Share

Dunia Gemerlap

Suara music terdengar bergemuruh di dalam sebuah gedung yang berada di pinggir jalan utama kota. Bisa dibayangkan bagaimana suasana di dalamnya ketika menginjakkan kaki memasuki gedung itu.

Ganang memarkirkan kendaraannya di sebuah lahan parkir yang sudah hampir penuh. Untung saja ada seorang juru parkir yang membantunya menemukan lahan parkir. Kalau tidak ketemu, alamat dia harus memarkirkan kendaraannya di luar area diskotek.

Ketika baru saja turun dari kendaraan, bayangan Aryo, sahabat dan juga rekan kerjanya muncul dari balik mobil berwarna merah menyala miliknya. Rambutnya yang disemir berwarna coklat berkilau tertimpa cahaya lampu yang berada tepat di samping mobilnya.

Aryo melambaikan tangannya, mengetahui keberadaanku yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Segera kuhampiri Aryo, yang ternyata tidak datang sendiri.

Di sampingnya ada seorang gadis cantik bertubuh mungil dengan pakaian minim, memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya. Dengan atasan bertali satu berwarna merah pastel dipadukan dengan rok mini kira-kira dua puluh senti meter di atas lutut.

Bibir gadis itu sangat sensual, dipadukan dengan lipstick berwarna merah menyala seperti rambut panjangnya yang ikal, juga di cat berwarna merah.

Ganang berdecak kagum dengan penampilan gadis itu. Sungguh memikat hati. Senyumnya terulas di bibirnya dengan pandangan mata menggoda. Laki-laki mana yang tidak akan tertarik pada gadis cantik ini.

“Kirain kamu bakal absen, mala mini,” ujar Aryo sambil memasukkan jemarinya ke saku celana jeansnya. Malam ini Aryo memilih mengenakan celana jeans dan kaos berkerah berwarna hitam dengan sepatu kets. Dia tampak lebih muda dari usianya yang sebenarnya.

“Rencananya juga begitu. Tapi, kok bosan, ya di apartemen sendirian.” Ganang menjawab sambil membetulkan kerah leher pakaiannya di bagian tengkuk.

“Ayo, kita masuk. Oh, iya, kenalin, ini Beby. Beby, ini Ganang.” Aryo memperkenalkan Beby pada Ganang. Tidak heran bahwa Beby menanggapinya dengan senang. Siapa yang tidak akan tertarik pada Ganang, pria lajang yang mendekati kata sempurna. Wajahnya saja sudah menarik dengan senyum hangat.

“Saya Beby, Bang. Senang berkenalan denganmu,” ucap Beby dengan suara manja dan menggoda sambil mengulurkan tangan kanannya yang disambut oleh Ganang.

“Ganang, senang juga bisa kenalan dengan gadis cantik seperti kamu,” ucap Ganang menggenggam erat jemari Beby yang masih berada di genggamannya.

Aryo memperhatikan keduanya. Dia tahu, perempuan mana pun akan bertingkah sama dengan Beby bila telah bertemu dengan Ganang. Hampir semua pengunjung di diskotek ‘Balai Rimbang’ yang berjenis kelamin perempuan mengenal Ganang. Mereka tidak segan-segan menunjukkan ketertarikannya pada sosok Ganang yang memang sangat tampan.

“Ehem….” Aryo berdehem, seketika Beby melepaskan genggaman tangannya. Kemudian memeluk lengan Aryo.

Mereka bertiga pun berjalan beriringan memasuki diskotek. Hingar binger musik mulai kentara terdengar di depan pintu masuk. Dua orang penjaga memeriksa kartu keanggotaan Aryo dan Ganang. Setelah di periksa, mereka bertiga bisa memasuki ruangan diskotek.

Suasana lampu yang berpijar berwarna-warni ditambah lagi dengan suara music dengan beat kencang menambah semarak suasana diskotek malam ini. Pengunjung yang datang ada yang memenuhi lantai kosong di depan DJ sambil menggerakkan tubuhnya mengikuti irama music.

Beberapa tempat di sudut ruangan, telah terisi oleh pengunjung yang rata-rata membawa pasangannya. Sepertinya hanya Ganang saja yang tidak membawa pasangan. Bukan tipe Ganang akan membawa wanita datang bersama untuk menghabiskan malam di diskotek. Karena nantinya para wanita akan mendekati, tanpa diminta.

Ganang merupakan member aktif yang hampir setiap minggu tidak pernah absen untuk mengunjungi diskotek. Karena keseringan, membuat para pegawai mengenalinya.

