Home / Romansa / Antara Misi Dan Hati / Bab 30 Koalisi Pasukan Perdamaian

Share

Bab 30 Koalisi Pasukan Perdamaian

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-04-18 23:41:40

Hujan baru saja reda. Tanah merah masih basah, menempel di sepatu bot dan roda kendaraan tempur. Udara dipenuhi aroma mesiu, lumpur, dan ketegangan yang sudah terlalu lama menggantung.

Satya berdiri di bawah tenda taktis, peta digital terbentang di meja komando. Beberapa perwira mengelilinginya, wajah mereka lelah tapi tetap menunggu instruksi.

“Pos Delta dilaporkan diserang pukul 03.17,” kata Mayor Irwan sambil menunjuk sektor B7. “Dugaan kita, kelompok pemberontak menyelinap lewat jalur selatan yang belum ditambal ulang.”

Satya mengangguk. Matanya menyipit menilai rute. “Berapa lama pasukan cadangan sampai ke Delta?”

“Minimal dua jam. Medan berlumpur, jalan terputus. Tapi kita bisa kirim drone pengintai dulu.”

“Lakukan.” Suara Satya tetap tenang, padat, dan tanpa keraguan.

Ia lalu melangkah keluar tenda, menatap langit kelabu yang menggantung rendah. Di kejauhan, suara tembakan samar masih terdengar, jauh tapi terasa dekat di dadanya. Sebagai pemimpin, dia terbiasa dengan keka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 68 Diam Yang Menggores

    Lorong istana terasa lebih panjang dari biasanya. Satya berjalan cepat di belakang Reina yang terus melangkah tanpa menoleh, gaunnya menyapu lantai dengan gerakan terburu. Para pelayan yang mereka lewati langsung membungkuk, namun keheningan tajam menyelimuti mereka. “Reina, tunggu dulu,” Satya akhirnya bersuara, menyentuh lengan istrinya dengan lembut. Tapi Reina hanya diam. Ia menepis tangan Satya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Satya menyusul, namun pintu dibanting tepat di depan wajahnya dan Satya hanya bisa menggertakkan gigi. Tak menyerah, ia memutar kenop pintu dan masuk begitu saja. Reina berdiri di dekat jendela, membelakangi suaminya. Bahunya naik-turun. Entah karena marah, atau karena menahan tangis. “Kenapa kamu diam? Katakan sesuatu,” desak Satya. “Aku tidak ingin bicara sekarang,” suaranya lirih, namun tajam seperti pisau. Satya melangkah mendekat. “Apa ini karena Salima?” Reina menoleh cepat, matanya merah. “Bukan hanya karena Salima! Tapi karena semua in

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 67 Bisik Yang Mengiris

    Matahari belum sepenuhnya naik ketika suara derit pintu kamar itu memecah kesunyian lorong utama sayap timur istana. Seorang pria bertubuh tegap keluar dengan langkah pasti, rambutnya masih sedikit acak, dan seragam militernya belum sepenuhnya rapi. Tapi siapa pun bisa mengenalinya—Mayor Satya, adik Pangeran Arvid. Atau, bagi sebagian kecil dari mereka yang tahu, satu-satunya pangeran yang masih memiliki hak pewaris yang sah.Tiga pelayan wanita yang baru saja membawa nampan sarapan untuk tamu-tamu bangsawan sontak menghentikan langkah. Mata mereka membelalak. Satu di antaranya terperangah melihat dari kamar mana sang Mayor keluar. Bukan dari ruang dinas. Bukan dari ruang sidang militer. Tapi dari kamar... Putri Aliya.“Y-Yang Mulia Satya... keluar dari kamar itu?” bisik salah satu pelayan dengan napas tercekat.“Dia menginap di situ? Atau… jangan-jangan…?” gumam yang lain, menatap dua temannya dengan mata penuh spekulasi.Satya melirik sekilas ke arah mereka, namun tak berkata apa-ap

