Jelita langsung pergi ke rumah sakit ketika pihak rumah sakit mengabarkan anaknya tadi sempat sadar. Dia tidak percaya, akhirnya apa yang selama ini diharapkannya terkabul.
Dia masuk ke lorong rumah sakit, menelusuri jalan sampai dia ada di ruangan kamar putrinya. Dari kaca yang terpasang di pintu, Jelita masih melihat dokter di dalam sedang memeriksa.
Dia melihat suster melepaskan alat-alat di tubuh anaknya. Apa yang terjadi, pikirnya. Bukankah tadi suster mengatakan bahwa anaknya sempat sadar, tapi kenapa sekarang begitu.. Tidak, tidak mungkin anaknya sudah tiada.
Jelita panik dengan pemikirannya sendiri, dia ingin masuk tapi itu malah membuat keributan nantinya, akhirnya dia menunggu di depan ruangan itu, berjalan mondar-mandir sambil berdoa semoga apa yang dipikirkannya itu tidak terjadi.
Jelita mengalihkan pandangannya ketika seorang suster keluar dari ruangan, dia segera mendekati suster itu.
"Bagaimana?" tanyanya.
"Silakan masuk Nyonya, dok
Jelita pulang ke rumah, tadi dia meminta salah satu suster untuk berjaga di kamar Zeline. Dia akan kembali esok hari. 2 hari berada di rumah sakit membuatnya lelah.Saat Jelita sampai di rumah, dia melihat para pembantu yang sedang berlibur kemarin sudah pulang. Dia langsung bergegas masuk, berjalan ke kamar Kyra tapi dia hanya melihat Kyra yang sudah tertidur. Dia juga berjalan ke lantai atas, tapi ternyata kamar dan ruangan Aksa masih terkunci.Jelita memutuskan untuk membersihkan diri dulu sebelum nanti dia akan menemui Aksa. Dia harus menyampaikan kabar gembira ini. Tapi karena dia kelelahan, dia malah tertidur setelah mandi.Seperti biasa, Jelita akan sarapan pas jam 7 pagi. Dia keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Sudah 3 hari ini yang memasak adalah Yuni, tapi sekarang Jelita sudah melihat Prima yang memasak dan menyiapkan sarapannya. Dia melihat Kyra yang makan didampingi oleh Rossa.Jelita memakan sarapannya dalam diam, daritadi dia menung
Hanya 2 jam Aksa dan Leta sudah sampai di rumah. Aksa menghentikan mobilnya di depan pintu, membukanya dan keluar dari mobil. Tak lupa menunggu Leta keluar dari mobil. Aksa menggandeng tangan Leta untuk masuk, menyuruh Leta untuk duduk di ruang tamu."Bibi," teriak Aksa.Suaranya yang lantang membuat orang-orang yang tadinya di dapur langsung berjalan ke arahnya."Lho, kok sudah pulang?" tanya Bi Prima heran, karena setaunya mereka akan pulang di hari minggu."Bi, di mana Kyra." tanya Aksa tak menjawab pertanyaan bi Prima.Bi Prima menoleh ke arah Rossa yang berada di sampingnya. Karena setaunya tadi Kyra bersama dengan Rossa."Nona Kyra tadi diajak nyonya Jelita membeli ice cream Tuan," jawab Rossa."Astaga, apa kau tahu apa yang dilakukan orang tua itu," ucap Aksa berteriak. Memegang kepala dengan salah satu tangannya. Dia berjalan mundur dan terduduk di sofa.Bi Prima dan Rossa bingung kenapa dengan tuannya. Tiba-tiba Farrel masuk d
Jelita pergi ke rumah sakit setelah dari cafe, bertemu Aksa tadi. Dia yakin, pasti Aksa akan menuruti keinginannya. Sebenarnya video tadi hanyalah sebuah rekayasa. Jelita tak mungkin melukai cucunya sendiri, dia sengaja berbohong pada Kyra untuk bermain penculik dan polisi. Ternyata Kyra menyetujui dan menuruti permintaan omanya bahkan Kyra sangat bersemangat bermain karena banyak teman sabayanya tadi.Jelita masuk ke dalam ruangan Zeline. Ternyata di sana juga ada dokter Rendi."Dokter," ucap Jelita dari arah pintu."Nyonya, syukurlah anda datang cepat. Nona Zeline sadar kembali." ucap dokter Rendi.Jelita berjalan cepat, dia mendekat ke arah ranjang dan melihat Zeline yang membuka mata. Dia mengelus kepala Zeline.Zeline menggerakkan kepalanya, sangat pelan karena dia merasa seluruh tubuhnya kaku."Ma..ma.." ucapnya, suaranya terbata-bata."Ya Zeline, mama di sini. Apa masih sakit?" tanya Jelita.Zeline mengangguk, dia ingin bertanya ta
Aksa terbangun dari tidurnya, dia melirik ke samping tempat tidurnya, tidak ada Leta di sana. Dengan gerakan malas akhirnya dia bangun, melihat jam di atas nakas yang masih menunjukan jam 5 pagi. Aksa menuju ke kamar mandi, masih terlalu pagi untuknya mandi akhirnya dia hanya membasuh mukanya saja. Lalu keluar mencari keberadaan istrinya.Leta sedang membuatkan sarapan untuk Aksa, dia sendirian di dapur dan bibinya belum datang. Mungkin karena Leta terlalu bersemangat dia ke dapur pagi-pagi sekali.Dari arah ruang makan Aksa masuk, melihat Leta yang memasak dia mendekati dan memeluknya dari arah belakang. Dia meletakkan dagunya di bahu Leta, melihat tangan Leta yang lihai memasak."Pagi sayang," ucap Aksa dengan suara yang masih serak."Pagi, kenapa kau sudah bangun?" tanya Leta."Karena gulingku pergi tanpa menciumku," kata Aksa diselingi tawa."Kau ini, sudah jangan begini. Nanti bibi melihat kita," kata Leta mengusir halus Aksa, dia
