Selesai menerima telepon dari momy Lindsey, dilemparkannya begitu saja handphone itu keatas ranjang.
"Mana pakaian tidurku!" "Ini Tuan," Seperti biasa Arabella akan berbalik ketika Stanley menurunkan handuknya dan mulai memakai pakaiannya. Hal itu membuat Stanley geleng-geleng kepala, pasalnya selama ini gadis-gadis yang dia temui justru akan lompat kegirangan jika bisa melihat bentuk tubuhnya yang kekar, tetapi Arabella justru sebaliknya gadis itu tidak tertarik sama sekali melihat tubuh kekar Stanley. "Apa kau tidak pernah penasaran dengan tubuhku?" "Untuk apa aku penasaran," "Tubuhku kekar dan menarik, semua wanita pasti menginginkan untuk melihat atau bahkan merasakan otot-otot tubuhku, kau tidak ingin?" Sebenarnya Arabella sudah kesal sekali dengan pertanyaan-pertanyaan Stanley yang sangat tidak berbobot, apalagi sikap narsisnya yang berlebihan. Padahal tidak semua wanita akan tertarik dengan tubuh kekarnya. "Maaf Tuan, aku tidak menyukai tubuhmu sama sekali," "Wow, oh ya? Bagaimana jika kau coba sekali, aku jamin setelah mencobanya kau akan ketagihan," "Maaf Tuan aku tidak mau!" "Saat ini aku akan membiarkanmu lolos tapi tidak dengan nanti, jika aku sudah tidak tahan tubuhmu itu akan aku mainkan sesukaku kau ingat itu!" Deg. Kenapa setiap kalimat yang keluar dari mulut Stanley selalu terdengar mengerikan. "Cepat pijat aku!" perintah Stanley. Sambil berjalan menuju sofa dan menyilangkan kedua kakinya, Arabella pun menurut dan menghampiri Stanley lalu duduk disamping Stanley untuk memijatnya. "Siapa yang menyuruhmu untuk duduk?" "Bukankah kau meminta aku untuk memijatmu, kalau aku tidak duduk lalu aku bagaimana?" "Berdiri!" "Hah, berdiri?" "Tapi, itu akan membuatku sangat pegal dan sulit untuk memijatmu, Tuan," "Kau itu protes terus, sudah bagus aku mengizinkanmu tinggal di istanaku," Benar juga apa yang dikatakan oleh Stanley, daripada dirinya hidup menjadi gelandangan dijalanan saat ini memang sudah sepatutnya Arabella menurut pada perintah Stanley. Arabella segera mengambil posisi duduk menghadap Stanley lalu mulai memijat-mijat kepala Stanley, karena posisi Stanley yang duduk disofa sehingga Arabella yang berdiri memijat pun harus membungkukkan posisi tubuhnya. Bukan Stanley Limson namanya jika tidak punya seribu akal cerdik demi melihat apa yang ingin dia lihat, Stanley sengaja meminta Arabella memijitnya dengan posisi dia berdiri begini karena otomatis Arabella akan membungkuk, membuat lingkar dada kaos yang dikenakan Arabella itu ikut menurun. Sebuah pemandangan nyata terpampang dihadapan Stanley, saat ini Stanley bisa dengan jelas melihat pabrik melon import yang berada tidak jauh dari wajahnya. Sementara itu, Arabella tidak menyadari sama sekali ternyata ini akal licik Stanley demi melihat kedua melon import miliknya. Glek.. Terlihat pabrik melon import itu masih sangat segar, murni alami, dan belum tersentuh oleh tangan manapun. Sungguh terlihat kencang, dan fresh membuat Stanley merasakan semakin gelisah semakin dia pandangi pabrik melon import itu. "Kau pernah tidur dengan laki-laki?" "Pernah!" dengan polosnya. "Apa? Jadi kau juga sama saja dengan wanita-wanita murahan diluar sana? Aku pikir kau adalah gadis polos ternyata," Arabella langsung menghentikan memijat Stanley. "Apa maksudmu Tuan? Aku akan tidur dengan ayahku (laki-laki), jika ada petir dan hujan deras