"Jadi bagaimana hasil penyelidikan mu ? apa kamu sudah mendapatkan petunjuk tentang siapa yang sudah merusak rem mobil Nicholas Sanders. " tanya Liam kepada David orang kepercayaannya." saya sudah meminta rekaman CCTV dari rumah keluarga Sanders, sayangnya mereka mengatakan bahwa CCTV di halaman rumah tersebut sudah lama rusak. " balas David."Lalu? ""Tapi saya sudah memeriksa rekaman CCTV dari jalanan dan juga beberapa Tetangga yang tinggal di sekitar rumah keluarga Sanders, Tapi anehnya tidak ada satupun rekaman yang menunjukkan aktivitas yang mencurigakan, saya juga memperhatikan Siapa saja yang keluar masuk ke rumah tersebut, tapi saya tidak melihat orang asing yang masuk ke rumah itu." David menjelaskanLiam diam sambil menatap tajam David yang sedang bercerita kepada nya, sambil tangan nya bergerak memainkan pulpen dan mengetuk- ngetukkan di meja nya. "Jadi artinya orang dari dalam rumah itu sendiri yang sudah merusak rem mobil Nicholas Sanders. " Liam berpendapat. "Bisa di
"Apakah sudah masuk semua sayang? " tanya nyonya Lucy kepada sang putri yang sedang memasukkan semua pakaian suaminya ke dalam koper. "Sudah ma. " Balas Laura. "Pastikan jangan sampai ada yang tertinggal ya sweetie. " Ucap nyonya Lucy sambil menepuk pelan punggung Laura. "Iya ma. " balas Laura. "Terima kasih sayang, kamu sudah mau menjemput papa. " Nicholas Sanders yang sedari tadi duduk di ranjang menunggu anak dan istrinya mengemasi seluruh barangnya, bersuara. "Bukan apa-apa itu pa, yang jelas sekarang ini aku bahagia sekali karena akhirnya papa benar-benar pulih dan dokter sudah mengijinkan papa untuk pulang. " Balas Laura di ikuti senyuman tulus. "Betul kata putrimu, aku bahagia sekali kamu bisa keluar dari rumah sakit hari ini. " sahut nyonyah Lucy. Keluarga kecil itu saling menatap dan melempar senyum, mereka terlihat sangat bahagia, tidak tampak sama sekali bahwa sebenarnya ada orang yang sedang menyimpan dendam kepada mereka. "Selamat siang. " Suara tegas dari beberap
Drrrttt Drrrttt.. Liam melirik ke arah ponsel yang di letakkan nya di meja kerja nya, sebuah nama tertulis di layar nya yang berkedip-kedip. "Untuk apa dia menghubungiku. " Batin Liam enggan menerima panggilan tersebut. Drrrttt Drrrttt DrrrtttPonsel tersebut terus bergetar, rupanya sang penelpon memiliki sesuatu yang penting yang ingin fi sampai kan kepada Liam. "Angkat saja tuan, barangkali ada hal yang penting. " Ucap orang kepercayaan Liam yang masih berada di hadapan nya itu. "oke." Jawab Liam singkat sambil meraih ponsel tersebut. "Ada apa Laura? " tanya Liam tanpa mengucapkan salam pembukaan. "Sayang tolong papa. " ucap Laura dengan suara sengau seperti habis menangis. "Ada apa? kenapa dengan papamu? " tanya Liam. "Papa dibawa polisi. " Balas Laura. "Hah polisi? " Liam berpura-pura terkejut, padahal dirinya sedang tersenyum lebar saat ini. "Iya sayang, tolong papa , sekarang aku sedang berada di kantor polisi. " "Memangnya apa yang di lakukan oleh papamu sampai poli
"Ada apa denganmu Laura? " Tanya Liam kepada Laura yang sedang duduk terisak di sisi ranjangnya. Liam melihat tangan Laura yang masih memegang ponsel yang masih menyala, artinya dia baru berbicara dengan seseorang di telepon. "Papa.. " Ucap Laura kemudian menangis tidak melanjutkan kalimat nya. "Ada apa dengan papamu? " "Papa meninggal. " Jawab Laura semakin tersedu. "Hah Meninggal? " Liam tersentak dengan berita yang baru di dengarnya dari sang istri. "Iya.. Mama Lucy baru memberitahuku kalau papa meninggal di penjara? " Liam duduk di samping Laura, ada perasaan tidak tega melihat perempuan itu menangis, kemudian meraih Laura di pelukan nya. "Padahal tadi waktu aku meninggalkan nya , papa terlihat sangat baik, bahkan dokter juga mengatakan bahwa keadaan papa sudah sehat. " Ucap Laura dengan sedu sedan tangisan yang membuat hati Liam terenyuh. **********Liam berdiri di depan jasad lelaki yang paling di bencinya di dunia ini, sementara Laura tak henti menangisi kematian ayahn
