Author's POV
"Lalu.. Apa rencanamu sekarang? Apa kau ingin ikut mencari Jenna?" lagi-lagi Harry melontarkan pertanyaan yang membuat Sammy membeku.
Laki-laki itu tak segera menjawab. Ia masih bimbang. Ia hanya merasa tak memiliki hubungan apa-apa dengan Jenna, jadi ia berpikir untuk apa ia harus repot-repot mencarinya? Toh juga sudah ada banyak teman-teman sekaligus orang terdekat gadis itu yang pergi mencari.
Dan juga, Jason pun pastinya juga ikut mencari gadis itu. Ah, benar juga. Jason. Sammy mendadak memiliki perasan tak enak begitu teringat dengan kakaknya itu. Kedekatan Jason dengan Jenna, terasa begitu mengganjal di dadanya.
"Sammy!"
Panggilan itu sontak membuyarkan lamunan Sammy. Ketiga pemuda tampan itu menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis cantik tampak tersenyum riang kini tengah berjalan mendekat.
"Nancy?" ucap Sammy sedikit kaget.
"Aku baru dari rumahmu. Bibi pembantu bilang kau sedang pergi keluar
Author's POV"Bagaimana ini? Kita sudah mencari seharian, tapi Jenna benar-benar tak bisa kita temukan. Dia pasti—dia pasti benar-benar diculik.." Jessie terlihat panik sembari terus menggigiti kuku jarinya lantaran bingung harus mencari Jenna di mana lagi.Sementara Kristy dan Maggie hanya diam karena merasakan hal yang sama."Hiks.. Jenna, kenapa dia bernasib semalang ini? Apa sebenarnya salahnya? Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini? Apa dia baik-baik saja di luar sana? Apa penculiknya bersikap baik padanya?" lagi-lagi Jessie meracau, membuat kedua temannya semakin merasa cemas. Ya, walau bagaimanapun juga mereka tahu bahwa tidak ada seorang penculik pun yang akan bersikap baik terhadap sanderanya."Hei, sudahlah. Jangan menangis lagi. Kau hanya membuatku semakin gelisah." Kristy menimpali."Maaf.. Aku—hanya khawatir..""Kak Sarah bilang mereka juga belum menemukan Jenna. Ck.. Jenna, di mana kau sebenarnya?" Maggie turut
Ada begitu banyak jenis kisah hidup di dunia ini. Dimulai dari hal kecil hingga hal yang begitu rumit, yang seolah mampu memecahkan tulang tengkorak bila memikirkannya.Tapi tidak, kisah yang akan kuceritakan ini bukanlah kisah yang begitu rumit, setidaknya tulang tengkorakku masih sanggup menampungnya meski terkadang sejumlah asap tak kasat mata siap mengepul kapan saja dari sana.Dan semuanya bermula saat aku masih berusia belia, tepatnya ketika aku masih berada di tingkat kedua sekolah menengah atas—Golden High School di London."Saya mohon.. Tolong jangan rusak dagangan saya.."Langkahku terhenti sejenak mendengar suara itu. Dengan penasaran, aku menoleh ke asal suara dan melihat pria paruh baya—salah seorang pedagang yang berjualan di pasar tengah berlutut memohon pada seorang bocah lelaki yang masih berseragam sekolah lengkap. Ah tidak, bocah itu tidak sendirian, melainkan bersama tiga kawannya.Siang itu aku memang memin
Jenna's POVKeesokan harinya.."Jennaaaaaaa!"Aku sedikit terkejut ketika mendapati dua orang gadis tiba-tiba datang berlarian menuju ke arahku saat aku baru tiba di halaman sekolah."Apa? Ada apa? Apa Kristy berbuat ulah lagi, huh? Di mana? Kristy di mana?" tanyaku bertubi-tubi.Tentu saja aku panik, mengingat Kristy—salah satu sahabat baikku memang kerap berbuat ulah dengan mengerjai para guru di sekolah.Yah, kami berempat—aku, Maggie, Jessie dan Kristy memang terkenal bandel, tapi Kristy-lah yang paling bandel di antara kami. Meski begitu, kami pun tak jarang mengikuti permainannya sehingga setiap kali mendapatkan hukuman, kami bertiga pasti ikut terkena imbasnya.Belum sempat Maggie dan Jessie menjawab, seorang gadis lain yang sangat kami kenal muncul di kejauhan, berlari menuju ke arah kami. Aku menghela napas lega melihatnya. Itu Kristy."Jennaaa!" ia berteriak dan langsung memelukku erat-erat."Ada apa,
Jenna's POV"Astaga.. Aku lelah sekali.. Hei, tak bisakah kita berhenti dahulu sebentar?" Kristy terdengar mengeluh saat baru beberapa kilometer kami berjalan."Tidak. Kau harus terbiasa hidup seperti kami jika masih ingin bersahabat dengan kami. Mengerti?" ucap Jessie sengit disusul dengan gerutuan lirih dan cemberut dari mulut Kristy.Sementara aku dan Maggie hanya menahan tawa geli melihatnya.Tentu saja kami tahu, Kristy jarang bahkan hampir tak pernah keluar dengan berjalan kaki. Setiap hari ia selalu pergi kemana-mana dengan diantar oleh sopir pribadinya. Tapi semenjak ia bersama kami, kehidupannya nyaris berubah 180 derajat dan harus ikut merasakan pahitnya hidup sebagai orang biasa.Tapi meski sering mengeluh, dia tak pernah mencoba meninggalkan kami. Dia sahabat kami yang baik dan tak pernah perhitungan dengan kami bertiga."Oh! Bukankah itu Kak Jason?" seru Maggie tiba-tiba membuat atensi kami sepenuhnya tersita olehnya."
