Share

Antara Cinta dan Dendam
Antara Cinta dan Dendam
Penulis: Yulita Lestari

Harta dan Tahta

Penulis: Yulita Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 17:13:12

    Dia Rafaela Amanda Defila, matanya sembab, rambutnya acak-acakan serta kancing blousenya sudah tidak lagi sesuai kegunaannya karena sudah berjatuhan ke lantai akibat tarikan paksa di tubuh bagian depan. Sementara di sampingnya berdiri seorang pria merapihkan bajunya kemudian kembali memakai celananya agar rapih seperti sebelum masuk lift. Parasnya yang tampan tidak sebagus hatinya yang ternyata tidak berperasaan. Bisa-bisanya dia mengambil kesucian seorang gadis yang bahkan baru saja diterima sebagai asisten pribadinya.

“Terimakasih, Sayang. Aku puas sekali! Tapi ... ini baru permulaan.” Mengusap pipinya dengan lembut, namun gadis itu berpaling dengan kasar.

“Saya akan melaporkan Tuan karena sudah melecehkan!” ancam gadis itu memeluk lututnya dengan tubuh gemetaran.

Bukannya takut, pria itu malah menyeringai. “Silahkan saja, Nona. Tapi ingat ... uang berada di atas segalanya. Aku bisa balik melaporkanmu, bahkan membuat keluargamu hancur!” Wilson langsung keluar dari lift tanpa memperdulikan gadis yang telah menjadi korban kebejatannya.

Gadis itu tertegun, percuma saja dia melapor jika yang dilaporkan memiliki harta dan tahta.

Keluar dengan langkah tertatih, ketika digerakan bagian sensitifnya perih sekali. “Aku tidak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini.” Mencari kamar mandi terdekat untuk merapikan diri. Lalu tangannya memeluk diri agar bajunya yang robek tidak terekspos.

Ia berjalan menyusuri lorong dengan cahaya yang untungnya terang. Tidak disangka ia pulang larut, di gedung ini  sudah tidak ada orang. Saat sampai di luar gedung, ia menatap nanar ke sekeliling. Keterpurukannya tidak hanya sampai di sini, dia harus bisa pulang meski jarak pandangnya berkurang ketika malam tiba. Cahaya remang baginya justru menjadi sebuah kegelapan. Ia berpegangan pada tembok dengan pandangan yang benar-benar kabur.

Kesulitannya melihat di waktu malam kini menjadi bumerang buatnya, jangankan untuk sampai rumah, berjalan sampai ke jalan raya saja ia tidak sanggup.

Sebagai perempuan, siapa yang tidak sedih, mahkota berharga yang ia jaga selama ini justru diambil oleh bosnya sendiri. Sedih, marah, bercampur menjadi satu. Masa depannya telah hancur oleh orang tidak bertanggung jawab. Seolah dunia ini begitu lucu. Seseorang yang kaya justru bahagia dengan harta, bahkan bisa membeli sebuah hukum. Bukankah ini lucu?

Orang kalangan bawah sepertinya harus mati-matian untuk bisa mengangkat drajatnya, mati-matian belajar sehingga menjadi mahasiswa dengan lulusan terbaik. Jalan penuh duri telah ia lalui agar bisa mendapat kerjaan yang baik juga. Lalu pada akhirnya bukan kebahagiaan yang ia dapat, melainkan harus menapaki bara api. Sesal memang selalu datang di akhir. Jika bukan karena diiming-imingi gaji dan jabatan yang tinggi Rafaela bisa masuk di tempat lain. mungkin firasat kakaknya benar. Sejak semalam Dorny perasaannya tidak enak dan sempat tidak mengijinkannya bekerja. Bukan Rafaela jika dia tidak bisa mendapatkan ijin dari Dorny.

Rasanya aneh jika tiba-tiba wawancara ditiadakan. Sementara Rafaela langsung diminta menemui CEO secara langsung.

Ia kembali mengingat kejadian tadi saat ia mulai bekerja.

***

“Beliau, Pak Aldrick. Ikutlah dengannya!” ucap seorang wanita yang mengurus berkas-berkasnya. Rafaela meneguk ludahnya melihat pria berpenampilan sangat rapi dan bertubuh tegap, dengan setelan jas berwarna gelap hingga menimbulkan kesan wibawa.

Semakin ke dalam, gedung itu terlihat sangat mewah terlebih saat melewati sebuah tempat yang luas dengan lampion besar di tengahnya. 

“Ini ruang Aula,” ucap Aldrick melihat Rafaela tidak berkedip kala matanya berlarian menatap ruangan itu.

