Antara Cinta Dan Kesalahan

Antara Cinta Dan Kesalahan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Oleh:  ZeyaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
42Bab
318Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Luna, seorang mahasiswi kutu buku yang tanpa sengaja bertemu dengan pria dari jurusan hukum, bernama Clay. Siapa sangka pertemuan pertama mereka, justru membuat keduanya menghabiskan malam bersama. Hingga beberapa bulan setelahnya, Luna mendapati dirinya hamil. Akankah Luna menuntut pertanggung jawaban dari Clay? sedangkan latar belakang mereka sangat jauh berbeda.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Situasi tidak bisa di ubah, sungguh ironis bahwa yang di ketahui Luna Orlando tentang Clay Ganeston hanyalah sebatas nama pria itu. Clay pasti kaya, pikir Luna sambil mengamati ruang depan yang megah, dan kini ada di depan matanya.

Bagian dalam ruang depan yang megah, itu menyingkap sebuah ruang tamu formal. Dengan paduan warna putih dan emas, di bagian atasnya terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal dengan ukuran besar.

"Rumahnya besar banget." Gumam Luna takjub.

Di belakang Luna, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua. Sedangkan di hadapannya, berdiri pintu dobel, sebuah meja besar yang kaki ukirannya menyentuh karpet seperti ujung jari seorang balerina.

Lampu beraksen kuningan yang di pantulkan oleh cermin berbingkai emas, menambah kesan elegant sekaligus glamor secara bersamaan.

"Sepertinya cermin itu harganya lebih mahal dari rumahku." Cetus Luna terkekeh sendiri.

Di samping cermin, terdapat vas besar yang juga terbuat dari kuningan, yang berisi daun kayu putih kering yang sangat harum.

Bau yang mencolok menembus indra penciuman Luna, membuatnya merasa pusing.

Luna mengalihkan pandangan ke arah pintu besar yang terbuat dari kayu pohon ek. Kenopnya memiliki bentuk yang unik, dan baru pertama kali Luna lihat. Bentuknya menyiku dan melengkung, seperti gagang pisau mewah.

"Kira-kira berapa harga satu kenop pintu itu, ya?"

Luna bertanya-tanya sendiri, belum lagi kursi megah yang saat ini di dudukinya. Kursi itu berlapis beledu coklat yang empuk, tanpa lengan dan berumbai. Luna bisa menebak jika harga sofa itu sangat mahal, dan hanya mampu di beli oleh orang yang sangat kaya saja.

Semua hal yang ada di depan ini merupakan hasil karya seni mewah dan megah. Segalanya terasa pas... kecuali Luna Orlando.

Gadis itu cukup menarik, kulitnya yang berwarna aprikot dan rambutnya yang pirang terang. Memperlihatkan kesan sehat dan segar.

Luna memiliki sosok yang mempesona, hidung lurus dan mancung. Bibir berbentuk sempurna, dan mata biru di bawah alis melengkung.

Hanya saja, pakaian yang dia kenakan mengganggu kecantikannya. Gadis itu mengenakan celana longgar, dan warnanya sudah pudar akibat terlalu sering di pakai.

Warna kemejanya usang, akibat seringnya dia memakai kemeja tersebut. Semua pakaian yang melekat ada tubuhnya, merupakan hasil buatan tangan dengan bahan yang relatif murah.

Luna menunduk memperhatikan penampilannya lagi, dia merasa minder berada di tengah ruang tamu yang mewah sedangkan dirinya seperti seonggok sampah yang tergeletak tanpa tentu arah.

"Setidaknya aku di sini masih berpakaian lengkap." Pikir gadis itu.

Namun, penampilannya yang bersih, rapi dan kulit yang segar membuat Luna tidak terlihat seperti gelandangan. Juga karena pembawaan diri Luna yang percaya diri.

Sayangnya kepercayaan diri miliknya perlahan menyusut, seiring waktu berlalu. Luna sadar, dia tengah di perlakukan layaknya anak nakal yang hendak di hukum, dan fakta sebenarnya tidak terlalu jauh dari itu.

Sambil menghela napas panjang, Luna menyandarkan kepalanya ke dinding di belakangnya. Diam-diam, dia bertanya-tanya apakah orang kaya seperti keluarga Maverick akan keberatan jika gadis miskin sepertinya, menyenderkan kepala di kertas dinding mereka yang elegant.

Sepertinya begitu, dengan kerasa kepala Luna tetap menyandarkan kepalanya di sana. Kelopak matanya tertutup, menyingkirkan semua kemewahan di depannya. Tatapi, dia tidak bisa menyingkirkan nada suara marah yang terdengar dari ruang kerja.

Suara ayahnya yang kasar dan bernada menuduh, di ikuti suara marah yang tertahan dari kepala keluarga Maverick.

'Kenapa aku justru masih ada di sini?' tanya Luna dalam hati.

