Share

BAB 22

last update Last Updated: 2025-04-25 08:59:14
Langit pagi hari di kota Paris masih kelabu, mencerminkan suasana hati Elena yang gelisah saat ia menyeruput kopi hitamnya di dekat jendela apartemen. Hujan gerimis yang turun sejak semalam belum juga reda, menciptakan irama monoton di atas atap-atap bangunan dan jalanan berbatu yang basah, membentuk genangan kecil di sudut-sudut trotoar.

Biasanya, suara hujan seperti ini memberikan ketenangan tersendiri bagi Elena, membantunya berpikir dengan jernih, bahkan terkadang membawanya ke dalam nostalgia yang lembut. Namun, tidak kali ini. Ada sesuatu yang membuatnya resah, sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam—sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan akibat perjalanan panjang yang baru saja ia tempuh dari Grasse, kota parfum yang penuh kenangan dan intrik.

Ren.

Nama itu berputar di benaknya, menghantui pikirannya seperti bayangan yang enggan pergi. Ia tidak tahu bagaimana caranya agar bisa kembali memimpikan pria itu, seolah ada mekanisme tak terlihat yang mengatur ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 82

    “Miss Hadley!” Suara itu menggema cukup keras di tengah hiruk-pikuk lalu lintas kota. Elena spontan menoleh, alisnya bertaut karena suara itu terdengar begitu familiar, membangkitkan kilasan masa lalu yang baru saja ingin ia tinggalkan. Begitu matanya menangkap sosok yang mendekat, napasnya tertahan. Ia membelalak, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Mr. Caiden...?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar oleh siapa pun di sekitarnya. Itu benar-benar Mr. Caiden—dengan jas gelap yang sedikit kusut, dasi yang terlepas dari simpul sempurnanya, dan wajah yang tampak lelah namun menyimpan kegelisahan yang jelas terbaca. Ia baru saja turun dari sebuah taksi, dan tanpa memperdulikan sekeliling, segera berlari menghampiri Elena. Langkahnya cepat, penuh urgensi, seolah waktu sedang mengejarnya dan setiap detik berarti. Elena berdiri terpaku di tempat, seolah kedua kakinya tertambat pada trotoar. Otaknya berusaha keras memproses kenyataan bahwa pria itu kini berdiri hanya beberapa

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 81

    Mereka akhirnya tiba di Ottawa tepat saat matahari mulai terbit, sinarnya yang hangat perlahan menyibak kabut tipis pagi dan menyinari jalanan yang masih lengang. Mobil berhenti di depan gedung utama, dan Elena menatap pemandangan di depannya dengan sorot mata penuh kecemasan. Meskipun situasi tampak lebih tenang dibandingkan yang ia bayangkan, bekas kekacauan masih jelas terlihat. Beberapa petugas keamanan berjaga, garis polisi membentang di sekitar area yang terkena dampak. Pecahan kaca, sisa-sisa serpihan, dan aroma samar dari asap yang sempat membumbung masih terasa di udara. Elena melangkah keluar dari mobil dan mengamati gedung dengan saksama. Hatinya sedikit lega saat mengetahui bahwa ledakan tidak menyebar ke seluruh bangunan. Hanya satu ruangan yang terdampak parah, dan itu pun berhasil diisolasi dengan cepat berkat respons tanggap dari tim keamanan dan pemadam. Ia tahu keadaan bisa jauh lebih buruk, dan rasa syukur perlahan menggantikan kekhawatirannya. Dari kejauhan, Ele

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 80

    Di sisi lain, seorang pria melangkah mantap menuruni tangga menuju sebuah ruang bawah tanah yang tersembunyi. Langkahnya tenang, penuh percaya diri, seolah ia sudah sangat akrab dengan tempat itu. Dua orang penjaga berkulit hitam, bertubuh tinggi dan berotot, mengikutinya dari dekat dengan sikap waspada. Mereka membawa senjata api yang tergenggam erat di tangan, mata mereka terus mengawasi sekeliling dengan tajam. Sesampainya di ruangan utama bawah tanah, cahaya temaram dari lampu gantung menciptakan bayangan panjang di dinding-dinding lembab yang dingin. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma alkohol, asap cerutu, dan jejak-jejak kekuasaan yang sunyi namun mengintimidasi. Di tengah ruangan, seorang pria paruh baya duduk santai diatas sofa kulit gelap yang tampak usang namun masih berkelas. Ia dikelilingi oleh dua perempuan muda yang menemaninya dengan senyum tipis dan pandangan kosong, seolah mereka sekadar bagian dari dekorasi ruangan. Di tangannya tergenggam segelas minuman kera