Rafaela hanya mengangguk, “Benar yang dikatakan Graci, tempat ini sangat mewah. Beruntung sekali dia bisa mempunyai kekasih seperti Pak Wilson yang katanya tampan melebihi Taehyung artis K-Pop idolaku,” batin Rafaela kagum dengan tempat ini.

“Mari, Nona! Pak Wilson sudah menunggu anda.” Aldrick memergoki Rafaela melamun segera memanggilnya agar masuk lift. Ruangan demi ruangan yang ia lewati begitu memberi kesan yang indah, desain di perusahaan ini rupanya lebih tertuju pada nuansa alam. Bahkan banyak bunga hidup dan bonsai menjadi begitu asri.

Aldrick mengetuk pintu dulu, setelah mendapat ijin barulah masuk. Entah mengapa tiba-tiba jantung Rafaela berdetak kencang, mungkin karena dia mau menemui seorang pimpinan perusahaan. Ia menelan ludah dengan keras, hawa jadi serasa mencekam kala Wilson menatapnya tajam. Wajahnya memang tampan bagaikan patung malaikat, hanya saja oleh respon datarnya menjadikan kesan yang kejam.

“Pak Wilson sudah mengecek semua berkas dan beliau akan mengangkatmu menjadi sekretarisnya mulai hari ini juga?” Rafaela tidak percaya ini, dia langsung diterima tanpa melakukan tes terakhir.

“Pasti Graci yang membantuku. Aku harus berterima kasih padanya,” batin Rafaela bahagia sekali. Dia langsung duduk di ruangannya sembari mempelajari hal-hal yang harus dia persiapkan.

“Bagaimana jadwalku hari ini?” Pak Wilson seperti sibuk dengan sesuatu.

“Emm ... pukul 1 siang pertemuan dengan klien dari Armada Group, Pak!” Untungnya Rayani masih ingat dengan jadwal yang ia baca barusan.

“Kau ingatkan Aldrick menyiapkan semua berkasnya!” bicara dengan posisi tangan sedang mengetik di keyboard.

Saat makan siang tiba, Rafaela nampak sendirian dan bingung saat di kantin karena tidak kenal siapapun. Namun dia langsung punya kenalan. Saat makan ia sempatkan memberi pesan pada sahabatnya.

“Terima kasih sudah membantuku. Kekasihmu langsung menerimaku menjadi asisten pribadinya. Pokoknya terima kasih. Aku janji, gaji pertamaku aku traktir kamu makan-makan!”

Tidak lama kemudian Graci membalasnya, “Masa sih?”

“Iya. Terima kasih sekali.” 

“Iya sama-sama. Semoga lancar!” balas Graci dengan sebuah ikon.

Di tempat Graci, ia justru merasa aneh. “Kok aneh sekali. Perasaan aku tidak memberitahu nama sahabatku. Wilson udah nyela duluan kemarin,” gumamnya.

Dia ingat sudah minta tolong pada pacarnya agar menerima sahabatnya. Tapi spontan Wilson menolak bahkan Graci belum sempat mengatakan nama Rafaela padanya.

“Mungkin Wilson memang sudah tahu nama sahabatku. Pria itu kan sering mengorek-ngorek ponselku.” Graci tidak begitu memikirkannya.

Rafaela lega karena pertemuan berjalan dengan lancar. “Kamu pulang denganku malam ini!"

“Ta-tapi, Pak. Saya udah ada janji dengan-“

“Aku atasanmu. Jadi jangan membantah!” Mendengar suara Wilson yang berat, Rafaela akhirnya hanya pasrah.

Malam itu dia membantu Wilson memeriksa laporan dari para karyawan. Setelah itu langsung pulang. Selama di perjalanan, Wilson banyak bertanya mengenai Graci.

“Ibumu Amanda? Benarkan?” tanya Wilson memasuki lift.

“Bagaimana Bapak tahu?”

Wilson menyeringai memandangi mangsanya yang sejak tadi ia tandai. “Kamu mau tahu kenapa saya mengenalnya?” Tiba-tiba pria itu mendorong tubuh Rafaela hingga menabrak dinding lift. Pria itu mengunci tubuh Rafaela. 

“A-apa yang Bapak lakukan?” Rafaela panik. Mencoba mendorong tubuh Wilson sekuat tenaga, tapi sia-sia saja, tubuh Wilson lebih kuat.

“Amanda Sucita ...” Bahkan pria itu mengetahui nama panjang ibunya.

“Dimana dia sekarang?” suaranya terdengar sangat berat.

Rafaela ketakutan, “Aku tidak tahu!”

“Jangan bohong? Kamu menyembunyikannya?”

