Share

Ganang Respati

Pagi ini lumayan cerah, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang tidak menentu cuacanya. Meskipun cuaca panas, tapi hawa dingin menyerang kulit hingga menusuk ke dalam sumsum tulang. Pertengahan tahun begini cuaca menjadi super dingin, yang kerap kali membuat Ganang senewen.

Bagaimana tidak senewen, kalau hampir setiap pagi hari harus merasakan perut mulas karena ingin buang air. Dan tidak main-main, hal ini selalu ia rasakan setiap pertengahan tahun mulai dari pertama kalinya menjejakkan kaki di pulau Jawa, tepatnya kota Malang.

Di tempat asalnya, di pulau Sumatera, iklim dan hawanya sungguh teramat menyiksa. Hawanya sangatlah panas hingga mampu membakar kulit. Belum lagi, harus sering berganti pakaian setiap saat karena keringat yang selalu membanjiri tubuh.

Sudah hampir dua puluh tahun lamanya Ganang memilih untuk tinggal dan menetap di kota Malang. Lulus SMA, ia mendapatkan kesempatan untuk berkuliah di sini. Perjuangan yang tidak mudah untuk mampu bertahan hidup di kota besar seperti kota Malang ini.

Kalau saja trauma masa lalu tidak menghinggapi dirinya, tentu ia akan lebih memilih untuk menetap di kota kelahirannya.

“Tok, tok, tok.”

Suara ketukan di pintu masuk ruang kerja membuyarkan lamunannya. Ganang memutar tubuhnya yang duduk di sebuah kursi putar mengarah ke pintu. “Masuk.”

Pintu pun terbuka, muncul sosok Sherly dengan senyum manis memasuki ruangannya. Tubuhnya yang aduhai membuat mata pria menjadi lapar. Tubuh sintal dengan lekukan di pinggang bak biola Spanyol selalu dibalut dengan pakaian press body  yang semakin membentuk tubuh sintalnya.

Kali ini, Sherly memakai kemeja berwarna putih. Dengan kerah menjulur panjang yang diikat membentuk pita seperti sebuah dasi di lehernya, membuat tampilannya elegan ditambah rok berukuran di bawah lutut berwarna coklat muda dengan belahan di samping kanan. Belahan yang cukup tinggi, karena memperlihatkan bagian pahanya yang putih mulus.

Sherly adalah sekretaris Ganang. Sudah hampir dua tahun ia melayani dan membantu Ganang dalam hal pekerjaan. Hanya Sherly yang bertahan lebih lama bila dibandingkan dengan sekretaris Ganang lainnya. Tidak ada yang betah melayani dan bekerja sama dengannya. Bukan hal yang mudah untuk menjadi sekretaris Ganang. Siapa pun tahu bahwa Ganang adalah laki-laki yang memiliki kecenderungan perfeksionis. Dia tidak bisa mentolerir pekerjaan yang tidak sempurna. Perkataan ketus dengan tatapan mata tajam membuat siapa pun akan merasa ketakutan bila melakukan kesalahan.

Selama hampir sepuluh tahun bekerja di perusahaan minyak membuat Ganang sangat bersemangat untuk dapat menempuh jenjang karirnya. Dengan kerja kerasnya, kini ia dapat menduduki posisi senior di bagian analis.

“Pagi, Pak Ganang yang tampan ….” Sherly menyapa dengan senyum genitnya. Tangannya mengulurkan satu buah map hitam pada Ganang. Dia tidak segan-segan melayangkan rayuan maut pada Ganang, dimana pun mereka berada. Bahkan Sherly cukup berani untuk meluapkan isi hati dan perasaannya.

“Pagi. Ada berita apa, pagi ini?” tanya Ganang dengan wajah datar, sambil menerima sebuah map berwarna hitam.

Setelah map hitam tersebut berpindah tangan, Sherly melancarkan aksinya di hadapan Ganang. Dengan kedua tangan bertumpu pada meja di hadapan Ganang, Sherly sedikit melakukan gerakan menunduk yang gemulai di hadapan Ganang.

“Tidak ada  berita penting, Pak. Namun, ada klien baru yang ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita,” ucap Sherly dengan suara yang manja.

