Share

Sekretaris Pemihat Hati

Untunglah, isi perut akhirnya bisa keluar juga. Hilang sudah rasa mules yang menyiksa. Ganang baru saja menutup pintu toilet yang berada di sudut ruangannya. Ketika disadarinya bahwa Sherly tak lagi berada di dalam ruangannya. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Sesekali digelengkannya kepala mengingat tingkah Sherly yang terkadang sangat berani dan menggoda itu.

Ganang kembali menduduki kursi putarnya, memeriksa dokumen dalam map berwarna hitam yang dibawa oleh Sherly barusan. Profile perusahaan yang mengajukan kerja sama kali ini tampak berbeda  dari yang sebelumnya. Pada umumnya perusahaan akan menggunakan nama merk perusahaannya dengan nama-nama yang mendunia.

‘Tamarin Gas’ nama perusahaan itu, mengingatkan Ganang akan sebuah buah yang berbuah asam, yakni asam Jawa. Bukankah Tamarin adalah nama latin untuk asam Jawa.

Penasaran, Ganang membuka profil perusahaan. Benar saja, perusahaan itu baru berdiri dan baru akan melebarkan sayapnya. Untuk menjalin kerja sama seperti ini, merupakan keahlian Sherly yang sangat mahir berkomunikasi. Bahkan bila ada tender dengan perusahaan daerah, Sherly sangat membantu untuk meloloskan tender tersebut.

Ganang menilai kinerja Sherly sangatlah baik. Itu pula yang membuatnya mempertahankan Sherly karena cocok dengan cara kerjanya. Berbeda dengan sekretaris sebelumnya yang tidak cakap, bahkan kerap kali membuat kesalahan.

“Tok, tok, tok,”

Suara ketukan di pintu kembali terdengar. Tanpa menunggu jawaban dari Ganang, sosok Sherly muncul dengan mendongakkan kepalanya. Ganang melihat dengan ekor matanya. Sherly perlahan berjalan mendekatinya.

“Sudah lega, Pak?” tanyanya dengan kedua tangan disembunyikan di belakang tubuhnya.

“Apanya yang lega?” Ganang bertanya balik, tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen yang berada di tangannya.

“Ya, itu, perutnya, sudah selesai dibuang?” tanya Sherly lagi masih ragu-ragu.

“Hemm…” Ganang berdehem mengiyakan. Pandangannya masih mengarah pada dokumen profil perusahaan yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja.

“Oke, silakan buatkan janji temu dengan mereka. Kita perlu menganalisa lebih lanjut mengenai permohonan mereka. Mengingat untuk perusahaan baru membutuhkan perhatian besar dalam hal mengeksplore migas. Jangan sampai karena kesalahan kecil bisa membuat kita ikut terseret.”

Ganang menutup map hitam berisi profil perusahaan ‘Tamarin Gas” kemudian memberikan perintah pada Sherly agar mempersiapkan berkas-berkas untuk keperluan pertemuan keesokan harinya.

“Bapak takut, kalau ternyata mereka perusahaan fiktif yang mengeksplore migas secara illegal?” tanya Sherly menerima map hitam yang telah ditanda tangani oleh Ganang.

“Tentu saja. Akibatnya fatal sekali. Salah satunya perusahaan kita akan di banned untuk melanjutkan eksplorasi. Sebagai perusahaan migas yang berskala internasional, tentu kita harus lebih selektif dalam menjalin kerja sama. Mudah-mudahan saja keuangan mereka dan legalitas mereka aman.”

Ganang mengakhiri penjelasannya dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Kedua tangannya bertemu pada ujung-ujung jari membentuk segitiga. Pandangannya lurus menghadap Sherly, memastikan bahwa sekretarisnya itu memahami dengan jelas apa yang diperintahkannya.

Sherly menganggukkan kepalanya, kemudian menimpali, “Baiklah, kalau begitu. Apakah saya harus mempersiapkan draf untuk kesepakatannya atau nanti saja setelah kita berhasil memastikan legalitas perusahaan mereka?”

Ganang mengalihkan pandangannya, kali jemarinya saling bertaut, sambil memikirkan rencana yang akan dijalankan nantinya.