“Tidak! Dia sudah pergi! Aku mohon lepaskan aku!” Bukannya melepaskannya, Wilson malah melakukan hal yang sangat menyakiti seorang gadis. Yaitu merampas kesucian paling berharga.

***

Karena melamun, Rafaela tidak tahu kalau ada pot bunga di depannya, dia akhirnya terjatuh hingga membuat sikunya terkena aspal. Kini dia hanya bisa duduk meratapi nasibnya.

“Ibu? Kenapa dia mencari mu? Apa hubungannya dengan mereka? Jangankan mereka, selama ini aku juga mencarimu.” Rafaela menangis tergugu.

Ia ingat cerita Bu Yuni, pemimpin panti yang merawatnya dengan kasih sayang. Seorang bayi perempuan dengan kulit yang putih ditaruh di depan panti. Rupanya ibu yang membuangnya meninggalkan sebuah surat dan foto wanita itu. ia berpesan tentang nama bayi itu dan nama ibunya. Tapi dia tidak menyebutkan siapa ayahnya. Ia meninggalkan foto agar Rafaela bisa mengetahui wajah ibunya.

“Ibu .... hiks ... hiks ... hiks ...” Rafaela selalu membayangkan bagaimana rupa ibunya. Kata Dorny rupanya sangat mirip dengan Rafaela. Dengan melihat diri sendiri di depan cermin, ia bisa melihat wajah ibunya.

*

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Antara Cinta dan Dendam   Ending

    Tanpa menjelaskan apapun tiba-tiba saja Rafaela tersenyum gembira dan segera memeluk wanita bertubuh ringkih itu. “Mama ...” Ia tidak kuasa menahan tangisnya.“Oh ... putriku ...” Keduanya saling berbaur satu sama lain. Meski Rafaela hanya melihat ibunya dari foto dan itupun ketika masih muda, namun ikatan ibu dan anak tidak bisa dibohongi.Dorny sangat lega melihat mereka berdua. “Itu siapa?” tanya Eshal.“Dia adalah nenekmu,” jelas Dorny.Rafaela membawanya duduk untuk mengobrol. “Itu putrimu, sibunga dari surga?” Amanda menatap Eshal penuh kasih.Rafaela mengangguk, “Eshal, kemarilah!” perintah Rafaela. Eshal segera berlari ke arah Rafaela dan Amanda.Mereka mengobrol beberapa hal tentang kehidupan di Paris. Tidak ingin buang waktu Amanda harus segera menceritakan kehidupannya setelah meninggalkan Indonesia.“Pasti kamu menemuiku ingin tahu kenapa aku meninggalkanmu di Panti Asuhan itu. Aku akan menceritakannya ... tapi ...” Ia melirik Eshal cucunya, mengusap rambutnya yang hitam b

  • Antara Cinta dan Dendam   Rencana Pertemuan untuk Kebenaran

    “Kenapa tidak ada yang mengangkat panggilan telpon?” Milna meminimalisir nafasnya.“Kami sengaja mematikannya agar ....” Dorny melirik Rafaela.“Ah jadi begitu.” Milna langsung mengerti maksudnya.“Kau tidak akan kembali lagi?” Milna memberikan sebuah kotak kecil untuk Dorny sahabatnya. Untuk kenang-kenangan, ujarnya.Dorny menerima itu kemudian tersenyum tipis, “Memangnya kenapa kalau aku tidak akan kembali ke sini lagi?”Milna menggeleng kecil sembari tersenyum, “Tidak apa-apa. Hanya saja aku akan kehilangan sahabatku.”“Benarkah begitu?” Dorny tidak mempercayainya.“Kamu sungguh tidak keberatan kalau aku pergi selamanya?” tanya Dorny belum puas.“Sebenarnya a-aku ...” Ia memalingkan wajah dengan ragu-ragu.Dorny memegang tangan Milna, “Tunggulah aku! Tugasku hanya mengantar Rafaela dan Eshal dengan selamat. Setelah Rafaela bertemu ibunya aku akan kembali.”“Kau serius ...” Raut wajah gadis itu begitu gembira.“Bagaimana mungkin aku tidak akan kembali kalau hatiku saja hanya untukmu

