Share

Bab 3

Penulis: Zeya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 16:08:57

Suasana mendadak tegang, otot-otot di leher Santo tampak menonjol. Bagi pria pemabuk itu, kesempatan seperti saat ini sudah dia nantikan sejak lama. Dan, sekarang... di depan matanya kesempatan itu muncul layaknya kartu kemenangan yang jatuh ke tangannya.

Santo berbalik menatap Clay secara langsung, "Coba katakan, bajingan. Jika kau tidak pernah bertemu dengan anakku, maka aku akan menjadikanmu mahluk paling menjijikan di muka bumi ini."

Semua orang bungkam, sikap arogan pria itu sangat buruk dan membuat Luna merasa ingin muntah.

"Jangan berpikir hanya karena kau kaya, kau bisa tidur dengan semua orang yang memakai rok dan memberikannya uang tutup mulut." Ejek Santo.

Meskipun merasa sangat malu, Luna tahu tidak ada gunanya mendebat ayahnya saat ini. Sepanjang hari, pris itu sudah mabuk-mabukan. Dia sengaja mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan hari ini.

Sejak awal Luna sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya lakukan, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dia bertindak atas kemauannya sendiri, bisa di pastikan pria tua itu akan memukulnya hingga berdarah-darah.

"Clay, apa kau mengenal wanita di sampingmu?" tuntut Theodore mengabaikan ucapan Santo barusan.

Sebelum Clay menjawab, suara Santo yang membentak putrinya mengalihkan atensi mereka semua.

"Katakan padanya jalang, katakan bahwa pria bajingan itu yang menghamili mu!" bentakan Santo membuat Luna mundur beberapa langkah.

Aroma alkohol yang menyengat dari mulut Santo, sangat membuat Luna tidak nyaman. Tapi, Santo segera mengulurkan tangan dan mencengkeram kedua pipi Luna sambil kembali membentaknya. "Cepat katakan padanya, jika kau tahu apa yang terbaik untukmu."

Saat itu juga, Clay melangkah dan berdiri di antara ayah dan anak tersebut. "Hei, tunggu sebentar! lepaskan tanganmu darinya, dia sudah menunjukku dengan jarinya tadi. Jika tidak, mana mungkin kalian berada di sini sekarang."

Luna memberikan Clay tatapan peringatan, sebenarnya hal terakhir yng dia harapkan dari Clay adalah tindakan mulai seperti pengorbanan diri.

"Nah, kau lihat?" Santo membuat gerakan seolah dia baru saja membanting kartu kemenangan di atas meja.

Wajah memucat Melisa Ganeston memucat, dia melihat wajah suaminya yang menunjukan tanda-tanda kekalahan pertama saat kembali membuka mulutnya untuk bicara.

"Kau mengakui bahwa anak yang di kandung wanita ini adalah anakmu, Clay?" cetus Theodore tak percaya.

"Aku tidak mengakui hal semacam itu, aku hanya mengatakan bahwa aku mengingatnya."

"Dari kapan?" desak Theodore.

"Musim panas ini, aku pikir sekitar bulan Juli."

"Kau pikir bulan Juli? bukankah kau harusnya menjawab dengan tegas dan tidak ambigu seperti ini?"

"Memang bulan Juli, Ayah."

Ekspresi puas di wajah Santo sangat jelas terlihat, tidak ada satu pun yang dia tutupi tentang kegembiraannya.

"Tanggal berapa kau melakukannya?" tanya Theodore lagi, mencoba untuk mulai menerima kenyataan pahit itu.

"Juli tanggal dua."

"Lantas, apa yang terjadi ada tanggal itu, Clay Ganeston?"

Suasana semakin tidak terkendali, wajah Theodore sudah menginstruksikan betapa marahnya dia pada putra semata wayangnya itu.

"Aku dan Luna melakukan kencan buta."

