“17 juta?” Fajar melotot melihat mutasi rekeningnya melalui mobile banking. Dia memang memberikan kartu ATM-nya pada Keyra. Ya, dari pada memberi nafkah pada istrinya, Fajar memilih memberi nafkan pada Keyra.Fajar langsung melakukan panggilan pada Keyra setelah sejak kemarin panggilan dari wanita itu dia abaikan.Saat ini Fajar berada di depan pengadilan menjalani sidang pertama. Dia pikir Anin akan datang, ternyata Anin tidak datang hanya diwakilkan oleh pengacara saja. Sindang mediasi akhirnya tidak dilakukan karena menurut pengacara, keputusan Anin sudah bulat dan itu sudah menjadi kesepakatan bersama, Anin juga mengatakan kalau perceraian itu adalah keinginan Fajar sejak lama. Anin sudah mempertahankan pernikahan, tapi Fajar tidak mau.Semua yang dikatakan pengacara Anin tidak salah, Fajar memang sejak lama mendesak Anin untuk mengajukan gugatan cerai, tapi entah kenapa saat Anin mengabulkan dan melakukan gugatan cerai, dia merasa tidak nyaman, Fajar ingin diberi kesempatan lagi
Anniversary Terakhir Andai aku tahu sejak awal kalau dia tidak menginginkan pernikahan ini, aku tidak akan memaksa menikah meski pernikahan kami sudah direncanakan sejak kami masih kecil. ______ "Kayra memintaku untuk segera menikahinya, Anin. Kami sudah lama menunggu." Sepuluh tahun kami menikah, ternyata apa yang aku lakukan selama ini tidak membuatnya menerimaku. Andai aku tahu sejak awal, aku tidak akan memaksakan diri menikah dengan Mas Fajar. Saat itu ibu mengajakku ke kampung halaman setelah bapak meninggal, ibu bilang, mereka sudah menjodohkanku dengan anak temannya. Fajar Nugraha nama lelaki itu. Aku tidak sepenuhnya ingat karena keluarga kami di perantauan saat kami sama-sama masih kecil. "Pergilah, temui keluarga Abas, nikahkan Anin sama Fajar. Aku tidak mau membawa hutang janji sampai mati." Bapak bilang itu hutang janji, aku tidak tahu perjanjian seperti apa yang mereka lakukan hingga ibu langsung membawaku ke kota tempat tinggal keluarga Mas Fajar. Saat ib
Aku memutuskan untuk menyerah setelah Mas Fajar berkali-kali minta agar aku mengajukan gugatan cerai. Mereka memang meminta aku yang menggugat cerai karena usaha yang kami kelola adalah murni dari uangku. Saat ini Mas Fajar yang membantuku mengelola rumah makan kami. Saat awal menikah, Mas Fajar bekerja di kantor perkebunan di kota ini. Aku yang sejak awal tidak diterima oleh Mas Fajar merasa perlu punya usaha sendiri karena aku pikir, jika aku menguatkan ekonomi keluarga, mereka akan melihatku, tidak hanya menganggapku sebagai benalu saja. Kebetulan aku pernah kursus memasak dan orang-orang bilang rasa masakanku enak. Berbekal dari uang sisa penjualan rumah di kota, aku membuka rumah makan, bukan rumah makan kecil, tapi aku membuat rumah makan besar setara kafe. Karena aku tinggal di kota pinggiran, tentu aku mengusung konsep rumah makan. Untuk urusan ini aku merasa Tuhan begitu baik padaku, di tahun ke dua, usahaku semakin ramai, aku bisa memperkerjakan hingga seratus karyawan k