  • Antara Cinta dan Dendam   Kepergian Mendadak

    “Bibi ... apa-apaan ini?” Chayton segera diborgol oleh petugas kepolisian yang datang bersamanya.“Kamu seharusnya mengerti kesalahan apa yang dibuat.”“Lepas!” Chayton tidak terima ini.“Silahkan melakukan keterangan di Kantor Polisi!”Saat Wilson datang ternyata sudah ada Oma Ratri di sana membawa petugas kepolisian untuk segera menangkap Chayton sehingga dia belum bisa bicara dengannya. Namun Wilson segera menarik Chayton. “Kau bajingn kparat!” Wilson mengumpat marah. Mengangkap tubuh Chayton dengan menarik kerahnya, “Meski aku belum mendapatkan semuanya. Setidaknya hidupmu telah hancur. Bahkan putrimu akan membencimu.”Bugh ... ia menghantam rahang Chayton. “Ku anggap kau keluargaku tapi menusukku!”Aldrick menghentikan Wilson, para petugas itu membawa Chayton pergi.“Kita akan menggugatnya ke pengadilan.” Oma Ratri sudah memanggil seorang pengacara untuk membantunya menghukum Chayton sesuai yang dilakukannya.Keluarga Graci juga didatangkan sebagai keluarga dari kasus kematian b

  • Antara Cinta dan Dendam   Pengkhianat yang Sebenarnya

    Saat Oma Ratri datang ke toko itu tiba-tiba saja ia menangis. Seorang pekerja bertanya padanya kenapa nenek itu menangis.“Gadis kecilku!” Oma Ratri sampai menangis haru karena melihat sosok berwajah manis yang wajahnya sembilan puluh sembilan persen mirip Wilson.Ia tiba-tiba saja berjalan mendekat tana memperdulikan pekerja yang menanyakannya tadi. Saat itu Rafaela tersadar ada seorang wanita tua yang membawa tongkat mendekat ke arah putrinya. Namun saat dilihat wajahnya ia segera mengenal wanita itu.“Rafaela!” panggil Oma Ratri langsung memeluknya.Eshal nmpak bertanya-tanya siapakah gerangan wanita tua itu. Rafaela pun memperkenalkan putrinya pada Oma Ratri sebagai neneknya. “Rafaela!” panggil Oma Ratri langsung memeluknya.Eshal nmpak bertanya-tanya siapakah gerangan wanita tua itu. Rafaela pun memperkenalkan putrinya pada Oma Ratri sebagai neneknya. Eshal senang sekali mendengar kalau dirinya punya nenek. Oma Ratri juga sangat bahagia bisa bertemu cicitnya.Ia tidak akan memb

  • Antara Cinta dan Dendam   Sebuah Kebenaran

    Setelah bangun dengan kepala yang pusing, ia mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam di saat Aldrick datang. Ia tidak ingat apa yang dikatakannya serta apa yang didengarnya. Namun tanpa mendengar langsung dari Aldrick ia sudah bisa mengartikan sendiri.Ia segera mencari keberadaan putrinya dari informasi yang didapatnya dari orang kepercayaannya yang sellu ia utus untuk mengikuti Aldrick. Sebuah toko bunga dimana semua orang begitu sibuk dengan pesanan yang menumpuk.Sesaat dia melihat putri kecilnya sedang seekor kucing lucu dan duduk di depaan toko. Saat Wilson berniat mendekat tiba-tiba saja ia urung karena melihat sosok Oma Ratri keluar dari sana sembari membawa sebuket bunga. Ia berbicaraa pada gadis kecil itu kemudian menciumnya sebelum pergi.Wilson pun menunggu kedatangan Oma Ratri di mobilnya terparkir.“Buat apa kamu datang ke sini, Wilson! Kamu tidak berhak datang.” Oma Ratri segera masuk. “Kita bicara di apartemen!” perintah Oma Ratri sebelum pergi.Tanpa Wilson maupu

  • Antara Cinta dan Dendam   Fakta Trauma itu Muncul

    Ia mendudukan diri dengan kasar. Meski matanya setengah terpejam mulutnya masih saja tertawa dan mendumal sesuka hati.“Huu .... huu ...” Wilson tiba-tiba saja menangis.“Dia memakai uang di Black Card. Harusnya aku tidak penasaran datang ke rumah sakit itu. Tapi aku melihat anak kecil itu ...”Aldrick kaget saat Wilson berkata bahwa Wilson sudah bertemu dengan Eshal.Wilson menatap sayu manajernya. “Kenapa kamu menyembunyikannya hah?” Ia berdiri dengan tubuh tidak tegap, meraih kerah Aldrick yang berdiri dengan tubuh menegang.“Tidak ada yang bisa membodohiku sekarang. Dia putriku, 'kan?” Wilson langsung mengingat kata-kata Oma Ratri beberapa tahun lalu ketika bertemu Rafaela di Wisata Empat Musim. Meski itu sudah lama sekali, namun Oma Ratri sangat berpengalaman dengan umur kandungan seseorang.Cengkraman Wilson mengendur, wajahnya begitu sedih. Ia duduk di sova dengan rasa putus asa.“Saat melihat Rafaela hamil saat Wisata Empat Musim baru buka aku sangat marah. Aku marah pada oran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status