Namun, semua sudah ada jawabannya. Jika dia berlari keluar dan pergi, maka begitu tiba di rumah dan bertemu ayahnya, dia pasti akan merasakan lehernya sakit akibat cekikan ayahnya.

Dan, tentu saja dia tidak bisa meninggalkan ibunya seorang diri. Dia perlu mempertimbangkan semuanya, agar sang ibu tetap aman dari pukulan ayahnya.

Tentu saja, saat ini ibunya juga berada di dalam ruang kerja bersama suami-istri Ganeston yang sedang sial. Dan, kaya atau pun tidak mereka sama sekali tidak melakukan kesalahan apa pun, hingga pantas mendapat caci maki dari orang gila seperti ayahnya.

Luna tidak berniat membuat semua kekacauan ini terjadi, dia masih ingat dengan jelas bagaimana raut syok di wajah suami-istri Maverick saat ayahnya menerobos masuk ke dalam rumah mereka saat sedang melakukan doa malam, dan melontarkan kata-kata kasar pada pasangan itu.

Awalnya keluarga Ganeston berusaha untuk bersikap layaknya orang beradab, menyarankan mereka semua untuk duduk lebih dulu dengan tenang di ruang tamu dan membicarakan titik awal masalah yang muncul.

Namun, semua berakhir sia-sia. Santo Orlando menunjuk kursi kosong di sisinya, dan berteriak pada putrinya. "Duduk di sana, Luna! jangan bergerak sedikit pun, atau aku akan memukulmu hingga babak belur!"

Seketika raut terkejut kembali muncul pada pasangan Ganeston, Luna merasa tidak enak hati pada pasangan itu. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, hingga harus mendengarkan cercaan dari orang gila seperti Santo Orlando.

Luna menelan salivanya kasar, bibirnya terasa kering begitu juga dengan tenggorokannya. Hingga, secara tiba-tiba pintu depan terbuka lebar. Membiarkan udara malam menyusup masuk ke dalam rumah. Aroma segar dedaunan menusuk indra penciuman Luna.

Bersama dengan itu, muncul sesosok pria yang pakaiannya seolah sengaja di rancang agar menyatu dengan ruang depan. Pria itu melangkah masuk, dia mengenakan celana berwarna hitam dari bahan wol yang lembut dengan potongan khas eropa.

Terlihat serasi dengan atasan kemeja berwarna biru navy. Jaket olah raga yang juga berwarna senada, menyelimuti bahu pria itu seperti permen lembut yang siap untuk di santap.

Luna mengamati dalam diam sosok pria itu, dasi yang tidak terikat memperlihatkan kalung emas melingkari leher pria itu. Seakan alam ikut bekerja sama dalam menciptakan skema warna pria itu, kulitnya berwarna kecoklatan akibat terbakar matahari, dan rambutnya berwarna merah keemasan.

Pria itu bersiul saat masuk, tidak menyadari kehadiran Luna yang setengah tertutup oleh pohon kayu putih. Luna menempelkan punggungnya di dinding, memanfaatkan posisinya yang tersembunyi.

Mengamati pria itu saat berjalan ke arah meja dan mengambil surat harian, Luna menangkap wajah tampan yang klasik di cermin. Dengan hidung yang lurus, pipi panjang, dan alis bagaikan di pahat sempurna.

Wajah itu terlihat seperti perunggu, yang tidak memiliki cela. Namun, mulut pria itu... ah, terlalu sempurna, terlalu mempesona, dan melekat dalam ingatan untuk di anggap sekedar daging dan darah.

'Ah, sial.' Batin Luna memberontak, memintanya untuk kembali sadar.

Tanpa menyadari keberadaan Luna, pria itu melepas jaket olah raganya yang bergaya. Dia menyampirkan dengan santai di salah satu lengannya, dan mulai menaiki anak tangga.

Luna terus menempel pada dinding, layaknya cicak yang takut ketahuan oleh manusia.

Namun, saat itu juga tubuh Luna kembali menegang saat pintu ruang kerja kembali terbuka. Menampilkan sosok kepala keluarga Maverick berdiri di depan lemari buku.

Matanya yang berwarna abu-abu, tampak di bawah alis yang tebal dengan ekspresi mengerikan. Jelas sekali, pria paruh baya itu sedang menahan emosinya. Theodore Ganeston menoleh sekilas ke arah gadis yang duduk di kursi, lalu kembali menatap ke arah tangga.

"Clay!" nada suara tegas darinya menghentikan langkah pria muda yang tadi sedang menaiki tangga.

"Ayah?"

Semua itu masih sama seperti yang diingat Luna, meskipun nada kebingungannya terlihat jelas.

"Aku rasa sebaiknya kau masuk ke ruang kerja." Kemudian Theodore kembali masuk, dan membiarkan pintu ruang kerjanya tetap terbuka untuk putranya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
42 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status