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 79

    Tring! Tring! Tring! Suara deringan telepon terus berulang di dalam kamar yang masih gelap. Elena terbangun dengan mata setengah terbuka, ia baru tertidur beberapa jam saja, sambil sedikit memicingkan matanya memfokuskan pandangan ke arah meja di samping tempat tidur. Layar ponselnya menyala dan terus bergetar, menyiratkan urgensi yang tak biasa. Dengan gerakan malas, ia meraih ponsel tersebut. Jam di meja menunjukkan pukul 04:20 dini hari. 'Siapa yang menelepon sepagi ini?’ “Audrey?” gumamnya pelan, membaca nama yang tertera di layar. ‘Apa telah terjadi sesuatu?’ Hatinya berdesir. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Ren yang masih tertidur lelap di sampingnya, lalu berjalan keluar kamar agar tak mengganggunya. Begitu sampai di lorong, ia menekan tombol hijau di layar dan menjawab panggilan. “Halo, Audrey?” —“Miss Hadley, gawat...” Suara tercekat dan napas tersengal Audrey langsung menyergap telinga Elena, penuh kepanikan dan ketakutan. Firasat buruk langsung menyelimuti

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 78

    Elena masih terengah-engah, tubuhnya lemas setelah orgasme yang begitu intens. Matanya yang berkaca-kaca menatap Ren dengan campuran kepuasan dan keinginan yang belum sepenuhnya terpuaskan. “Ren...” desisnya, suaranya serak. “Kau benar-benar menyiksaku tadi.” Ren hanya tersenyum, matanya gelap oleh nafsu yang masih membara. La melangkah mendekati Elena, tangannya yang besar meraih paha wanita itu, membelai kulitnya yang halus dengan sentuhan penuh kepemilikan. “Kau suka itu, bukan?” bisiknya, jari-jarinya perlahan menyusuri celah basahnya yang masih berdenyut. “Kau bahkan lebih basah sekarang.” Elena mengerang saat Ren menyentuh klitorisnya yang sensitif, tubuhnya langsung bereaksi meski baru saja mencapai puncak. “Ngh... Ren, jangan disentuh... aku masih sensitif...” Tapi Ren mengabaikan permintaannya. Kali ini, ia tidak berniat menggoda lebih lama. Gairahnya sendiri sudah terlalu tinggi untuk ditahan. Dengan gerakan cepat, pria itu membuka celananya, membebaskan ereksi

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 77

    "Kau harus buka kakimu lebih lebar lagi, Elena." Ren mengamati dengan tatapan penuh nafsu saat Elena duduk di atas meja, tubuhnya telanjang bulat, pahanya terbuka lebar, memperlihatkan bagian paling intimnya dengan vulgar. Lubang kewanitaannya yang basah terbuka dan menutup seperti mencoba menyedot sesuatu, mengungkapkan kelembaban yang sudah mulai mengkilat di antara celahnya. Ren menggigit bibir bawahnya, menahan keinginan untuk langsung menyentuh, memuaskan dirinya dengan menggambar setiap lekuk tubuh Elena yang memanas. Plak! Tamparan keras mendarat di paha bagian dalam Elena, membuatnya menggeliat. “Akh-!” suaranya tercekik, tapi bukan karena sakit, justru sebaliknya. Sensasi panas dari pukulan itu menyebar, membuat lubangnya semakin berdenyut, mengeluarkan lebih banyak lagi cairan yang membuat celah lubangnya semakin licin. “Lebih lebar,” Ren mendesak, suaranya berat dan penuh kendali. “Aku ingin melihat semuanya. Setiap lipatan, setiap tetes yang keluar dari dirimu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status