memangnya itu salah? Dan bisa dikatakan wanita murahan?" "Astaga!" Stanley baru sadar ternyata Arabella tidak masuk kedalam pertanyaannya! Yang dimaksud Stanley tidur dengan laki-laki itu kan tidur dengan pacarnya, tetapi Arabella justru menganggap jika ayahnya juga termasuk laki-laki yang dimaksud Stanley. "Bukan itu maksudku, apa kau tidak pernah berpacaran?" "Pacar? Tidak pernah, mendiang ayah dan ibuku bilang aku hanya boleh berpacaran ketika sudah lulus kuliah!" Setelah mendengar jawaban Arabella, terlihat Stanley tersenyum kecil. "Bagus, ayah dan ibumu itu benar," "Lalu apa aku lanjut memijatmu lagi Tuan?" "Tidak perlu, kau tidur saja istirahat!" "Terimakasih Tuan, kebetulan tanganku sudah kebas," "Lain kali bukan hanya tanganmu yang aku buat kebas tapi bagian lain dari tubuhmu juga akan aku buat kebas!" "Hah? Apa maksudmu Tuan?" "Nanti kau akan mengerti setelah aku memutuskan untuk melakukannya, sekarang kau tidurlah!" kata Stanley yang berdiri dari sofa menuju tempat tidurnya. Tanpa mempedulikan lagi maksud dari Stanley yang sulit dia mengerti, Arabella merebahkan tubuhnya diatas sofa yang cukup lebar untuk menampung tubuhnya yang kecil itu. Bught.. "Aww," Baru saja mau memejamkan kedua matanya, ada yang melemparkan satu buah bantal dan selimut kearah Arabella. Saat menengok rupanya Stanley yang melemparkannya dari ranjang tempat dia berada. "Dasar tidak sopan, memangnya tidak bisa diberikan baik-baik?" "Bawel, sudah untung aku berikan bantal dan selimut," "Tapi dilempar dan mengenai wajahku, itukan tidak sopan Tuan," "Mau tidak? Kalau kau tidak terima, biar aku ambil lagi agar tubuhmu kedinginan sepanjang malam," "Ja-jangan Tuan, iya aku terima bantal dan selimutnya terimakasih Tuan," Hmm.. Pagi harinya Stanley sudah berpakaian rapih memakai kemeja, dasi, dan jas sementara Arabella belum juga bangun dari tidurnya. "Hei bangun!" kata Stanley, dipencetnya hidung Arabella hingga membuatnya kesulitan bernafas. "Emmm," seketika itu juga Arabella merasa dirinya kesulitan bernafas, hingga Arabella pun terbangun dan mendapati tangan besar Stanley yang memencet hidungnya. Setelah Arabella terbangun Stanley pun menyingkirkan tangannya dari hidung Arabella. "Tuan, apa tidak bisa lebih baik lagi membangunkan aku selain menekan hidungku sampai aku tidak bisa bernafas?" "Itu cara jitu agar gadis pemalas sepertimu cepat bangun!" "Hmm, anda sudah rapih Tuan? Memangnya mafia mengurusi pekerjaannya pagi-pagi?" "Kau pikir aku tidak memiliki bisnis legal? Perusahaanku tidak perlu aku urus?" "Iya juga ya, dulu ayahku pernah bilang jika group Limson itu memiliki banyak bisnis," "Cepat mandi lalu ikut aku," "Ikut kemana Tuan?" "Bukankah kau masih ingin kuliah?" "Iya mau Tuan, tapi aku takut orang-orang itu akan mengejarku sampai di kampus," "Aku akan taruh beberapa anggota group Limson selama kau di kampus!" sambil memakai jam tangan. "Benarkah? Terimakasih Tuan ternyata kau baik sekali," "Ini tidak gratis," sambil memperhatikan lekuk tubuh Arabella tanpa berkedip, membuat Arabella mengerti apa arti kata tidak gratis yang diucapkan oleh Stanley. "Apa? Aku harus membayar dengan tubuhku? Jangan begitu Tuan, aku akan menjadi pelayanmu mulai sekarang tapi tidak perlu sampai dengan tubuhku untuk membayarnya," "Dengar, kau tidak berhak mengatur seorang ketua group Limson! Bibirmu, dan seluruh