Sudah 6 minggu Aksa menuruti kemauan bibinya. Tapi setiap kali dia menanyakan kabar Kyra, bibinya selalu mengelak. Aksa sudah sangat frustrasi dengan ini, dia sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari putrinya. Tapi hasilnya nihil, dia terpaksa menuruti semua permintaan bibinya karena dia satu-satunya kunci keberadaan Kyra sekarang.Meskipun Aksa bisa melakukan sesuatu dengan bibinya, tapi dia takut bibinya tidak sendirian. Jadi meskipun dia ingin menjebloskan bibinya atas penculikan putrinya, dia takut masih ada orang di belakang bibinya.Setiap hari dia selalu pulang larut karena menemani Zeline. Dia sudah mulai lelah dengan semua ini, tapi perkataan istrinya selalu dia ingat bahwa yang terpenting dia harus menemukan Kyra terlebih dahulu. Bahkan Aksa jarang memperdulikan Leta, setiap pagi dia harus bekerja di kantor dan setiap pulang dia selalu menemukan Leta sudah tertidur, dia tidak tega membangunkan istrinya, tubuhnya yang lelah pun sering langsung
Zeline berada di kamar Aksa, dia menunggu kepulangan Aksa. Tapi sampai selarut ini Aksa tidak pulang. Dia merasa cemas, apa terjadi sesuatu dengannya.Ketika Zeline ingin merebahkan dirinya, dia melihat foto seorang gadis kecil yang sangat cantik bermain di ayunan. Entah mengapa dada Zeline sedikit sesak, apa itu anaknya? Jadi selama ini buah cintanya dengan Aksa selamat? Ia meteskan air mata sambil mengusap foto itu.Seharian dia disuruh ibunya untuk tidur, dia juga belum mengelilingi kamar ini. 6 tahun yang lalu dia tidak diperbolehkan sama sekali masuk ke kamar Aksa, meskipun saat itu dia sudah menjadi istrinya tapi tetap saja Aksa selalu dingin padanya.Tapi sekarang tidak, dia berfikir bahwa Aksa sudahlah berubah, nyatanya dia membolehkan Zeline tidur di kamarnya, bahkan saat dia sadar kemarin Aksa selalu menjenguknya dan menghabiskan waktu di rumah sakit.Zeline menghela nafas pelan, besok dia akan menanyakan apa bayinya waktu itu selamat, jika iya kena
Zeline sedang duduk di taman bersama ibunya, sudah dua hari Aksa tidak pulang ke rumah dan itu membuatnya kepikiran. Ibunya tidak terlalu memikirkan itu, setiap kali dirinya bertanya ibunya hanya menjawab Aksa sedang sibuk di kantornya.Zeline menghela nafas perlahan, dia sangat bosan dan ingin segera keluar dari rumah ini. Di rumah dan di rumah sakit tak ada bedanya, Zeline merasa bosan karena tidak adanya Aksa.Zeline terlihat memikirkan bagaimana jika dia jalan-jalan saja, tapi dia melirik ke ibunya, pasti itu juga akan dilarang. Huh... Tiba-tiba dia ingat yang ada dipikirannya semalam. Dia menoleh ke arah ibunya yang sedang asik bermain handphone itu."Mama," ucap Zeline"Ya," saut Jelita tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya."Ma, aku...aku ingin bertanya," ucap Zeline gugup."Bertanyalah, selagi aku tau jawabannya pasti akan ku jawab," ucapnya melirik sedikit anaknya, tapi kembali lagi pada handphone yang ada di tangannya."
Seorang pria memakai jaket kulit, mengendarai montor membuntuti mobil yang berada di depannya. Meskipun dia mengambil jarak, tapi sebisa mungkin dia tidak tertinggal oleh mobil itu. Setelah berkendara sedikit lama, dia melihat mobil itu masuk di sebuah rumah dengan tulisan panti asuhan.Pria itu menghentikan sedikit jauh montornya lalu menelfon seseorang. Setelah mengatakan apa yang dia lihat, dia lalu mencari sebuah warung untuk beristirahat, sekalian memantau pergerakan mobil tadi.**"Ma, apa maksudnya ini?" Zeline berdiri dan menghampiri ibunya yang sedang duduk."Ya, itu benar," jawab Jelita singkat."Apa yang benar?" suara Zeline terdengar lantang. Membuat Kyra bersembunyi di belakang tubuh bu Kimmy."Itu semua benar, Aksa sudah menikah lagi, dan kau tau kenapa putrimu berada di sini?" tanya Jelita yang emosi kepada Zeline, dia menatap tajam putrinya. "Aku melakukannya demi kau, agar Aksa bisa kembali lagi dengan kau. Sekarang, bukannya bert