Share

Kehadiran Ulfa

"Anak-anak, ayo tugasnya dikumpulkan ya." ucap Bu guru yang tiba tiba sudah berada didepan kelas.

Mungkin karena kebanyakan melamun, sampai-sampai aku gak tau kapan Bu gru datang. 

Setelah selesai mengumpulkan tugas, aku kembali duduk di bangku ku. 

"Anak-anak besok kita mulai ujian ya, jangan lupa, dirumah belajar ya." ucap Bu guru.

"Baik Bu." semua murid menjawab dengan serempak.

"What, ujian?? Soal harian aja aku gak bisa jawab, apalagi ujian, aduh.. gimana ini." gumamku.

teetttt.. tetttt.. tetttt.. bel berbunyi tanda jam istirahat, hari ini aku lapar jadi aku memutuskan untuk ke kantin, membeli gorengan untuk mengganjal perut karena tadi belum sempat sarapan.

"Wulan, mau ke kantin ya? bareng y, sekalian aku belikan gorengan y, jangan lupa." Ucap Aris yang berjalan mengikuti ku dari belakang.

"Knp harus aku yang belikan? Kamu kan bisa beli sendiri." Ucapku kesal pada Aris.

"Pelit banget sih minta gorengan 500 perak aja gak boleh." Ucapnya.

"Y deh, iya, nanti aku belikan." Sahutku.

"Trimakasih Wulan." Sahutnya.

Sebenarnya aku malas ke kantin karena harus melewati kelasnya Ika. Apalagi ada temannya Fandi yang selalu mengawasi ku setiap hari, seakan-akan aku buronan yang tak pernah lepas dari tatapannya.

Setelah selesai membeli gorengan, aku dan Aris langsung kembali ke kelas. Kita sama-sama makan gorengan sambil bersenda gurau, enak banget rasanya ngobrol sama dia, nyambung dan nyaman banget.

Apakah ini yang namanya???? Ah gak ah, Aris itu hanya sahabtku saja bukan pacarku, lagian dia juga belum tentu suka ma aku.

Gak terasa jam istirahat sudah selesai, waktunya kembali berkutat dengan buku tulis dan bulpoin. Selama jam pelajaran berlangsung, entah kenapa aku suka sekali memperhatikan Aris dari belakang, dia sll bisa menjawab semua pertanyaan yang diberika guru kepadanya. Apa bener aku suka ma dia??  Tapi gimana kalau dia gak suka ma aku?? Ah biarlah, meskipun dia bukan pacarku, asal aku bisa Deket dengannya, jujur aku udah seneng banget.

Gak terasa sudah waktunya pulang sekolah, tapi tiba-tiba Aris dipanggil sama temannya Fandi. Ada apa ini? kenapa tiba-tiba anak itu manggil Aris?? rasa penasaran terus menghantuiku.

Setelah Aris selesai berbicara dengan temannya Fandi, dia langsung menghampiriku.

"Maaf ya lama." Ucapnya.

"Ada apa Ris? Dia ngomong apa sama kamu?" Tanyaku yang diliputi rasa penasaran.

"Ah, gak ada apa-apa, santai aja Lan gak usah tegang gitu, ini kan bukan ujian, hehe.." Candanya.

"Kamu tu ya, ditanya serius, jawabnya malah bercanda." Ucapku padanya dengan nada kesal.

Dia lalu berlari menuju ke gerbang sekolah, dan akupun mengejarnya dari belakang. Kalau boleh jujur sih, sebenarnya aku pingin banget punya pacar kayak Aris. Udah pinter, baik, manis lagi anaknya. Kurang apa coba?? Aduh Wulan, mulai deh menghayal lagi. Dasar tukang ngelamun. Itu julukan Aris kepadaku, karena dia terlalu sering, bahkan hampir setiap hari melihat aku melamun.

Tiba waktunya untuk mengikuti ulangan bahasa Inggris. Aku berharap Aris bisa membantuku untuk menyelesaikan soal ulangannya. 

"Ayo waktunya kurang 30 menit lagi".Ucap Bu guru.

"Aduh gimana ini, satu soal pun gak ada yang bisa aku selesaikan." Gumamku dalam hati.

Tiba-tiba punggung Aris bersandar di kursinya, dan mengarahkan kertas ujiannya ke arahku, tanpa harus menunggu aba-aba dari Aris, aku langsung menyalin jawaban Aris ke kertas Jawabanku.

"Ah, lega rasanya udah aku jawab semua soal ujiannya, ya walaupun dengan cara menyontek jawaban Aris.. hehe..." Ucapku dalam hati.

"Jamnya habis, ayo soal dan jawabannya dikumpulkan di depan ya." Ucap Bu guru.

"Y Bu." Semua murid menjawab dengan serempak.

Setelah semua murid selesai mengumpulkan soal dan jawaban ujian mereka masing-masing, mereka bergegas keluar kelas karena sudah tiba waktunya untuk istirahat, begitu juga denganku dan Aris.

"Ris, makasih banyak ya tadi atas contekannya." Ucapku pada Aris.

"Contekkan? Siapa juga yang nyontekin kamu?" Ucapnya.

