waktu itu karena dia sering sekali mampir di rumah makan, kadang cuma beli lauk saja, kadang minta

  • Anniversary Terakhir    Jangan Ganggu Anakku

    Aku diantar Dwi menuju rumah sakit. Berkali-kali mencoba menghubungi Syifa, tapi nomornya tidak aktif. Aku tidak tahu keluarga Andika, jadi aku harus ke sana untuk memastikan.“Kenapa bisa kecelakaan, Mbak? Apa patah hati ditolak Mbak Anin?” “Hus, ngawur aja kamu.”Sepanjang perjalanan pikiranku menduga-duga kenapa Andika bisa kecelakaan, apa setelah mengantarku semalam dia kecelakaan? Ah, aku jadi merasa bersalah andai gara-gara aku dia kecelakaan.Kami pun sampai di rumah sakit kota, lumayan jauh dari tempat kami, aku membutuhkan perjalanan 45 menit ngebut. Bocah di sebelahku yang sebenarnya belum punya sim itu nekat membawa mobil walau sering aku memintanya mengantar barang naik mobil, tapi hanya di area komplek saja.Dwi memarkir mobil setelah aku turun di depan. Aku langsung menuju meja resepsionis menanyakan korban kecelakaan bernama Andika. “Masih di IGD,” kata resepsionis itu.Aku menunggu Dwi, remaja itu berlari ke arahku lalu mengantarku ke IGD. Kami melangkah cepat, taku

  • Anniversary Terakhir    Teman Hidup

    “Nin, jangan salah paham.” “Salah paham apa, Mas.” Aku masih berusaha menekan kekesalanku padanya. Malam ini benar-benar buruk, tiba-tiba dilamar Andika lalu mas Fajar mendatangiku hanya ingin mengajakku ke acara Bani, padahal selama ini dia tidak pernah mau jika aku ajak bersama.“Keyra yang mempengaruhiku. Aku tidak pernah menolakmu, aku hanya ….”“Hanya malu karena punya istri jelek.”Aku tidak pernah lupa segala macam hinaannya, katanya aku tidak menarik, tidak modis, kuno dan tidak enak di ranjang makanya dia sangat jarang meminta jatah dariku.“Bukan begitu. Nin. Aku tidak pernah malu punya istri kamu, justru aku bangga punya istri kamu.”“Sudahlah, Mas, jangan membual. Aku lebih percaya ucapanmu yang dulu dari pada sekarang. Pulanglah, besok pagi aku minta kamu ambil barang di gudang.” Aku mengusirnya, tapi Mas Fajar masih tetap mematung seolah tidak mengerti kalau aku muak melihatnya.“Nin, ini demi Bani. Aku mohon sekali ini saja kita datang berdua.”“Bani sudah biasa meliha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status