"Awas!" Qyra berteriak nyaring. Ia segera memeluk melindungi Meisie yang duduk di pangkuannya.
Ken menginjak pedal gasnya, membanting stirnya ke arah kanan. Decitan nyaring, asap terlihat karena gesekan ban dan aspal jalanan. Bersamaan dengan itu dua mobil saling bertabrakan. Salah satu mobil teeseret beberapa meter oleh truk trailer, sedang mobil lainnya terbalik.
Mobil Kenneth berhasil dikendalikan. Wajah Qyra dan Meisie terlihat pucat. Qyra merasa de javu. Ia seperti pernah mengalami hal ini. Detik selanjutnya Qyra menyadari bahwa itu adalah ingatan pemilik tubuh sebelumnya.
Kenneth melihat ke arah Meisie. "Sayang, kau baik-baik saja?" Ia menatap Meisie cemas.
Meisie masih merasa shock, ia tidak menjawab pertanyaan pamannya.
"Meisie?" Kenneth bersuara lagi.
Qyra menjawab Kenneth. "Meisie baik-baik saja. Dia hanya terkejut."
"Tenangkan
"Qyra, bisa bantu aku antarkan ini ke kamar Kenneth?" Delillah mengangkat nampan berisi sarapan untuk putra bungsunya.Qyra mengernyitkan keningnya. Kenapa harus dia? Rumah ini memiliki banyak pelayan."Para pelayan sedang sibuk bekerja. Kenneth sudah melewatkan satu jam waktu sarapannya. Dan aku masih memiliki kue yang harus aku buat." Delillah memelas. Ini hanya akal-akalannya saja. Ia sengaja membuat para pelayan sibuk agar bisa mendekatkan Kenneth dan Qyra."Baik, Nyonya." Qyra segera mengambil nampan itu dan pergi. Ia tidak melihat sama sekali bagaimana Delillah tersenyum penuh arti."Kau harus jadi menantuku." Delillah mengepalkan tangannya antusias.Qyra mengetuk pintu kamar Ken. Ia berniat untuk pergi setelah mengetuk 3 kali. Saat ia hendak membalikan tubuhnya, pintu sedikit terbuka.Mata Qyra menangkap sosok Ken yang bertelanjang dada. Pria itu berku
"Oh, jadi ini kesibukanmu?" Mata Briella menatap Calvin tajam. Kemudian beralih pada Qyra yang tidak peduli sama sekali pada kedatangan Briella."Jangan mulai, Briella." Calvin memperingati Briella serius.Briella tidak terima. Ia melangkah ke arah Qyra. Meraih cup minuman di meja lalu menyiramkannya ke wajah Qyra."Briella!" Calvin berdiri dari sofa, kilat kemarahan terlihat jelas di matanya."Apa?! Kenapa?!" Briella balik menyalak. "Kau tidak terima aku menyakiti dia, hah!" Briella menunjuk ke Qyra yang saat ini sedang membersihkan wajahnya dengan tangan.Qyra hanya diam, ia harus berakting dengan baik agar Briella semakin meledak-ledak. Ia menjadi sosok yang lemah, yang butuh perlindungan."Kau mulai tertarik pada pelayan sialan ini!" Briella makin tak terkendali."Apa yang ada di otakmu hanya itu?!" sergah Calvin. "Lebih baik kau perg
Angin malam menyapa wajah Qyra. Saat ini ia tengah berdiri di balkon kediaman keluarga Calvin. Dahulu ia sering menghabiskan malamnya di tempat ini. Menikmati keindahan langit luas bertabur bintang.Namun, kali ini berbeda. Qyra tidak sedang menikmati keindahan malam, melainkan menikmati kesunyian. Angin memeluk dirinya, membungkus jiwanya yang telah mati oleh kebusukan Calvin dan Briella. Membekukan hatinya yang telah sirna karena pengkhianatan.Malam ini adalah permulaan penderitaan Briella untuk sisa waktu hidup Briella. Sebuah pembalasan yang bahkan lebih buruk dari kematian.Beberapa hari lalu, ketika Qyra menyusul Ken di rumah sakit, ia bertemu dengan seorang pria yang terkena penyakit HIV/AIDS, pria yang saat ini mungkin tengah menikmati tubuh indah Briella, dan membagikan virus itu pada penyihir licik ituKejam? Qyra memang sudah menjadi seperti itu sejak Calvin dan Briella membunuhnya.