Seorang pelayan perempuan yang menggunakan pakaian berwarna hitam putih yang diketahui Ganang bernama Sari mendekatinya.

“Selamat malam, Bang Ganang,” sapa gadis itu dengan senyum lebar. Sudah dapat dipastikan bahwa gadis itu mengenal Ganang.

“Malam juga, Cantik,” balas Ganang dengan senyum lebar.

“Kebetulan malam ini udah banyak yang penuh tempatnya. Jadi, Abang tidak bisa memilih seperti biasanya,” jelasnya dengan bibir mengerucut.

“Wah, sayang sekali. Terus, kira-kira, mana tempat yang tersedia untukku?” tanya Ganang dengan wajah pura-pura merasa kecewa. Padahal ia hanya ingin mempermainkan Sari saja.

“Ada, ayo, ikuti saya, Bang,” ajak Sari kemudian diikuti oleh Aryo dan Beby di belakangnya.

 Sari mengajak mereka berjalan melewati lantai yang penuh dengan pengunjung yang sedang bergoyang mengikuti irama. Mereka dengan cueknya menggerak-gerakkan tubuh mengikuti irama. Ada yang sendirian, ada yang bersama pasangannya, bahkan juga bersama teman-temannya.

Beberapa dari mereka sempat menyapa Ganang yang melintas. Bahkan gadis berwajah oriental itu sempat  menarik Ganang untuk ikut bergoyang. Kedua tangannya telah melingkar di leher Ganang. Untuk menghargai gadis itu, Ganang sempat mengikuti irama dan gerak tubuh gadis itu yang sangat luwes.

Sari, si pelayan sempat menunggu Ganang melepaskan diri dari gadis itu, kemudian kembali berjalan menuju tempat yang dipersiapkan Sari untuk Ganang.

“Di sini, Bang. Mau pesen apa? Biar ku pesankan,” tawar Sari setelah tiba di tempat yang telah dipersiapkannya untuk Ganang.

“Seperti biasa, aku tidak ingin mabuk mala mini,” ujar Ganang dengan kepala di goyang-goyangkan mengikuti irama music.

“Oke, Bang. Untuk Bang Arya dan gadisnya, mau dipesenin apa?”

“Satu tequila dan blue curacao sudah cukup,” jawab Aryo.

“Oke, ditunggu, ya, Bang. Saya segera antarkan kemari,” jawab Sari kemudian berlalu meninggalkan meja tempat Ganang, Aryo dan Beby berada.

“Memang enak kalau berkunjung ke sini membawa kamu, Nang. Semua menjadi aman terkendali, ga perlu khawatir tidak dapat tempat,” tukas Aryo sambil tertawa lebar.

“Itulah gunanya koneksi, Aryo.” Ganang ikut tertawa menimpali ucapan Aryo.

“Mas, aku mau nge-floor nih, ayok, ikutan,” ajak Beby pada Aryo.

Aryo sempat melirik kearah Ganang yang memberikan kode bahwa dia memilih untuk duduk ditempatnya semula. “Lanjutkan. Aku tunggu di sini saja,” jelas Ganang.

Aryo dan Beby pun berjalan meninggalkan Ganang yang sedang menikmati musik dari tempatnya duduk. Kaki dan jari tangannya sesekali mengetuk meja mengikuti irama.

“Sendirian?”

Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing di telinga Ganang. Ganang memutar tubuhnya melihat ke asal suara. Seorang gadis cantik berambut sebatas pinggang berdiri tepat di sampingnya.

Gadis itu menggunakan setelan atasan berwarna hijau botol dengan kerah membentuk huruf V tanpa lengan. Dipadukan dengan celana ketat berbahan jeans berwarna putih. Hampir saja Ganang tidak mengenalinya, karena penampilan Sherly berbeda dari biasanya.

“Tuh! Ada Aryo dan pasangannya,” jawab Ganang singkat.

Sherly mengikuti arah pandangan Ganang kearah Aryo dan Beby yang sedang menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama music. Gadis itu duduk di kursi yang berada di samping Ganang.

Dari dalam tas sandangnya yang berukuran mungil, di keluarkannya sebuah kotak rokok berwarna putih beserta pemantik berbentuk tabung. Sherly mengambil satu batang rokok, kemudian diselipkan di bibirnya yang merah menyala. Pemantik api yang diambilnya dari dalam tas dinyalakan untuk membakar ujung rokok yang berada disela bibirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status