Sherly termasuk cerdas dan mumpuni untuk menduduki posisi sebagai sekretaris pribadi. Bekerja sama dengannya cukup memuaskan hati. Buktinya, Sherly masih betah menjadi sekretaris pribadi Ganang.

“Dari perusahaan mana?” tanya Ganang cuek, matanya masih memperhatikan berkas-berkas yang diberikan oleh Sherly untuk dipelajari. Padahal perutnya sedang tidak dapat diajak kerja sama. Masih teranya mulas sedari tadi.

“Perusahaan Migas juga, anak perusahaan dari ‘Tamarin Gas’ yang tempo hari sempat berselisih dengan perusahaan kita,” jelas Sherly.

“Pak Kuncoro?” tanya Ganang, singkat.

Kali ini matanya menjurus pada Sherly yang menempelkan kedua lengannya di atas meja. Kerahnya yang berdada rendah memperlihatkan dadanya bagian dalam. Senyum tipis tersungging di bibir Ganang, melihat pemandangan itu. Pemandangan yang hampir tiap hari disuguhkan oleh Sherly padanya.

Perut Ganang mulai bertingkah lagi, seolah tidak mau diajak kompromi. Keringat dingin mulai mengucur membasahi keningnya. Suara desisan keluar dari bibirnya membuat Sherly yang sedari tadi memperhatikannya segera bereaksi.

“Bapak tidak apa-apa? Kok keringetan?” Sherly melangkah cepat mendekati dengan ujung jari mengarah ke kening Ganang. Jarak mereka begitu berdekatan. Aroma parfum mahal di tubuh Sherly menguar menembus indra penciuman Ganang.

Perlakuan Sherly seperti ini sudah seringkali di lakukannya. Bahkan Sherly tanpa ragu-ragu akan semakin menempelkan tubuhnya. Walau bagaimana pun juga, Ganang adalah seorang lelaki dewasa yang memiliki hasrat. Namun, tak jarang pula Ganang mengabaikan  tindakan Sherly yang cukup berani.

Pada saat ini saja, tubuh Sherly yang sintal telah menempel pada kaki bagian dalam milik Ganang. Pria normal biasanya akan bereaksi dengan perlakuan Sherly. Dan sayangnya, Ganang adalah seorang pria single dewasa. Namun, kali ini rasa tidak nyaman di bagian perutnya lebih menyiksa. Tak dihiraukannya Sherly yang dengan manja bergelayut di lengannya.

“Seperti biasa, cuaca dingin selalu menjadi momok untukku,” tukas Ganang, kemudian bangkit dari tempatnya duduk. Jemari lentik Sherly yang masih berada di kening Ganang otomatis menyentuh bagian tubuh Ganang lainnya. Bahkan dengan beraninya Sherly semakin berusaha menempelkan tubuhnya pada dada bidang Ganang.

“Mau ditemani, Pak?” Suara serak dan manja dengan kerlingan di mata Sherly terdengar begitu menggoda.

“Menemani saya nongkrong di toilet? Ayo, kamu berdiri tepat di depan saya,” ucap Ganang. Tubuhnya dicondongkan kearah Sherly yang masih menggantung tanganya di awang-awang. Seringai muncul di wajah Ganang, membuat Sherly ragu dengan tawarannya.

“Sepertinya tidak jadi, deh, Pak,” ucapnya kemudian beringsut mundur. Bagian belakang tubuhnya menempel pada meja kerja milik Ganang. Kemudian memberikan celah agar Ganang bisa berjalan menuju ke toilet.

“Gitu mau pake acara nawarin diri,” gerutu Ganang dengan senyum lebar di bibirnya.

Ganang pun kemudian berjalan tergesa-gesa menuju kamar kecil yang berada di sudut ruangan. Sementara Sherly hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis, menanggapi gurauan atasannya tersebut.

Atasannya itu terkadang suka berbuat usil pada bawahannya. Dibalik sikap perfeksionis yang dimilikinya. Sherly berlalu keluar dari ruangan itu, kembali ke meja kerjanya yang berada tepat di depan pintu masuk ruangan Ganang. Sengaja ia memilih tempat itu agar mempermudah komunikasi dengan atasannya ketika bantuannya dibutuhkan segera.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status