Share

Masa Lalu

Wijaya mengambil resiko dengan tetap terlibat dalam proyek yang akhirnya membuat ketiga sahabatnya ikut serta, orang tua Wijaya dan Vita akhirnya hanya bisa mengikuti naluri yang dirinya miliki. Saat ini dirinya berada di rumah bersama sahabat – sahabatnya karena Vita lagi ingin makan masakannya Mira bersama yang lain, Vita hanya memandang Mira yang sedang memasak sedangkan keempat pria duduk tidak jauh dari mereka berdua.

“Vita makin seksi,” ucap Austin membuat Wijaya menatapnya tajam.

“Bukankah kalian tidak ada perasaan untuk apa marah jika ada pria lain mengatakan istrimu seksi?,” tanya Regan memberi tatapan menggoda pada Wijaya.

“Pertemanan kita ini lucu di mana sukanya siapa sama siapa tapi yang menikah beda orang,” ucap Austin membuat semua menatapnya “Yuta bagaimana sama gadis yang waktu itu?.”

Yuta hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Austin “apa itu penting?.”

Austin hanya mengangkat bahu tapi selanjutnya mereka membahas masalah keputusan Wijaya yang menerima proyek tersebut sambil pandangan mereka ke arah wanita yang sedang masak lebih tepatnya Mira yang memasak sedangkan Vita hanya mengikuti ke mana langkat Mira, para pria yang melihat bagaimana sikap Vita hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum.

“Melihat Mira aku jadi tahu alasan kenapa ibuku menginginkan dia menjadi menantu, tapi meski Hera melakukan hal yang sama tetap saja tidak berpengaruh apa pun dan sepertinya aku akan hidup sendiri tanpa menikah lagi.”

“Atau kamu menikah dengan wanita pilihan ibumu,” usul Regan.

Austin menatap Regan lalu menghembuskan nafas panjang “berarti kamu memberikan Mira buat aku?,” tanya Austin yang mendapatkan tatapan tajam dari Regan “kalau pun aku menyetujui Mira dan dia menerimanya tapi hal itu tidak membuatku yakin jika ibuku akan berubah menjadi baik.”

“Sebenarnya dia ibu kandungmu atau bukan sampai sejauh itu sama wanita yang dekat denganmu?,” tanya Vita yang bergabung bersama para pria karena terlalu lelah mengikuti Mira “dulu ketika awal kamu bersama Hera di mana ibu kamu baik – baik saja bahkan menerima dengan senyuman tapi berubah setelah kalian menikah, aku jadi berpikir apakah ada tindakan atau kata-kata Hera yang menyalurkan dirinya?.”

Semua terdiam mendengar perkataan Vita dan selama ini sebenarnya sudah banyak pertanyaan mengenai hal tersebut tapi tidak berani mengungkapkan pada Austin, Hera sosok lemah lembut dan semua berpikir apa yang dikatakan Vita tidak mungkin terjadi. Austin terdiam membuat semua menatap ke arahnya dengan tatapan kasihan dan selama ini mereka semua sudah mendengarkan keluhan Austin terlalu sering mengenai apa yang terjadi pada rumah tangganya.

“Aku bukan mengecilkanmu hanya saja terkadang melihat ibumu rasanya tidak mungkin menyakiti Hera.”

“Semua tidak akan terjadi kalau kamu selalu ada di sisinya ketika dibutuhkan dan selama ini Hera tidak mendapatkan itu darimu, Hera beberapa kali datang ke tempat kami bercerita mengenai luka batin serta fisiknya yang disembunyikan darimu dan kami meminta Hera berbicara denganmu tapi dia hanya tidak ingin hubunganmu dan ibu berantakan meski kami menyesal dengan keputusannya itu.”

“Kenapa kalian tidak bicara dengan Austin?,” Wijaya menatap kedua wanita tersebut bergantian membuat mereka berdua saling memandang.

“Permintaan Hera.”

Austin dan ketiga pria yang berada di sana membelalakkan mata mendengar perkataan kedua wanita tersebut, sebenarnya mereka bisa saja marah hanya jika itu permintaan seseorang mereka berdua akan lebih mengikuti permintaan tersebut tanpa perlu susah para pria memohon karena sudah tahu seperti apa mereka berdua.