“Aku nggak setuju, nanti setelah kalian bulan madu, kamu nggak jadi ceraikan Anin.” Kayra bersendekap menatap sinis pada Fajar.“Apa kamu meragukan pengorbananku, Kay?” Fajar mendengus, dia ingin segera menyelesaikan ini, tinggal selangkah lagi, tapi kenapa Kayra mempersulitnya.Ini sudah entah kesekian kalinya Fajar meyakinkan agar Kayra memberi izin, toh, itu hanya sehari, setelah itu mereka bisa menikah dan Fajar tidak kehilangan hartanya karena Anin yang mengajukan gugatan cerai seperti perjanjian sebelum menikah. Dan … karena perjanjina itulah akhirnya membuat Fajar terus saja menyakiti Anin agar Anin tidak bahagia dan cepat mengajukan gugatan cerai.“Sehari kamu bersamanya, hanya berdua. Mustahil kamu nggak tertarik sama Anin.”Fajar meraup wajahnya kasar, terlalu lelah menghadapi sikap egois Kayra.“Aku sudah buktikan 10 tahun bisa, ini hanya sehari. Ayolah, Kay, jangan seperti anak kecil atau aku yang menceraikan Anin tapi kamu harus terima kalau aku tidak punya apa-apa. Kita
“Aku titip Bani, Bu.”“Memangnya kamu mau ke mana?”Ibu sedang mengambil makanan, seperti biasanya beliau jarang memasak, bahkan tidak pernah memasak selalu membawa dari rumah makan kami, tak jarang juga aku meminta karyawanku untuk mengirimi makanan. Itu terjadi sudah sejak lama. Awalnya hanya sesakali saja, lama-lama hampir tiap hari, lebih parahnya semenjak ibu meninggal, ibu mertua minta jatah sehari tiga kali. Aku tidak masalah, toh itu hanya makanan, lagi pula rumah makan semakin ramai, kamu juga buka catering untuk acara nikahan. “Mau bulan madu, mau buatkan adek untuk Bani,” jawabku.Ibu yang mengambil telur balado sampai menjatuhkan telurnya di lantai, mungkin karena kaget aku bilang begitu.Selama ini mereka sudah memintaku buatkan adik untuk Bani, aku sebenarnya juga mau, tapi Mas Fajar tidak mau punya anak lagi, entah alasan apa, tapi beberapa minggu yang lalu akhirnya aku tahu kalau itu permintaan Keyra, aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.“Kamu nggak boleh
“Nin, kamu di mana?” Fajar mencari ke semua ruangan di vila itu, dia tidak menemukan istrinya.Seharian kemarin mereka melakukan banyak hal bersama, main kejar-kejaran di pantai; membuat kue bersama dan banyak lagi kegiatan yang belum pernah mereka lakukan selama 10 tahun diakhiri dengan malam panjang penuh gelora. Fajar tidak pernah merasakan sebahagia ini selama 10 tahun. Dia merasa Anin berbeda dari biasanya.Saat dia kembali lagi ke kamar, dia baru sadar kalau koper yang dibawa Anin sudah tidak ada. Fajar langsung memerikan lemari dan … benar juga, baju-baju Anin tidak ada, di lemari hanya ada bajunya dan juga ….Dia mengambil map warna kuning yang ada di atas bajunya. Fajar membuka map itu, dia menegrutkan dahi saat membaca kop surat bertuliskan pengadilan agama.Tubuh Fajar langsung lemas, dia mendesah pelan. Apa yang dikatakan Anin ternyata benar terjadi, dia meminta hadiah anniversary terakhir dan memberikan hadiah indah itu.Tidak, Fajar berubah pikiran sejak semalam. Saat di
“17 juta?” Fajar melotot melihat mutasi rekeningnya melalui mobile banking. Dia memang memberikan kartu ATM-nya pada Keyra. Ya, dari pada memberi nafkah pada istrinya, Fajar memilih memberi nafkan pada Keyra.Fajar langsung melakukan panggilan pada Keyra setelah sejak kemarin panggilan dari wanita itu dia abaikan.Saat ini Fajar berada di depan pengadilan menjalani sidang pertama. Dia pikir Anin akan datang, ternyata Anin tidak datang hanya diwakilkan oleh pengacara saja. Sindang mediasi akhirnya