“Ada baiknya kamu persiapkan drafnya, agar tidak membebanimu juga nantinya. Kalau terburu-buru kesannya kita kurang professional. Bukankah sebagai perusahaan besar kita  sepatutnya menjadi contoh yang baik bagi rekanan kita?” tukas Ganang dengan alis kiri terangkat. “Jadi, tolong persiapkan segala sesuatunya. Tunjukkan profesionalitas kita.”

Sherly tersenyum lebar,  mengiyakan ucapan atasannya tersebut. “Saya akan membalas penawaran dari mereka via email. Kapan Bapak bersedia meluangkan waktu untuk pertemuan ini?”

“Semakin cepat semakin baik, besok juga boleh. Tapi, pastikan dulu bahwa berkas analisa tempo hari sudah saya periksa terlebih dahulu,” jawab Ganang.

“Nanti saya tanyakan pada tim analis, apakah sudah selesai. Bila sudah selesai segera saya antarkan kemari,” ujar Sherly masih dengan senyum manisnya. “Oh, iya, Pak. Malam ini apakah bapak akan pergi ke tempat biasa?” tanya Sherly lagi dengan nada suara menggoda.

Sherly benar-benar bisa diandalkan dalam segala hal. Dia bisa menjadi begitu genit dan menggoda. Di satu sisi, dia bisa bekerja secara professional dan memuaskan. Sikapnya yang seperti inilah yang sangat disukai Ganang.

“Memangnya kenapa?” Alis Ganang terangkat, dengan seringai tipis di wajahnya.

Dia sudah dapat menduga bahwa Sherly akan menanyakan hal itu. Mengingat kemarin malam mereka sempat bertemu di diskotek, ‘Balai Rimbang’ tempat biasanya Ganang dan Aryo berkumpul menghabiskan malam.

Senyum manja kembali menghiasi bibir sensual milik Sherly, yang menjadi daya tariknya. “Saya akan datang juga, menemani bapak di sana.”

Ganang tersenyum lebar, kemudian tertawa mendengar penuturan Sherly yang terlalu blak-blakan. Sudah menjadi sifat Sherly selalu terang-terangan begitu. Bukan hanya sekali ini saja ia menunjukkan minatnya pada diri Ganang. Bahkan hampir setiap hari sinyal-sinyal ketertarikan itu ditunjukkannya.

“Kalau sudah ketemu di sana, memangnya kamu mau ngapain?” goda Ganang sambil mengerling nakal pada sekretarisnya itu.

“Bapak maunya apa? Kita nge-floor semalaman, atau minum bergelas-gelas tequila atau hanya menginginkan aku menjadi teman yang baik untuk mendengarkan ceritamu?” tawar Sherly provokatif.

“Hmmm…” Ganang berdehem. Sambil menyipitkan mata, Ganang menganggukkan kepalanya. “Menarik. Bisakah semuanya kamu lakukan dalam satu malam? Bersamaku?” balas Ganang menggoda.

“Tentu saja. Terserah bapak mau yang mana, saya akan mengikuti,” senyum lebar mengembang di bibir Sherly, memunjukkan rasa senang karena mendapatkan perhatian dari atasannya yang memikat hati itu.

Ganang memajukan tubuhnya sambil menatap kedua mata Sherly yang seperti bola ping pong. Mata yang cantik dengan bibir sensual yang memikat. Semua yang dimiliki Sherly merupakan impian lelaki.

Salah satu lelaki yang  menaruh ketertarikan itu adalah Ganang. Tidak dipungkiri bahwa Sherly merupakan gambaran gadis idaman pria yang mengutamakan kecantikan fisik dan kecerdasan. Kombinasi yang pas untuk perempuan modern masa kini.

“Jangan dijawab sekarang. Saya lebih suka kita langsung action  dari pada sekedar teori dengan perbincangan seperti ini. Apalagi dalam kondisi dan suasana kerja seperti ini. Tidak professional sama sekali, bukan?”

Tanpa menunggu jawaban dari Ganang, Sherly berbalik kemudian melangkah menuju pintu keluar sambil melambaikan tangannya. Jalannya berlenggak lenggok ibarat peragawati yang berjalan melewati catwalk.

Ganang menyeringai melihat tingkah sekretarisnya itu. Bukannya ia tidak tahu bahwa Sherly selalu berusaha mendapatkan perhatiannya. Namun, Ganang ingin memberikan kesempatan untuk Sherly lebih agresif lagi.  Karena wanita agresif itu lebih menarik baginya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status