"Lho, tadi kamu bersandar dikursi terus ngangkat kertas ujian itu maksudnya apa kalau bukan ngasih contekkan buat aku?" Tanyaku pada Aris.

"Oh, itu tadi aku capek makanya bersandar, kalau soal ngangkat kertas ujian, ya, tanganku juga capek makanya aku angkat ke atas." Jawabnya.

"Jadi kamu nyalin semua hasil jawabanku?" Dia balik bertanya kepada ku.

"Ya iyalah, aku fikir kamu sengaja mau bantu aku ngasih contekan." Jawabku sambil mengernyitkan dahi.

"Udah gak usah manyun, aku cuma bercanda. Aku memang sengaja ngasih jawaban ke kamu karena aku tau kamu gak bisa pelajaran bahasa Inggris." Ucapnya.

"Mksh bnyk ya Ris, kamu baik banget ma aku." Ucapku.

"Apasih yang gak buat kamu." Ucapnya.

Mendengar ucapannya jantungku rasanya berdegup kencang, ada yang aneh dengan perasaan ini. Apa bener aku mulai jatuh cinta pada Aris, sahabatku sendiri?

Pernah dengar omongan orang, bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak bisa bersahabat, pasti ada perasaan suka walaupun hanya sedikit. Dan kata persahabatan hanyalah modus untuk menutupi rasa sukanya. Apa ini yang sekarang sedang terjadi padaku dan Aris?

Tapi selama Aris belum menyatakan kalau ia suka sama aku, aku gak akan ungkapin duluan perasaanku, ogah amat ngomong cinta duluan ke cowok, ya gengsi lah ya.

"Wulan, jangan lupa nanti jam 2 latihan Pramuka ya." ucap Ulfa, salah satu teman sekelas ku.

"Aduh, jam 2 ya? Kalau pulang kayaknya rugi transport nih harus bolak balik." Ucapku pada Ulfa. 

"Ul, boleh gak kalau aku ikut kerumahmu?" Ucapku pada Ulfa. Rumah Ulfa lumayan jauh sih, tapi bila dibandingkan dengan rumahku, pasti lebih jauh rumahku. Ulfa ke sekolah dengan menaiki sepeda ontel.

"Boleh, berarti nanti kita pulang bareng ya naik sepeda, nanti aku gonceng deh, ok." Jawab Ulfa.

"Ok, makasih banyak ya." Ucapku.

"Ris, maaf ya nanti aku gak bisa pulang bareng ma kamu, aku mau kerumahnya Ulfa." Ucapku pada Aris.

"Ya udah g papa, ati-ati ya." Jawab Aris.

Sebenarnya aku gak perlu minta ijin ke Aris kalau aku mau ke rumahnya Ulfa, tapi apa boleh buat, aku sudah terlanjur janji tadi sama Aris untuk pulang bareng.

Jam Istirahat telah usai, waktunya untuk semua murid masuk ke kelasnya masing-masing.

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sudah waktunya untuk pulang, aku segera menghampiri Ulfa yang sedang sibuk mengambil sepedanya, yang terparkir dihalaman sekolah.

"Ayo Lan, naik." Ucap Ulfa.

"Kamu yakin bisa goncengan Ul?" Tanyaku pada Ulfa.

"Yakin dong, lagian aku dah sering kok bonceng anak-anak." Jawabnya.

Akupun segera menuju ke rumahnya Ulfa dengan berboncengan menaiki sepedanya Ulfa. Panas sekali rasanya hari ini, apalagi matahari pas ada di atas kepala.

Sesampainya di rumah Ulfa, aku pun segera melepas sepatu dan kaos kakiku, dan langsung ijin masuk kedalam rumahnya karena di luar sangatlah panas. Sementara Ulfa lagi sibuk memarkirkan sepedanya di depan rumahnya.

"Kok sepi Ul? Ibumu mana?" Tanyaku pada Ulfa.

"Biasanya jam segini ibuku sibuk bantu-bantu dirumah saudara Lan, Ayo Lan duduk dulu. Aku buatin Es dulu ya." Jawab Ulfa sambil mempersilahkan aku duduk di kursi nya.

"Eh, gak usah repot-repot Ul, kamu pasti capek habis gonceng aku, maaf ya Ul, aku ngerepotin." Ucapku dengan rasa sungkan.

"Ah, gak capek kok, udah biasa." Jawab Ulfa.

Ah, enaknya minum es yang sudah disediakan oleh Ulfa, kebetulan pas lagi haus banget. Cuacanya juga panas banget jadi gampang haus deh.

"Ayo Wulan, kita makan dulu." Ucap Ulfa sambil sibuk menghidangkan makanan di atas meja.

"Aduh Ul, aku beneran gak enak nih ngerepotin kamu." Ucapku pada Ulfa.

"Udah g papa, ayo cepetan makan terus kita berangkat lagi, takut terlambat nanti latihan pramukanya." Ucap Ulfa.

"Makasih banyak ya Ul." ucapku.

Kalau tau kayak gini, lebih baik aku diem disekolah aja deh, aku gak enak ma Ulfa, udah capek-capek bonceng aku, sekarang pakek repot-repot nyiapin makanan lagi. Gumamku dari dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status