Share

Bab 16 Kesepian yang Membunuh

Leherku sakit. Aku tidur telungkup, memendamkan wajah merah beringus ke bantal. Rupanya aku menangis sampai ketiduran. Tidaklah buruk, setidaknya tangisan tadi mengantarkanku untuk tidur nyenyak. Selama aku tinggal di sekolah ini, sedetik pun aku tidak bisa beristirahat. Setiap inci dari tubuhmu, setiap kesadaran yang aku punya, hanya berporos pada Pak Darma.

“Rupanya kau tertidur di sini.” Itu dia, seseorang yang baru saja aku pikirkan.

“Kau tidak boleh tidur di UKS, di sini hanya untuk murid yang sakit saja.”

Dia terus mengoceh. Sedangkan aku masih berusaha untuk mengakat kepala. Pandanganku masih berkunang-kunang. Lampu UKS menyala, mendobrak kasar bola mata. Aku mengucek-kucek kedua bola mataku dan mendapati Pak Darma duduk di sebelah kasurku. Seperti bernostalgia, bedanya kali ini dia tidak membawa segelas susu.

“Apa yang bapak inginkan sekarang? Membunuhku di tengah malam sama seperti sahabatku ku pergi kemarin?” aku duduk di atas kasur, sepenuhnya menghadap Pak Darma.

“Aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status