Mendadak ruangan menjadi hening, seperti berada di dalam gereja. Luna merasakan semua orang sedang menghitung dalam hati rentang waktu dua bulan sejak malam itu hingga sekarang.

Dagu Theodore menegang, dan rahangnya bergerak, "Dan?"

Hanya ada suara desisan amarah, saat Clay dengan santai berpikir dengan mata berkilat tajam ke arah Luna. "Dan, aku tidak mau menjawabnya sampai aku bicara berdua dengan Luna."

"Kau, Clay Ganeston! akan menjawab pertanyaanku di sini dan saat ini juga!" amarah Theodore meledak, dia memukul permukaan meja dengan frustasi.

"Apa kau berhubungan dengan wanita ini pada tanggal dua Juli?"

"Dengan segala hormat, Ayah. Itu sama sekali bukan urusanmu." Jawab Clay dengan suara tenang.

Theodore mengangkat tangannya yang gemetar ke arah bibirnya, dia menatap putranya dengan sorot mata tidak percaya atas kekurangajaran yang baru dia lihat pertama kali.

"Kau bilang, itu sama sekali bukan urusanku? padahal pria ini mengancam akan mengajukan tuntutan perkosaan terhadapmu, dan menghancurkan reputasi kita berdua."

"Ayah pernah bilang, bahwa seorang pria akan membuat reputasinya sendiri. Dan, menyangkut reputasi mu... aku yakin Ayah tidak perlu mengkhawatirkannya." Jawab Clay begitu santai.

"Clay, yang aku inginkan darimu hanya kebenaran." Theodore mengusap wajahnya sendiri dengan kasar, "Kalau kau tidur dengannya katakan iya, dan akui kesalahanmu. Tapi, jika tidak maka katakan tidak agar kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara terhormat."

"Sudah aku katakan, Ayah. Aku menolak menjawab semua pertanyaan darimu, sampai aku dan Luna berbicara empat mata." Clay memberi isyarat pada Luna untuk mengikutinya.

Tapi, Luma yang masih tercengang hanya diam di tempat. Ini merupakan perubahan situasi yang tidak pernah dia perkirakan.

"Tunggu dulu, bajingan!" desis Santo. "Kau tidak bisa pergi begitu saja dan meninggalkan aku tanpa tahu bagaimana akhir masalah ini!"

Namun, Clay menghiraukan ucapan Santo. Dia menoleh ke arah Luna, "Ayo pergi."

"Aku bilang tunggu dulu!" Santo melontarkan telunjuknya ke arah dada Clay.

"Menyingkir dari jalanku!" nada peringatan pedas dari Clay, membuat Santo melangkah mundur.

Clay berjalan menuju pintu, dia melirik Luna dengan ekor matanya. "Sebaiknya, kau ikut denganku, jika kau tahu apa yng terbaik untuk dirimu sendiri."

Luna menurut, dia mengikuti Clay dari belakang layaknya boneka yang di kendalikan. Sekalipun suara ayahnya masih marah-marah di belakang mereka.

"Jangan pernah berpikir untuk memberinya uang atau menyuruhnya menggugurkan anak yang ada di dalam kandungannya, kau dengar aku bajingan?"

Dengan wajah memerah karena malu, dan tubuh gemetar hebat Luna mengikuti Clay menuju ruang depan. Luna menduga Clay akan membawanya ke ruangan lain, agar mereka bisa berbicara secara pribadi. Tapi, pria itu justru berjalan ke arah pintu utama mansion, membukanya dengan lebar dan mengajak Luna.

"Ayo naik ke mobilku, dan pergi dari sini."

Perintah itu membuat Luna terkejut, seketika kakinya terpaku di tempat berkarpet tanpa dia sadari.

Saat Clay sudah berada di teras, dia merasakan Luna tidak mengikutinya. Dia menoleh dan kembali bicara, "Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan, dan aku tidak mau melakukan pembicaraan ini di rumah tempat orang tua kita berada."

