Share

Ladies First

Sherly menghisap rokok kemudian menghembuskan asapnya yang mengepul dari bibirnya yang sensual.  Ganang mengerutkan kening, melihat Sherly yang merokok di hadapannya.

“Maaf, saya lagi pengen merokok,” ucapnya tanpa menunggu persetujuan Ganang sambil menggerakkan kepalanya mengikuti irama music.

Tak lama kemudian, Sari muncul sambil membawa baki berisi minuman yang tadi Ganang pesan. Sari menyadari kehadiran Sherly, bukan gadis yang tadinya datang bersamaan dengan Ganang dan Aryo.

“Tumben, Abang bawa teman wanita,” ucap Sari sambil mengamati Sherly yang asyik menghisap rokoknya.

Sherly yang mendengar ucapan Sari menatapnya dengan pandangan tidak suka. Tidak sepantasnya seorang pelayan memberikan komentar terhadap pengunjungnya.

“Oh, dia teman satu kantor sama saya. Kebetulan Sherly datang menyusul,” ungkap Ganang ramah. “Kamu mau minum apa, Sherly?

“Yang kadar alkoholnya rendah aja,” jawabnya singkat.

“Tambahin satu, ya, untuk BCnya,” pinta Ganang pada Sari.

“Oke, Bang. Ditunggu, ya,” ucapnya. Sari meletakkan minuman di atas meja, kemudian berpamitan untuk mengambil pesanan untuk Sherly.

“Kok sepertinya kamu akrab sekali sama dia?” tanya  Sherly dengan pandangan menyelidik.

“Biasa saja. Karena aku member di sini,” ucap Ganang tanpa menatap Sherly yang menunjukkan wajah tidak suka.

Sherly pindah duduk tepat di samping Ganang yang menyesap tequila nya.

“Aku tidak suka kalo kamu dekat-dekat sama perempuan lain,” ucap Sherly tiba-tiba membuat Ganang tersedak. Matanya melotot mendengar ucapan Sherly yang blak-blakan.

“Hei, aku masih lajang, Sherly.” Ganang menepuk dadanya sebelah kiri untuk menghilangkan efek tersedak.

Sherly semakin berani, mendekati Ganang kemudian memeluk lengannya dengan wajah memohon setelah meletakkan rokoknya di sebuah asbak yang berada di atas meja.

“Kamu tidak merasa, ya. Aku itu perhatian sama kamu,” kata Sherly langsung.

Ganang mengerutkan keningnya melihat tingkah Sherly yang tidak biasa. “Kamu ini aneh. Saya mau dekat dengan siapa pun masak ga boleh?”

“Pokoknya ga boleh. Kasih aku kesempatan dong, buat menunjukkan bahwa aku layak untuk mendapatkan kamu, Bosku tersayang,” rengek Sherly.

Ganang geleng-geleng kepala melihat tingkah Sherly yang cukup membuatnya merasa tidak nyaman. Perlahan, Ganang menjauhkan tangan Sherly yang merangkul lengannya. Namun, Sherly semakin mempererat pegangannya. Membuat Ganang tak mungkin menghempaskan lengannya dengan kasar.

Ganang bukannya tidak tertarik pada Sherly. Secara fisik gadis itu memiliki kesempurnaan yang dapat memikat hari pria manapun. Hanya saja, bila seorang perempuan begitu agresif dan seolah-olah ingin memilikinya seorang diri, sungguh membuat Ganang menjadi tidak nyaman.

“Tunggu dulu, aku mau ke toilet dulu. Kamu tunggu di sini, aku segera kembali,” pinta Ganang setelah tidak berhasil membujuk Sherly untuk melepaskan tangannya.

“Ga mau, nanti kamu kepincut perempuan lain di sana,” rengeknya.

“Terus, kamu mau mengikuti aku ke toilet pria?” tanya Ganang yang sudah pasti akan ditolak oleh Sherly.

Dengan berat hati, Sherly mengendurkan tangannya pada lengan Ganang dengan muka cemberut.

“Nah, gitu, dong. Jadi anak penurut,” puji Ganang. “Kamu tunggu di sini sebentar. Aku kembali secepatnya.”

Ganang akhirnya bisa terlepas dari Sherly yang tidak mau melepaskan tangannya, Rasanya lega bisa dapat terbebas. Sungguh tidak dapat dimengerti oleh Ganang, mengapa Sherly begitu agresif, tidak seperti biasanya.

Dengan langkah cepat, Ganang berjalan menuju toilet yang berada di ujung ruangan. Suasana diskotek yang hiruk pikuk dan ramai semakin membuat suasana malam ini begitu semarak. Music house yang di mainkan oleh DJ yang cukup mahir menjadi daya tarik tersendiri.