tidak dilakukan karena menurut pengacara, keputusan Anin sudah bulat dan itu sudah menjadi kesepakatan bersama, Anin juga mengatakan kalau perceraian itu adalah keinginan Fajar sejak lama. Anin sudah mempertahankan pernikahan, tapi Fajar tidak mau.Semua yang dikatakan pengacara Anin tidak salah, Fajar memang sejak lama mendesak Anin untuk mengajukan gugatan cerai, tapi entah kenapa saat Anin mengabulkan dan melakukan gugatan cerai, dia merasa tidak nyaman, Fajar ingin diberi kesempatan lagi
Di rumah, tidak ada siapa-siapa. Dia mencari Anin dan anaknya tidak ada di seluruh ruangan, di taman belakang yang biasa digunakan Anin sebagai tempat mengisi waktunya yang luang, Fajar tidak menemukan sosok itu.Dulu setiap kali Fajar menengok ke taman belakang, dia melihat Anin duduk dengan laptopnya begitu fokus, entah apa yang dikerjakan Anin, Fajar tidak peduli, dia bahkan tidak suka di taman belakang karena akan melihat Anin, dia lebih suka di ruang keluarga sambil menonton televisi dan juga bisa menelepon Kayra.Fajar masuk ke kamar untuk melihat pakaian Anin. Saat membuka lemari, dia tidak menemukan pakaian Anin yang hanya setumpuk itu. Fajar yakin kalau Anin benar-benar meninggalkannya.“Kenapa tidak memberiku kesempatan, Nin,” gumamnya pelan.Dia ingin diberi kesempatan, dia akan memutuskan hubungannya dengan Keyra, dia sudah bertekat memutuskan memilih Anin.“Apa Anin bilang sesuatu pas jemput Bani?” tanya Fajar pada ibunya. Dia numpang makan di rumah ibunya karena sejak pa
“Nin, kamu di mana?” Fajar mencari ke semua ruangan di vila itu, dia tidak menemukan istrinya.Seharian kemarin mereka melakukan banyak hal bersama, main kejar-kejaran di pantai; membuat kue bersama dan banyak lagi kegiatan yang belum pernah mereka lakukan selama 10 tahun diakhiri dengan malam panjang penuh gelora. Fajar tidak pernah merasakan sebahagia ini selama 10 tahun. Dia merasa Anin berbeda dari biasanya.Saat dia kembali lagi ke kamar, dia baru sadar kalau koper yang dibawa Anin sudah tidak ada. Fajar langsung memerikan lemari dan … benar juga, baju-baju Anin tidak ada, di lemari hanya ada bajunya dan juga ….Dia mengambil map warna kuning yang ada di atas bajunya. Fajar membuka map itu, dia menegrutkan dahi saat membaca kop surat bertuliskan pengadilan agama.Tubuh Fajar langsung lemas, dia mendesah pelan. Apa yang dikatakan Anin ternyata benar terjadi, dia meminta hadiah anniversary terakhir dan memberikan hadiah indah itu.Tidak, Fajar berubah pikiran sejak semalam. Saat di
“Aku titip Bani, Bu.”“Memangnya kamu mau ke mana?”Ibu sedang mengambil makanan, seperti biasanya beliau jarang memasak, bahkan tidak pernah memasak selalu membawa dari rumah makan kami, tak jarang juga aku meminta karyawanku untuk mengirimi makanan. Itu terjadi sudah sejak lama. Awalnya hanya sesakali saja, lama-lama hampir tiap hari, lebih parahnya semenjak ibu meninggal, ibu mertua minta jatah sehari tiga kali. Aku tidak masalah, toh itu hanya makanan, lagi pula rumah makan semakin ramai, kamu juga buka catering untuk acara nikahan. “Mau bulan madu, mau buatkan adek untuk Bani,” jawabku.Ibu yang mengambil telur balado sampai menjatuhkan telurnya di lantai, mungkin karena kaget aku bilang begitu.Selama ini mereka sudah memintaku buatkan adik untuk Bani, aku sebenarnya juga mau, tapi Mas Fajar tidak mau punya anak lagi, entah alasan apa, tapi beberapa minggu yang lalu akhirnya aku tahu kalau itu permintaan Keyra, aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.“Kamu nggak boleh