Keraguan tampak sangat jelas di wajah Luna, mata birunya membelalak tidak percaya pada ajakan Clay. "Aku lebih suka berada di rumah ini, atau pergi berjalan kaki di sekitar sini, atau apa pun asal tidak keluar dari daerah ini."

Rona merah terang di pipi Luna, tetap tidak menggoyahkan tekad Clay yang sudah bulat. Keraguan Luna hanya membuat Clay semakin tidak sabar.

"Aku tidak memberimu pilihan, Nona." Tegas Clay tak terbantahkan, netranya menatap Luna dengan tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 42

    Luna termenung di kamarnya, percakapan dengan Mrs. Bonny masih terngiang-ngiang di kepalanya, selama ini dia sudah kabur dan terus mencoba menghindari Clay. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Luna bingung. Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Nama yang tertera di layar membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Luna menatap layar itu dengan perasaan campur aduk. Selama ini ia terus berusaha menjauh, tapi sekarang sepertinya Clay sendiri yang menghubunginya. Apakah ini pertanda ia tak bisa lagi menghindar? Dengan ragu, Luna menggeser layar dan mendekatkan ponsel ke telinganya. "Halo?" Suara di seberang terdengar rendah, tapi jelas. "Luna, kita perlu bicara. Aku ingin bertemu denganmu." Luna menelan ludah, hatinya berdebar. "Tentang apa?" "Aku janji, ini tidak akan lama. Temui aku di kafe dekat taman jam tujuh malam," ucap Clay, nadanya sedikit memohon. Luna terdiam. Ia bisa saja menolak, tapi ia juga tahu bahwa menghindar selamanya bukanlah solusi. Mrs. Bonny b

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 41

    "Pada siapa?"Ekspresi bingung membuat alis Luna berkerut. "Pada siapa?" ulangnya dengan suara ragu. Namun, Mrs. Bonny hanya duduk dengan sabar, menunggu Luna memberikan jawaban."Pada... padaku?" tanya Luna dengan suara kecil yang dipenuhi keraguan."Dan?"Luna menelan ludah. Kata-kata itu terasa berat untuk diucapkan. "Dan pada ayah dari bayiku.""Ada lagi yang lain?""Memangnya siapa lagi?"Hening. Suasana berubah sunyi untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Mrs. Bonny bersuara dengan nada pelan, "Bayimu?"Luna tersentak. "Bayiku?" Matanya melebar, seolah kata itu adalah sesuatu yang asing baginya. "Semua ini bukan salahku!""Tentu saja bukan," ujar Mrs. Bonny tenang. "Tapi aku pikir kau mungkin akan tetap memikirkan bayi itu. Mungkin karena kehadirannya membuatmu harus meninggalkan sekolah, atau setidaknya memperlambat langkahmu hingga kau bingung akan tujuan hidupmu."Luna menggeleng kuat. "Aku bukan orang seperti itu!"Mrs. Bonny hanya menghela napas. "Mungkin sekarang tidak, t

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 40

    Luna bertanya-tanya apakah ayahnya yang telah melakukan itu. Clay memelototkan mata, memerangkap Luna sehingga ia hanya bisa melihat wajah pria itu atau sweater berwarna tembaga yang ada di depan matanya. Luna memilih untuk menatap sweater pria itu. "Lupakan saja. Ayahmu mengancamku, dan ancaman itu bisa mengakhiri karierku di bidang hukum. Sesuatu harus dilakukan untuk menghentikannya. Aku mendapatkan ide untuk memberikan pembalasan pada ayahmu, seperti yang juga kau inginkan. Sekarang, bisakah kita membahas alternatif yang masuk akal?" Mata Luna terpejam ia tidak mampu berpikir cukup cepat. "Dengar, aku harus pergi sekarang, sungguh. Tapi, aku akan meneleponmu malam ini. Kita bisa membicarakannya saat itu." Sesuatu mengatakan kepada Clay untuk tidak mempercayai Luna sepenuhnya, tapi ia tidak bisa terus memerangkap Luna di sana untuk selamanya. Bisa saja, ia lakukan hal yang menyebabkan Luna tetap bertahan di sana untuk sementara waktu. Ia sadar bisa dengan mudah mencari tahu di