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 66 Racun Dalam Cinta

    Istana terasa sunyi malam itu. Jamuan makan malam yang digelar secara pribadi oleh Putri Salima untuk Satya tampak mewah. Anggur merah dalam gelas kristal, lilin beraroma rempah menyala lembut, dan musik klasik mengalun pelan. “Terima kasih sudah datang,” kata Salima lembut, mengenakan gaun merah anggun yang menonjolkan lekuk tubuhnya. “Aku hanya ingin kita bicara… sebagai dua calon pasangan masa depan Ghana.” Satya diam. Tatapannya dingin. Tapi ia tetap duduk, menjaga sopan di hadapan utusan kerajaan asing. Salima menuangkan minuman untuknya, matanya penuh rencana. “Cobalah ini. Anggur spesial dari tanah Malaka. Konon bisa meredakan beban dan luka,” katanya. Satya menyesap sedikit. Rasanya manis, lebih manis dari biasanya. Tapi ia terlalu lelah untuk curiga… hingga kepalanya mulai berat. Napasnya melambat. Dunia berputar pelan. Ia sadar, ada yang tidak beres. “Apa yang kau—” gumamnya, setengah bangkit dari duduk. Salima mendekat. Tangannya menyentuh dada Satya. “Tenang saja...

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 65

    Aula pertemuan pribadi itu dibuka paksa. Satya baru saja melangkah masuk ketika suara sepatu hak tinggi menghantam lantai marmer. “Bagus. Akhirnya kau datang juga.” Putri Salima berdiri di tengah ruangan, tubuhnya tegang. Gaun resmi diplomatiknya yang penuh lencana kebangsawanan Malaka berkilau saat ia berputar cepat menatap Satya. Satya menghentikan langkah, berdiri lurus. Raja Mahesa ada di belakangnya, duduk di kursi pengamat. Tidak bicara, tidak memberi aba-aba. Ini jelas ujian. “Kau mempermalukan kerajaanku,” ucap Salima tanpa basa-basi. Suara tamparannya menyusul satu detik setelah kata-katanya habis. Satya tidak bergerak. Tidak melawan. Tidak mundur. “Kau pikir aku boneka politik yang bisa disingkirkan hanya karena kau tergila-gila pada wanita berkasta rendah itu?” Salima maju dua langkah, tangan kanannya kembali terangkat. Satya menangkap pergelangan tangannya kali ini. Cengkramannya dingin. “Cukup.” “Seluruh Malaka sudah tau, Foto kita terpajang di med

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 64 Sumpah Darah

    Gerbang istana terbuka perlahan di bawah cahaya lampu sorot yang menusuk malam. Hujan masih turun gerimis, menetes dari ujung helm para penjaga yang berdiri berjajar. Setiap langkah kendaraan lapis baja yang mengangkut Reina dan Satya diiringi tatapan tajam para petinggi, bangsawan, dan pasukan elit istana yang berkumpul di halaman utama.Pintu belakang terbuka.“Turun!” bentak seorang penjaga, menarik borgol di pergelangan Reina.Ia terhuyung turun, mengenakan pakaian sederhana berlumur lumpur, wajahnya basah dan kusut. Namun di balik kelelahan itu, matanya tetap tegak, menyimpan harga diri yang tak bisa dipatahkan oleh borgol logam.Di sisi lain, Satya turun dari kendaraan kedua. Tubuh tegapnya sedikit tertunduk. Bajunya basah kuyup, rambutnya menempel di dahi. Tapi matanya, tajam seperti elang yang enggan tunduk.Tatapan mereka bertemu.Tak ada kata.Hanya diam yang panjang... dan dalam.Beberapa bangsawan mulai berbisik-bisik. Nama Satya disebut pelan di antara mulut-mulut yang ta

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 63 Tertangkap

    Dari celah tirai, Reina melihat sosok Kolonel Bima berdiri bersama lima tentara bersenjata lengkap. Sorotan lampu menyilaukan halaman kecil, menciptakan bayang-bayang panjang di antara rerimbun pohon. Satya tak bergerak. Tubuhnya menjadi benteng, menghalangi siapapun yang mencoba masuk.Reina mundur perlahan. Nafasnya mulai tak beraturan. Tak tahu siapa sebenarnya musuh yang datang, namun satu hal jelas—Satya sedang mempertaruhkan segalanya.Ia berlari ke dapur. Tangannya meraba laci-laci sampai menemukan sebilah belati. Tak tajam, tapi cukup untuk bertahan. Ia menggantungkan jubah tipis di bahu, hendak keluar dari pintu samping ketika suara teriakan keras menghentikannya.“Jangan keluar, Reina!!”Suara Satya menembus derasnya hujan, menggetarkan udara malam. Reina berhenti. Kakinya tergantung di ambang pintu, tak bisa bergerak maju maupun mundur.Ia menggigil. Bukan karena dingin, tapi karena perasaan yang menggelegak dalam dirinya. Cinta. Takut. Marah. Dan rasa ingin melindungi bali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status