“Aku nggak setuju, nanti setelah kalian bulan madu, kamu nggak jadi ceraikan Anin.” Kayra bersendekap menatap sinis pada Fajar.“Apa kamu meragukan pengorbananku, Kay?” Fajar mendengus, dia ingin segera menyelesaikan ini, tinggal selangkah lagi, tapi kenapa Kayra mempersulitnya.Ini sudah entah kesekian kalinya Fajar meyakinkan agar Kayra memberi izin, toh, itu hanya sehari, setelah itu mereka bisa menikah dan Fajar tidak kehilangan hartanya karena Anin yang mengajukan gugatan cerai seperti perjanjian sebelum menikah. Dan … karena perjanjina itulah akhirnya membuat Fajar terus saja menyakiti Anin agar Anin tidak bahagia dan cepat mengajukan gugatan cerai.“Sehari kamu bersamanya, hanya berdua. Mustahil kamu nggak tertarik sama Anin.”Fajar meraup wajahnya kasar, terlalu lelah menghadapi sikap egois Kayra.“Aku sudah buktikan 10 tahun bisa, ini hanya sehari. Ayolah, Kay, jangan seperti anak kecil atau aku yang menceraikan Anin tapi kamu harus terima kalau aku tidak punya apa-apa. Kita
Aku memutuskan untuk menyerah setelah Mas Fajar berkali-kali minta agar aku mengajukan gugatan cerai. Mereka memang meminta aku yang menggugat cerai karena usaha yang kami kelola adalah murni dari uangku. Saat ini Mas Fajar yang membantuku mengelola rumah makan kami. Saat awal menikah, Mas Fajar bekerja di kantor perkebunan di kota ini. Aku yang sejak awal tidak diterima oleh Mas Fajar merasa perlu punya usaha sendiri karena aku pikir, jika aku menguatkan ekonomi keluarga, mereka akan melihatku, tidak hanya menganggapku sebagai benalu saja. Kebetulan aku pernah kursus memasak dan orang-orang bilang rasa masakanku enak. Berbekal dari uang sisa penjualan rumah di kota, aku membuka rumah makan, bukan rumah makan kecil, tapi aku membuat rumah makan besar setara kafe. Karena aku tinggal di kota pinggiran, tentu aku mengusung konsep rumah makan. Untuk urusan ini aku merasa Tuhan begitu baik padaku, di tahun ke dua, usahaku semakin ramai, aku bisa memperkerjakan hingga seratus karyawan k
Anniversary Terakhir Andai aku tahu sejak awal kalau dia tidak menginginkan pernikahan ini, aku tidak akan memaksa menikah meski pernikahan kami sudah direncanakan sejak kami masih kecil. ______ "Kayra memintaku untuk segera menikahinya, Anin. Kami sudah lama menunggu." Sepuluh tahun kami menikah, ternyata apa yang aku lakukan selama ini tidak membuatnya menerimaku. Andai aku tahu sejak awal, aku tidak akan memaksakan diri menikah dengan Mas Fajar. Saat itu ibu mengajakku ke kampung halaman setelah bapak meninggal, ibu bilang, mereka sudah menjodohkanku dengan anak temannya. Fajar Nugraha nama lelaki itu. Aku tidak sepenuhnya ingat karena keluarga kami di perantauan saat kami sama-sama masih kecil. "Pergilah, temui keluarga Abas, nikahkan Anin sama Fajar. Aku tidak mau membawa hutang janji sampai mati." Bapak bilang itu hutang janji, aku tidak tahu perjanjian seperti apa yang mereka lakukan hingga ibu langsung membawaku ke kota tempat tinggal keluarga Mas Fajar. Saat ib