Baru saja Ganang melewati kerumunan pengunjung yang sedang nge-floor tiba-tiba dari arah berlawanan muncul seorang gadis yang berjalan tergesa-gesa. Alhasil, mereka bertabrakan. Sayangnya, gelas berisi minuman soda di tangan gadis itu tumpah mengenai kaos polo berwarna yang digunakan Ganang.

“Shit!” Ganang mengumpat, ketika melihat pakaiannya ditermukan noda berwarna merah pada bagian dada sebelah kirinya.

Sementara gadis yang menabraknya hampir saja terjatuh kalau saja Ganang tidak sigap memegangi lengannya.

“Maaf, aku tidak sengaja,” ucap gadis itu panik sambil mencoba membersihkan noda di dada Ganang. Otomatis, dengan tanpa sengaja jemari lentik gadis itu menyentuh dada Ganang yang lebar. Untuk beberapa saat Ganang seolah merasa seolah tersengat aliran listrik ketika bersentuhan dengan gadis itu.

Ganang terpaku ketika melihat gadis di hadapannya itu seperti seorang bidadari cantik yang turun dari kahyangan. Matanya yang besar dengan bulu mata lentik yang berada tepat di bawah dagunya. Rambut hitam gadis terurai hingga ke punggungnya, ikal dan lebat mengeluarkan aroma shampoo yang semerbak  merasuki rongga hidung.

Untuk beberapa saat, Ganang seolah berada di sebuah taman bunga yang mengeluarkan aroma wangi semerbak, dengan tiupan angin di sekitarnya.

Ganang tersadar ketika gadis itu menepuk dadanya, membersihkan noda minuman yang menempel di kaosnya. Nosa memegang pergelangan tangan gadis itu yang membuatnya menengadahkan kepala. Mata mereka bersirobok, mencoba menghilangkan rasa penasaran.

Gadis itu seketika menarik tangannya yang dipegang oleh Ganang. “Maaf, saya tidak sengaja. Kalau tidak keberatan, saya bersedia mengganti jasa laundry pakaian anda,” ucap gadis itu dengan suara merdu di telinga Ganang.

Ganang masih terpaku pada wajah cantik gadis itu, hingga tak lagi mendengar apa yang dikatakannya. “Maaf, anda mendengarkan saya?” Gadis itu lagi-lagi bertanya.

Ganang tersadar, kemudian menyahut ucapan gadis itu, “Siapa namamu?”

Gadis itu mematung mendengar pertanyaan Ganang. Lain ditanya, lain pula dijawab.

“Pakaian anda biarkan saya pergi membawanya ke laundry.” Gadis itu mengalihkan pembicaraannya.

“Kalau begitu, nomor telponmu saja. Bolehkah aku memintanya?” Lagi-lagi Ganang coba merayu gadis cantik di hadapannya itu.

Sang gadis melipat kedua tangannya di dada sambil memiringkan kepalanya. “Kalau anda tidak mau saya cucikan ke laundry, ya sudah. Artinya sudah tidak perlu lagi anda meminta nomor ponsel saya. Sekali lagi, mohon maaf, saya tidak sengaja,” ucap si gadis bermata coklat itu hendak berlalu meninggalkan Ganang yang masih mematung di hadapannya.

“Bukankah itu keterlaluan? Setelah menabrak dan meninggalkan noda di baju, kamu mau pergi begitu saja?” tanya Ganang tiba-tiba.

Gadis itu menahan langkahnya. Dengan gaya yang elegan ia memutar kepalanya, sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai. Kemudian ia menatap tajam kearah Ganang.

“Bukankah keterlaluan jika seseorang berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya? Sudah jelas-jelas anda yang menabrak saya. Kenapa anda mengatakan saya keterlaluan?” tanyanya dengan alis bertaut.

Ganang tertawa mendengar penuturan gadis itu, yang membuatnya semakin terpikat akan kecantikannya. Karena baru kali ini Ganang merasakan ketertarikan pada seorang perempuan.

“Namamu, siapa, rumahmu di mana,” todong Ganang lagi tanpa mempedulikan keluhan gadis itu.

Gadis itu mendengkus, mata besarnya melotot sambil menatap Ganang yang tiada henti menatapnya.

“Sayang, ada apa, sih?” Tiba-tiba saja Sherly muncul dari arah samping, segera merangkul lengan Ganang. “Siapa dia, Sayang?”

Gadis itu menatap Sherly dengan pandangan yang sulit diartikan. “Lain kali kamu perlu memahami makna lady’s first  terlebih dahulu.” Gadis itu berlalu meninggalkan Ganang tanpa dapat ia cegah. Lengannya terkunci pada tangan Sherly yang memeluk lengannya, erat.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status