Share

22. Keheningan di Secangkir Teh

Pukul 23.30.

Akhirnya kedai kopi sepi. Tak ada lagi pengunjung yang berkeliaran di dalam kedai. Stanley bisa bernapas lega. Badannya terasa remuk semua.

Seharusnya cuman badan. Karena dari tadi dia bolak-balik beres sana-sini.

Karena nggak mungkin saat kedai besok buka, kedainya berantakan yang terkesan kotor. Ia duduk di salah satu kursi kedai. Gio dan Bella sudah pulang sejak lima menit yang lalu, setelah beres-beres selesai. Mereka juga ikut merapikan kedai.

"Kata Gracia, Ananta sudah pulang. Tapi kenapa hati ini bilang nggak ya. Coba telepon lagi deh."

Terdengar nada tersambung di sana. Stanley yakin kali ini Ananta pasti sudah mengisi daya gawainya. Namun, tak ada jawaban dari sana. Tak ada yang mengangkat. Satu-dua kali tetap tak diangkat.

"Ayo dong Ananta! Angkat!"

"Hallo!" Terdengar suara berat dari sana.

"Ana-" Stanley yang awalnya semangat. Berpikir akhirnya Ananta mengangkat teleponnya. Berubah 180 derajat saat ia tersadar, yang menjawab bukan Ananta.

Masih berpikir positi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status