Share

50. Akhirnya ... Sah!

Penulis: UmmiNH
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 19:34:34

"Cantik!"

Aku menunduk malu, Umi Hamidah terus tersenyum memandangku. Apalagi Susan dan Indah, serta Jihan dan Hilya, mereka terus heboh mengomentari penampilanku.

"Duh, aku jamin Kak Luqman gak bakal kedip lihat kamu," ucap Hilya membuat semuanya terkekeh.

"Ih, udah ah. Aku malu," ucapku sambil menutup wajah walaupun sebenarnya sudah terhalang cadar putih yang ku kenakan. Mereka benar-benar tidak berhenti menggodaku.

"Tentu saja. Putra Umi pasti merasa terlahir kembali ke dunia hari ini. Dan akan menjalani hari-hari yang baru bersama bidadarinya."

Mereka berempat sama-sama mengulum senyum menatapku. Allah, terima kasih untuk kebahagiaan ini.

Toktoktok!

Umi langsung membuka pintu, terlihat Abi Sofyan datang.

"Ayo ke luar, ijab kabulnya sudah selesai."

"Alhamdulillah," ucap kami serempak. Susan dan Indah memegangi kedua tanganku sambil menatapku penuh arti, aku hampir tak bisa mengendalikan diri.

Umi menuntunku keluar dari kamar, dengan Susan, Jihan, Hilya dan Indah mengekor di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    58. Hancur

    Umi menidurkan ku lagi, lalu mengusap kepalaku dengan wajah berlinangan air mata. Kini, aku tak ingin berbicara. Aku tak ingin bergerak. Dan kalau bisa, aku tak ingin bernafas lagi. Aku hanya diam, menatap kosong pada langit-langit kamar. Hatiku remuk redam, hancur berkeping-keping tak terselamatkan.Bibi mengusap air matanya sendiri. "Dengar, Sayang, kamu harus bisa tabah, harus bisa menerima semuanya. Insya Allah, Luqman sudah sangat bahagia di sana. Kamu jangan membuatnya sedih dengan melihat keadaanmu seperti ini," ucap Bibi sambil terus mengusap lembut rambutku. Aku mengabaikannya. Aku marah! Aku sedang marah sekali pada hidup. Kenapa hidupku sesakit ini? Kenapa hidupku semenderita ini? Apakah ada orang lain yang hidupnya sepertiku? Apa ada? Baru saja cintaku dan A Luqman bermekaran, baru saja kami merobohkan dinding penghalang yang selama ini memaksa kami memendam. Tapi lagi-lagi kebahagiaanku direnggut paksa. Aku merasa telah terhempas ke bumi lapisan ke tujuh yang tak mungkin

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    57. Ternyata Bukan Mimpi

    "Jangan sentuh aku!" teriakku membuat Haidar berhenti mendekat. Suasana tegang seketika. Mereka menatapku."Aku tidak mau kamu menyentuhku. Aku masih istri kakak sepupumu." Haidar terhenyak sesaat, kemudian mundur perlahan. "Kak? Kakak yang sabar. Aku tahu ini berat, tapi takdir sudah begini." Jihan, anak yang biasanya berceloteh tanpa beban itu kini terdengar sangat dewasa menghadapi aku yang terlalu terluka.Hingga kemudian perlahan-lahan pandanganku mengabur, lalu semuanya gelap.***"Jangan tinggalkan aku ... " ucapku pada pria yang berdiri di depan membelakangi ku. Pria itu terus diam, hingga membuat hati ini benar-benar sesak. "Jangan pernah tinggalkan aku, A. Jangan tinggalkan aku dengan semua yang telah kita perjuangkan. Aku tidak akan sanggup kehilangan Aa. Aku tidak sanggup melanjutkan hidupku setelah ini. Kenapa Aa meninggalkanku sendirian?" ucapanku terhenti saat pria itu membalikkan badan. Mataku langsung membulat, ku gelengkan perlahan kepala ini melihat bahwa ternya