Briella mendatangi kediaman Calvin, kali ini ia datang bukan untuk mencari keributan melainkan untuk meminta maaf pada Calvin. Ia harus mengalah untuk menang."Sayang." Briella masuk ke dalam kamar yang biasa ia tempati bersama Calvin. Kamar yang dahulunya juga dihuni oleh Aletta.Calvin yang baru saja selesai mandi melihat ke arah Briella. Melihat dari nada bicara Briella, Calvin bisa menilai bahwa Briella sudah tenang."Ada apa?" Calvin bertanya datar.Briella memeluk Calvin. Ia mendongak dan menatap mata Calvin. "Maafkan aku. Kemarin aku melakukan kesalahan. Aku cemburu buta, aku menuduhmu macam-macam. Aku sungguh menyesal.""Baguslah jika kau tahu kesalahanmu." Calvin melepaskan pelukan Briella. Ia melangkah menuju ke walk in closed, memilih sendiri pakaian yang akan ia pakai untuk bekerja."Kau mau memaafkanku, kan?" Briella mengekori Calvin. Ia te
Delapan jam sudah berlalu, belum ada kabar dari orang-orang Calvin maupun Kenneth dan Moreno. Tak ada juga orang yang menghubungi Calvin untuk meminta tebusan."Sayang, Meisie pasti sedang ketakutan." Briella terisak sedih. Tidak akan ada yang menyangka bahwa ialah dalang dari penculikan Meisie. "Aku mohon tolong temukan dia."Calvin memegangi tangan Briella. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Meisie pasti akan ditemukan." Calvin tahu Briella pasti sangat khawatir dan cemas. Briella adalah wanita yang telah melahirkan Meisie, jadi diatas semua orang, Briella orang yang akan merasa sangat tersiksa.Di taman belakang kediaman Calvin, Qyra masih menangis tersedu. Ia terus berdoa agar Meisie baik-baik saja dan cepat ditemukan.Di belakang Qyra, ada Kenneth yang mengamati Qyra yang terlihat begitu sedih. Rasa sedih yang tidak wajar bagi seorang pengasuh yang baru bekerja. Kesedihan Qyra mengingatkan K
Rencana awal Briella hanyalah menculik Meisie lalu menyalahkan Qyra, tapi saat ini ia berubah pikiran. Ia akan membuat Qyra menjadi otak dari penculikan Meisie. Rasa iri yang mengendalikan Briella membuatnya ingin menghancurkan Qyra.Dipecat saja dari pekerjaan tidak cukup bagi Briella, Qyra harus berakhir di penjara atau menderita di tangan Calvin. Ia akan membuat Calvin dan Kenneth membenci Qyra.Briella mengeluarkan ponselnya. "Hubungi Calvin dan minta uang tebusan sebanyak 1 juta Dollar.""Baik, Nona."Briella memutuskan panggilan tersebut. Wajahnya menampilkan senyuman licik.Tamat kau, Qyra.Briella yakin Calvin tidak akan bodoh dengan menyerahkan uang pada para penculik. Calvin pasti akan menangkap mereka.Tidak lama setelah Briella menghubungi orang suruhannya, Calvin mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal.&
Mata Qyra menatap sendu wajah damai Meisie yang tengah terlelap. Ia sangat bersyukur karena Meisie tidak terluka sama sekali."Dia sudah tidur?" Kenneth bertanya pada Qyra.Qyra yang tidak menyadari kapan Kenneth masuk sedikit terkejut dengan kedatangan pria yang kini bediri di tepi ranjang."Kau juga harus istirahat. Matamu terlihat mengerikan." Kenneth bersuara lagi.Qyra mengangkat wajahnya menatap Kenneth yang juga melihatnya. "Maaf karena aku merepotkanmu semalam.""Kau tidak melakukan kesalahan apapun semalam." Ken tersenyum kecil."Terima kasih karena menemaniku.""Aku tidak keberatan jika kau ingin aku menemani malammu yang lain."Kening Qyra berkerut. Apa maksud ucapan Kenneth?"Aku hanya bercanda. Istirahatlah." Kenneth tersenyum sekali lagi lalu meninggalkan kamar Meisie.
Satu minggu sudah Kenneth tidak bertemu dengan Qyra karena jadwalnya yang padat. Saat ini ia berada di kediaman Calvin dengan undangan di tangannya.Kenneth menjadikan undangan ulang tahun pernikahan orangtuanya sebagai alasan untuk menemui Qyra.Ketika masuk ke kediaman kakaknya, Kenneth berpapasan dengan Briella. Seperti biasa, ia tidak memberi muka pada Briella. Kenneth langsung menemui Qyra yang sedang menemani Meisie menonton kartun kesukaan Meisie."Paman Ken." Meisie turun dari sofa dan berlari pada Kenneth.Kenneth memeluk Meisie. "Gadis kecilku yang cantik, Paman sangat merindukanmu."Meisie terkekeh geli. "Meisie juga merindukan Paman.""Apa yang sedang Meisie lakukan?" Kenneth melirik ke Qyra sekilas kemudian kembali fokus pada Meisie."Menonton Frozen bersama Bibi Qyra.""Ah, pasti menyenangkan. Boleh Pama