anggota tubuhmu sudah dicap sebagai milikku," Arabella hanya bisa menghela nafas setiap kali mendengar ucapan mengerikan Stanley. Keduanya sarapan bersama terlebih dahulu lalu setelah mobil disiapkan oleh supir pribadi Stanley, mereka berdua masuk kedalam mobil! Arabella duduk dibangku belakang bersama dengan Stanley karena ada supir yang mengemudikan mobil tersebut. Sepanjang perjalanan, Stanley fokus pada tablet ditangannya sementara Arabella sesekali melirik kearah Stanley. "Sebenarnya dia itu kejam atau baik sebenarnya? Kenapa seperti memiliki kepribadian ganda, kadang baik kadang jahat." Dalam hati Arabella. "Kau diam-diam memerhatikan wajahku yang tampan ini rupanya," kata StanleyKarena terlalu merindukan Damnatio membuat Lexie menjadi liar tidak terkendali seperti saat ini, leher Damnatio telah habis dihisapnya hingga meninggalkan jejak-jejak merah dileher Damnatio, pintu lift terbuka keduanya kemudian melangkah keluar dari dalam lift dengan Lexie yang terus menciumi dada bidang Damnatio!Jas serta kemeja milik Damnatio yang telah berhasil dilepaskan oleh Lexie itu pun dilempar begitu saja, kini keduanya berada dilantai sembilan hotel tersebut! Sebenarnya ada banyak kamar hotel disamping kanan dan kiri Lexie juga Damnatio, tapi entah kenapa keduanya justru memilih untuk tetap melanjutkan aksinya dilorong-lorong hotel.Lexie menjulurkan lidahnya untuk menjilati bagian atas tubuh Damnatio, puting Damnatio pun tak lepas dari incaran lidah Lexie yang meliuk-liuk disana!"Oughttt Lexie kau sangat liar, ah aku menyukai tingkah liarmu ini sayang!"Lidah Lexie terus menjilati tubuh Damnatio hingga turun kearea bawah, secepat kilat Lexie berjongkok kemudian meloloskan
Setelah semuanya siap, Stanley menggandeng Lexie untuk bertemu dengan Damnatio diatas altar yang telah disediakan, rasanya seperti baru kemarin mendengar tangisan kecil saat Lexie masih menjadi bayi tapi kini Stanley sudah harus mengantarkan putri angkatnya itu untuk dinikahi oleh Damnatio.Setidaknya Stanley dan Arabella merasa bersyukur karena Lexie dinikahi oleh putra kandung mereka, dengan begitu mereka yakin jika Damnatio tidak akan mungkin menyakiti Lexie! Damnatio adalah laki-laki terbaik Nyang dipilih Tuhan untuk mencintai Lexie selamanya.Langkah kaki Lexie dan Stanley semakin dekat dengan tempat dimana Damnatio berdiri menunggu kehadiran mereka, wajah cantik dan bersinar Lexie pun mulai semakin terlihat jelas dihadapan Damnatio! Gadis itu tersenyum malu ketika berjalan dengan seluruh pasang mata para tamu undangan yang tertuju melihat kecantikan wajah Lexie dan keindahan gaun super mahal miliknya.Damnatio terlihat menyelipkan senyum tipis dibibirnya, meskipun masih kesal ka
Setelah ditenangkan oleh Mommy Arabella akhirnya Lexie pun berhenti menangis."Hari ini kau ada syuting iklan, sebaiknya kau sarapan dulu agar ada tenaga!""Aku tidak nafsu makan mom, melihat sikap kak Dam seperti itu aku jadi malas makan dan syuting,""Dam itu hanya sedang marah sedikit padamu, nanti beberapa hari lagi juga marahnya hilang! Kau harus tau Dam meminta Mommy mempersiapkan pernikahan kalian secepatnya, dia meminta dengan konsep outdoor dipinggir pantai!" kata Mommy Arabella."Benarkah? Mommy tidak bohong kan?""Untuk apa Mommy bohong, Dam menginap disini untuk membicarakan hal itu dengan Mommy,"Lexie pun sampai senyum-senyum sendiri mendengar hal itu, ternyata dibalik sikap cuek Damnatio saat ini dia tidak goyah sedikitpun untuk segera menikahi Lexie, bahkan diam-diam meminta kedua orangtuanya untuk mempersiapkan pesta yang begitu menarik. Pikiran Lexie pun langsung melayang-layang sudah membayangkan bagaimana rasanya nanti ketika mengucap janji suci bersama Damnatio di