“Seandainya kami beri tahu kamu, apakah akan mengubah segalanya?,” tanya Vita menatap Austin “yang ada ibu kamu semakin membenci Hera atau kamu diminta meninggalkan Hera.”

Austin membenarkan perkataan Vita dan tidak bisa membantu sedikit pun, dirinya tidak berpikir jauh sampai ke arah sana karena selama ini hidup dengan penyesalan dan menyalahkan sang ibu atas apa yang telah dilakukan pada istrinya Hera tersebut. Austin menunduk dengan mengucapkan maaf dalam hati karena tidak bisa menjadi suami yang baik bagi Hera dan juga menjaga buah cinta mereka berdua sampai harus keguguran.

“Menyesal pun tidak ada gunanya jadikan ini semua pembelajaran buat kita semua,” ucap Regan yang disetujui yang lain “kamu harus bisa membuka hati karena Hera pasti sedih kalau melihat kamu terpuruk seperti ini dan jadikan ini motivasi untuk menjadi lebih baik, kalian berdua jangan lagi menyembunyikan sesuatu pada kami sekecil apa pun.”

Kedua wanita tersebut hanya bisa mengangguk mendengar perkataan Regan yang akhirnya membuat para pria bernafas lega setelah para wanita meminta maaf pada Austin meski Austin sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut lagi karena semua telah berlalu dan dirinya harus melangkah ke depan.

“Ayo kita perbaiki diri sama – sama,” ucap Yuta sambil menepuk punggung Austin pelan “ingat kamu memiliki kami.”

Wijaya mengalihkan pembicaraan mengenai bisnis yang sedang mereka lakukan dengan melibatkan Vita dan Mira, kedua wanita ini memiliki naluri bisnis yang tidak main-main dan itu membuat Wijaya dan ketiga pria ini terkadang atau bisa dikatakan sering untuk meminta pendapat meski keputusan ada di tangan pribadi. Saran serta dukungan yang diberikan mereka berdua selalu tepat sasaran dan jarang sekali meleset seolah sudah dihitung dengan baik bahkan prosentase gagal sekali pun.

“Jadi ini kita nekat mengambil proyek dengan orang pemerintahan?,” tanya Yuta yang diangguki Wijaya “resikonya besar.”

Wijaya mengangguk “kita harus buat resiko itu mengecil dengan kemampuan yang kita miliki, pikiranku jika ini berhasil maka nama perusahaan kita semakin berkembang pesat.”

“Jiks gagal maka usaha kita akan hancur sehancurnya,” sambung Regan membuat semua terdiam termasuk Wijaya.

“Semua tidak ada yang tidak mungkin jika kita percaya sama Tuhan dan aku yakin Tuhan akan membantu kita bagaimana pun caranya yang kita tidak sadari,” sahut Vita membuat semua terdiam “yang mengiringi langkah kita Tuhan bukan orang.”

Yuta menghembuskan nafas panjang menatap Vita “memang tapi resiko terbesar adalah kita akan hancur jika gagal.”

Vita tersenyum “perkataanmu seakan tidak percaya keajaiban yang Tuhan berikan.”

Vita berdiri dari kursi membuat Wijaya ikut serta karena arah langkah Vita adalah kamar mereka, perbuatan Vita kali ini membuat Wijaya berpikir banyak hal termasuk keputusannya terlibat dalam proyek tersebut yang membuat Vita sedikit marah ditambah apa yang terjadi barusan di meja makan.

“Tidak ada maksud mengatakan hal tersebut jadi bisakah kamu percaya?.”

Wijaya menatap Vita lembut “aku percaya niat kamu baik tapi mengatakan di saat tidak tepat,” kata Wijaya yang membuat Vita mengangguk pelan “aku butuh dukunganmu untuk apa yang aku lakukan kali ini.”

Vita tersenyum “kamu sudah mendapatkan dukungan setelah memilih apa yang akan kamu lakukan,” ucap Vita “pesanku hanya satu jika kamu sukses menjalankan ini jangan pernah libatkan anak kita dalam dunia ini, aku akan membantu dalam mendidik mereka bahkan hal terkecil sekali pun dan tidak usah khawatir jika mereka mencuri semua darimu karena Tuhan tidak tidir.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status