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    56. Cobaan Terdahsyat

    "Luqmaaan!" teriak Umi membuatku tersadar. Aku limbung saat mulai bisa mencerna apa yang terjadi. Hilya dan Bibi langsung menangkap dan memegangi ku. "Bagaimana keadaannya? Putraku baik-baik saja, kan?" teriak Umi histeris, mewakili bibirku yang mendadak membisu. "Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang." Suara klakson membuat kami berlari ke luar. Terlihat dua mobil kini sudah menyala, siap berangkat detik ini juga. Aku ikut Umi dan Abi naik mobil yang dikendarai Haidar. Sepanjang jalan Umi terus menangis. Membuatku berpikir dua kali untuk ikut mencurahkan suasana hati yang hancur ini. Aku berusaha tegar dan berpikiran positif. "Umi jangan seperti ini. A Luqman pasti baik-baik saja. Dia pasti hanya lecet-lecet kecil."Ku lihat Abi dan Haidar saling tatap mendengar ucapanku. Bahkan Abi sampai mengusap wajahnya. Apa mereka mengetahui sesuatu yang disembunyikan dari kami? Perasaanku mau tak mau semakin tak tenang. Rasa takut akan hal buruk yang mungkin terjadi semakin menggerogoti ke

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    55. Pulang

    A Luqman menertawakan ku yang tak berhasil meraihnya. Aku kesal dan berhenti mengejar, melipat kedua tangan di dada sambil membuang muka. Dia pun mendekat. Melihatnya semakin dekat dengan cepat aku berlari dan melompat ke pelukannya. Namun karena A Luqman tak siap, kami pun terjatuh ke pasir. "Aduh, Sayang! Kamu nakal juga, ya!" "Utututu ... Suamiku sayang. Sini Risa bantu." Ku bersihkan rambut bagian belakangnya yang tadi menyentuh pasir. "Coba ulangi lagi," ucapnya sambil memegang tanganku. Kami berpandangan sejenak. "Yang mana?" "Yang tadi." "Utututuuu Suamiku sayang ... " ucapku sambil mengacak rambut suamiku, mengajaknya kembali bercanda. Namun A Luqman memegang kedua lenganku, tatapannya membuat senyumanku memudar perlahan. Ia memelukku erat. Posisiku yang sedang berlutut di pasir membuatku hanya bisa balas memeluk kepalanya. Sambil mengusap-usap dengan penuh perasaan. "Rasanya Aa ingin terus meluk kamu seperti ini, dan membawamu ke mana pun Aa pergi.""Bawa aku, Aa. Deng

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    54. Bucinnya Aku (Honeymoon 2)

    Aku mengerjap. Terkejut saat tak mendapati A Luqman di sampingku. Sejak kapan aku tertidur? Apa sudah lama? Dan mana suamiku?Dengan panik aku bangun, mataku berpendar ke seluruh titik. "A?""Aa?""A Luqman?" Aku semakin panik saat tak juga mendengar sahutan. Padahal, nampan berisi makanan sudah ada. Seharusnya A Luqman pun sudah kembali ke sini. Tapi ini ... Suasana hening sekali. Di mana A Luqman? "Aa?!" Sekali lagi aku berteriak memanggilnya. Mataku sudah memanas tak kunjung menemukannya. Hendak ku cek kamar mandi, keadaannya yang tidak terkunci membuatku langsung masuk ke dalam. Grep! Aku terkejut luar biasa saat seseorang langsung menyambut, menarik ku sedikit kencang hingga aku sedikit berputar sebelum mendarat di pelukannya. Aku menelan ludah, dadaku naik turun. Kaget luar biasa!"Kenapa? Takut aku hilang?" tanyanya dengan tatapan serius.Lidahku mendadak kelu, rambut serta wajahnya yang basah menambah kadar ketampanannya hingga berlipat-lipat. "Takut aku hilang?" tanya

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    53. Honey Moon

    "Selamat datang di kamar kita," ucap A Luqman sambil membuka pintu kamar lebar-lebar. Aku tersenyum, lalu mengedarkan pandangan. Kamar A Luqman didominasi dengan warna abu dan putih. Aku terus berjalan sambil mengamati sekitar, inilah tempat tinggalku sekarang hingga nanti.A Luqman sedang merapikan pakaian dari tas ke lemari saat aku menoleh, dengan cepat aku pun mendekat dan membantunya. "Gak apa-apa, Ris, biar Aa aja." "Gak papa, A. Biar Risa bantu." A Luqman menatapku sejenak sambil tersenyum. "Aa suka dengernya."Aku tersipu.Pekerjaan lebih cepat selesai jika dikerjakan bersama. "A, makasih, ya, Aa juga sayang sama Pushi. terharu denger cerita Aa yang masih sempet-sempetnya mikirin Pushi pas aku hilang." A Luqman memelukku dari belakang, tangannya ikut mengusap Pushi, mengikuti gerakan tanganku. "Apapun yang berharga dalam hidupmu, berharga juga bagi Aa. Pokoknya kita ini satu, apa yang kamu sukai, Aa juga akan suka. Dan apa yang kamu gak suka, Aa juga gak akan suka.""B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status