Dengan wajah yang ditekuk, bibir mengerucut dan kedua tangan yang bertolak pinggang! Lexie terlihat kesal dan gemas karena Damnatio tidak pernah mengangkat teleponnya setelah meninggalkan rumah begitu saja kemarin. Rasanya ingin sekali Lexie menerkam ketua mafia itu, akan tetapi Damnatio masih berlagak cuek dan malah melanjutkan sarapannya."Aku tidak mau ikut-ikutan, sayang aku berangkat ke markas sekarang ya!" kata Stanley."Aku antar kedepan Dad," kata mommy Arabella.Keduanya kemudian berdiri dari kursi lalu menghampiri Lexie, dikecupnya pipi Lexie kanan dan kirinya oleh Stanley dan Arabella."Putri Daddy yang malang, jika ada yang menjual stok kesabaran beli lah agar kau kuat menghadapinya!" kata Stanley."Dad, jangan seperti kompor cepat kedepan!" kata Arabella.Stanley dan Arabella pun pergi, hanya tinggal Lexie yang masih berdiri namun belum berkata-kata, Damnatio pun mengandalkan sudut matanya untuk melihat apakah Lexie sudah bergerak dari tempat dia berdiri, sampai dua menit
Damnatio mabuk cukup parah sehingga untuk berjalan saja dia sempoyongan padahal sudah dipapah oleh Daddy Stanley, mulut Damnatio pun terus berbicara aneh-aneh dan tidak mau diam sepanjang perjalanan didalam mobil."Kau tau kan Dad, aku sangat mencintai Lexie jadi aku tidak bisa marah padanya! Bagaimana jika kau saja yang aku marahi?""Apa kau ini Dam, memangnya aku salah apa sampai mau kau marahi? Ada-ada saja! Sudah tutup mulutmu!""Diam," teriak Damnatio.Membuat Stanley pun terkejut mendengar teriakan Damnatio."Kau harus aku marahi, kau itu kan laki-laki yang sering membuat mommyku merintih-merintih sepanjang malam, iya kan? Aku sering mendengarnya,""Iya, besok-besok mommymu bukan hanya aku buat merintih tapi menjerit-jerit,"Mendengar jawaban Stanley, Damnatio yang masih dalam pengaruh alkohol langsung menarik jaket Stanley, kedua tangannya itu mencengkram leher Stanley."Apa kau bilang? Kau benar-benar laki-laki jahat, aku akan menembakmu!""Anak ini benar-benar pemabuk yang pa
Disaat berusaha untuk mengejar Damnatio, saat hendak meminta pada salah satu supir pribadinya justru Lexie dihalangi oleh kedua anggota group Limson yang stay didepan pintu utama rumah tersebut."Apa ini?""Maaf nona, tapi Tuan Dam meminta kami agar menahan anda di rumah! ini sudah larut malam, sebaiknya anda kembali masuk kedalam dan beristirahat!""Tidak bisa, dia marah padaku! Bahkan sangat marah, aku harus menjelaskan padanya!""Percuma saja nona, Tuan Dam tidak ingin diganggu untuk saat ini!"Percuma saja melawan karena tenaga Lexie tidak mungkin kuat menerobos kedua anggota group Limson bertubuh besar itu! Akhirnya Lexie pun pasrah dan kembali masuk kedalam rumah.Didalam kamarnya, Lexie tidak ada henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri dan merasa sangat bersalah pada Damnatio!"Aku harus bagaimana? Kak Dam pasti sangat membenciku sekarang, mommy! Iya, aku harus menelpon mommy!"Lexie pun mengambil handphone miliknya kemudian menelpon mommy Arabella, mommy Arabella yang baru saj