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 39

    Rambut hitam Luna bergerak ke kanan dan kiri, dia terus melangkah dengan cepat. Merasa kesal karena Luna tidak mau berhenti, Clay kembali menarik tangan wanita itu dan memaksa Luna berhenti. "Aku lelah bermain kejar-kejaran denganmu, kali ini bisakah kau berhenti?" tekan Clay. Luna menolehkan kepalanya dengan marah, dia berdiri di depan Clay sambil melotot. Terlihat Luna tidak bisa ke mana-mana lagi, selain mengikuti perintah Clay. Saat itulah, Clay melepas cengkeraman di lengan Luna setelah yakin bahwa wanita itu tidak akan melarikan diri lagi. "Aku menitipkan pesan pada sepupumu agar kau bisa menghubungiku, apa kau tidak menerima pesan itu?" tanya Clay. Tapi bukannya menjawab, Luna justru mengoceh tidak jelas. "Aku tidak percaya bisa bertemu denganmu secepat ini, aku pikir kampus ini cukup luas untuk kita berdua. Aku akan terus menghargaimu jika kau merahasiakan keberadaanku di kampus ini." "Baiklah, aku juga akan menghargai permintaanmu jika saja kau mau memberiku waktu

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 38

    Clay mengalihkan pandangan ke arah seberang jalan untuk membebaskan mata dan pikirannya dari delusi. Namun, semua itu tidak ada gunanya. Beberapa saat kemudian, dia kembali mendapati dirinya mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Dia mencari wanita bersweter putih dengan rambut pirang yang tergerai di punggung. Sayangnya, wanita itu sudah pergi. Terdengar konyol memang, tapi Clay tidak bisa memikirkan hal lain kecuali Luna. Pada akhirnya, Clay mengikuti kata hati dengan menerobos kerumunan orang di depannya. Hingga sesaat kemudian, netra Clay menangkap sosok wanita yang memiliki postur tubuh sama persis seperti Luna, hanya saja warna rambutnya yang berbeda. Jika itu Luna, dia berpikir tidak mungkin Luna akan mewarnai rambutnya menjadi hitam. Clay memilih mengikuti langkah wanita itu dengan jarak yang aman, agar tidak terlalu mencurigakan. Saat wanita itu sampai ke jalan raya, dia terlihat ragu-ragu untuk menyeberang. Selang beberapa detik, ketika wanita itu mulai melangkah

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 37

    Kali kejadiannya sangat cepat, sehingga Clay tidak bisa melihat apa-apa. Clay keluar dari mobil setelah pulang dari restoran, tanpa melihat ke depan tiba-tiba muncul bayangan besar dari belakang bangunan megah di depannya. Lengan Clay di tarik dengan kasar, lalu di lempar ke samping mobilnya di susul tinjuan keras yang menghantam perutnya. Tidak meninggalkan bekas, tapi cukup untuk membuatnya kesulitan bernapas. Tubuh Clay jatuh tersungkur ke tanah dalam posisi berlutut. Di sela-sela rasa sakit yang dia alami, Clay mendengar suara serak di depannya. "Itu dari Orlando. Dia kabur ke negara seberang." Setelah melempar surat ke arah Clay, orang itu pergi begitu saja dan menghilang di kegelapan malam. *** Keesokan harinya, Ruby langsung menghubungi Luna. Dia tidak sabar untuk memberitahu sepupunya itu tentang kejadian semalam di pesta. Begitu sambungan telepon terhubung, Ruby langsung berkata dengan napas sedikit terengah. "Lun, kau harus tahu. Aku bertemu dengannya di pesta s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status