"Jadi perempuan itu sudah tahu tentang Olivia, tapi kenapa dia tidak menghalangi pernikahan ku dengan Laura saat itu. " Batin Liam sambil menatap tajam Lucy yang berjalan menjauh darinya. "Aneh, kalau memang dia tahu tentang perselingkuhan antara suaminya dengan adikku, harusnya dia menolak aku menjadi menantu di keluarga ini, dan sepertinya tidak ada yang aneh dengan hubungan rumah tangga Nicholas dan Lucy, semuanya tampak baik-baik saja. " Liam terus membatin hal yang menurutnya tidak biasa tersebut. "Hiks.. Hiks... " Perhatian Liam beralih kepada sumber suara tangisan yang berasal dari dalam kamar Laura. Kepala Liam mendongak ke dalam kamar, dilihatnya perempuan cantik itu sedang duduk di tepi ranjang sambil tertunduk menangis. Liam melangkah masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu kamar istrinya tersebut. Ada rasa iba melihat Laura yang terlihat begitu terpukul, dilihat dengan kasat mata saja jelas terlihat bahwa hati perempuan itu sedang hancur berkeping-keping. Liam
Laura benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Liam, baru semalam dirinya merasa telah di perlakukan sebagai ratu oleh suaminya, dan hampir saja dia percaya bahwa Liam benar-benar sudah kembali seperti Liam yang di kenalnya dulu. Namun kenyataan sama sekali berbeda dengan yang di harapkan nya, bahkan saat ini di mobil, Liam sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun. "Sayang, kalau memang aku bersalah kumohon maafkan aku. " Ucap Laura, kemudian meraih salah satu tangan Liam yang terletak di samping persneling mobil nya. "Hah? kenapa? " Liam terperanjat dari lamunannya, dan langsung menarik tangannya begitu menyadari Laura sedang menautkan jemarinya di tangan Liam. "Apakah aku melakukan kesalahan? " Tanya Laura lagi. "Ohh.. sudahlah aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang. " Jawab Liam tanpa menoleh sama sekali ke arah Laura yang saat ini sedang menatap nya. "Tapi sayang... ""Cukup.. aku sudah bilang tidak ingin membahasnya. " Hampir saja air mata Laura
Drrrttt.... Drrrttt.... Liam mengambil ponselnya yang terus bergetar berulang-ulang. Dilihatnya nama David tertera di layar ponselnya yang berkedip. "Halo, ada apa David? " Tanya Liam kepada orang yang sedang menghubungi dirinya melalui telepon."Benar tuan, ada penting yang ingin saya sampaikan kepada tuan, Apakah kita bisa bertemu? " tanya David. "Dua puluh menit lagi aku sampai kantor, temui aku di ruangan ku. " Ucap Liam. "Baik tuan. " Liam menutup telepon nya, kemudian berbalik kembali ke pintu. Tok Tok Tok"Laura aku harus pergi. " Ucap Liam berpamitan kepada sang istri. Liam menunggu beberapa detik namun tetap tidak mendapatkan jawaban dari Laura. Liam memutuskan untuk meninggalkan Laura di kamarnya dan akan berbicara kembali dengan Laura setelah kembali dari kantor. Sebenarnya Liam merasa ada yang aneh pada dirinya, untuk apa dia harus berpamitan kepada Laura, padahal dirinya hanya ingin membalas dendam kepada Laura, tapi entah mengapa sebagian besar hatinya mengharusk
Brak.. Laura menutup pintu dengan kasar, kemudian mengunci nya dari dalam. Laura sengaja melakukannya agar Liam tidak bisa menyusulnya. "Hiks.. Hiks... Hiks... " Laura menjatuhkan dirinya ke ranjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Siapapun yang melihat nya pasti langsung paham apa yang sedang di rasakan nya, luka hatinya terlalu , kepergian sang ayah yang begitu tiba-tiba, sikap Liam yang plin-plan ditambah lagi kedatangan seorang perempuan yang mengaku sedang mengandung benih sang suami. Perempuan itu menangis tanpa henti, Laura hanya berharap bahwa kepedihannya bisa luruh, seiring dengan derasnya air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. "Papa kenapa papa pergi meninggalkan aku sendiri, tidak ada yang mencintaiku sebesar papa. " Ratap Laura mengingat kini tiada lagi orang yang mencintainya, terlebih ibu tiri yang selama ini di kiranya benar-benar tulus mencintai dirinya dan ayah nya ternyata hanya berpura-pura. Laura terus menangis tak peduli sua