Author's POV"Argh!! Kak.. Aku sudah hampir keluar.. Ohh..""Memangnya kau pikir aku tidak? Aku juga sama, bodoh!""Tapi aku lebih parah, Kak..""Dengar! Kau ini hanya orang luar yang meminjam. Si pemilik yang lebih berhak masuk dulu! Kubilang minggir!""Tidak, Kak.. Aku sudah tidak tahan, kumohon biarkan aku masuk dulu..""TIDAK BOLEH!""AAARRGGGHH..!!"BRAKK!!Jenna membuka kedua kelopak matanya perlahan-lahan. Suara gaduh itu sukses mengganggu tidur paginya."Ugh.." gadis itu menggerutu kesal.Ya, ini memang bukan kali pertamanya mimpi indahnya terusik oleh suara semacam itu—suara yang ditimbulkan oleh Sarah kakaknya dengan Yoshua, tetangga sekaligus teman sekolahnya.Yoshua memang hampir setiap pagi selalu datang ke rumah untuk sekedar menumpang toilet. Alasannya sederhana, toilet di rumahnya rusak dan tak lagi bisa digunakan
Jenna's POVSungguh. Aku merasa seolah tengah bermimpi saat itu. Sammy—dia menciumku? Di bibir? Demi apapun ingin sekali rasanya aku mendorong tubuhnya dan membogem wajah laki-laki kurangajar itu, tapi entah kenapa aku justru merasa tubuhku kaku saat itu juga.Ya Tuhan, ini—ini adalah ciuman pertamaku. Dan laki-laki ini—berani-beraninya dia merebutnya dariku begitu saja.Aku terus terpaku diam, hingga beberapa saat kemudian ia melepaskan tautan bibir kami. Tak ada yang bisa kukatakan saat itu kecuali tatapan penuh kebencian yang kini memenuhi rongga dadaku terhadapnya. Kedua tanganku mengepal kuat. Entah kenapa sakit rasanya mengetahui laki-laki seperti dirinyalah yang telah mengambil ciuman pertamaku tanpa ijin.Entahlah, sepertinya aku ingin menangis saat itu juga.Sammy POVAku menatap gadis yang baru saja kucium itu dengan lekat. Kuberikan smirk andalanku padanya."Sudah ku
Author's POVSenyum gadis cantik itu mengembang saat melihat Sammy. Sedangkan Sammy yang masih terkejut, hanya mampu terpaku di tempat tanpa ekspresi."Kenapa? Kau tidak suka aku datang?" gadis itu memasang wajah cemberut.Sammy sedikit tersadar karenanya, "Ah, tidak, aku hanya terkejut karena kau datang secara tiba-tiba. Tapi, kapan kau sampai di London? Kenapa tidak mengabariku terlebih dahulu?"Bukannya menjawab, gadis itu justru mendekat dan langsung memeluk Sammy erat."Aku merindukanmu, Sam.." gumamnya.Sammy hanya tersenyum tipis dan membalas pelukan gadis tersebut, "Aku juga."Gadis itu melepaskan pelukannya sejenak dan menatap Sammy seksama dengan senyum manis yang tak lepas dari wajahnya."Wah.. Kau jauh lebih tampan dari terakhir kita bertemu. Hei, apa mungkin—kau sudah memiliki kekasih lagi di sini dan selingkuh dariku, huh?"Sammy tergelak kecil, lantas beranjak masuk ke dalam kamar dan melepaskan t
Jenna's POVCk, yang benar saja aku harus keluar malam-malam dingin begini hanya untuk membeli makanan. Grr.. Kak Sarah sangat keterlaluan.Aku melangkah sambil merapatkan mantelku mengatasi rasa dingin yang menusuk kulitku. Kalau saja Yoshua tidak datang ke rumah dan mengambil jatah makan malam Kak Sarah, tidak mungkin aku disuruhnya membelikan makanan untuknya sekarang.Grr.. Bocah pendek itu lama-lama ikut membuatku kesal juga. Yang benar saja, masa aku harus menanggung dampak dari perbuatannya itu?Hufh..Aku hampir sampai di depan toko makanan langgananku ketika tanpa sengaja nyaris bertabrakan dengan seorang pria paruh baya yang sepertinya juga baru keluar dari toko tersebut."Ah, maaf.." ucapnya padaku.Aku tertegun sejenak melihatnya dan seketika teringat sesuatu."Oh! Paman?" ucapku kemudian.Benar. Aku ingat orang ini. Dia adalah salah satu pedagang