Beranda / Romansa / Arthur&Bianca / BAB 1 - FIRST DAY IN NEW YORK

Share

BAB 1 - FIRST DAY IN NEW YORK

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 00:51:56

New York - USA.

Ini adalah hari yang sejak lama Bianca nantikan. Kini dirinya membawa adik dan keponakannya pindah ke New York. Sebuah kota terpadat di Amerika dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian, dan hiburan dunia.

Hari pertamanya pindah, Bianca di sibukan dengan pembukaan butik barunya. Sedangkan Caroline di sibukan dengan pemotretannya di perusahan baru. Ini benar-benar melelahkan. Bahkan Bianca mungkin akan terlambat pulang karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Bianca menatap ke cermin, memoles wajah dengan make up tipis. Mengambil tas, kemudian melangkah keluar kamar.

"Mom Bianca, where you want to go?" tanya Annabeth dengan suara polos saat melihat Bianca keluar kamar.

"Sweetheart, come here," Bianca menunduk, mensejajarkan tubuhnya pada Annabeth. "Mommy, ingin pergi bekerja sayang."

Annabeth mencebik. "Can you take me to the office?"

Bianca mendesah pelan, dia mengusap dengan lembut rambut Annabeth. "Sweetheart, mommy berjanji nanti weekend kita akan pergi bersama."

"I dont want it!" Annabeth merengut. "I want today mommy!"

"Sweetheart, mommy berjanji weekend ini kita akan pergi bersama." Bianca berusaha untuk membujuk keponakannya. "Hari ini mommy sangat sibuk sayang."

"Promise?" Annabeth mengulurkan kelingking mungilnya.

Bianca tersenyum, kemudian Bianca mengulurkan kelingkingnya dan menautkannya ke kelingking Annabeth. "Promise sweetheart."

"I love you mommy," ucap Annabeth. Bianca langsung memeluk keponakannya itu. "I love you more princess."

Tidak lama kemudian Bella pengasuh Annabeth datang dan membawa Annabeth. Melihat Annabeth sudah pergi dan tidak lagi merajuk, membuat Bianca jauh lebih tenang. Bianca mengambil kunci mobilnya dan berjalan meninggalkan mansion. Malam ini setelah Bianca pulang dari butik, Bianca harus bertemu dengan Viola sahaabtnya itu yang sudah lama dia tidak bertemu.

***

Semua berjalan dengan sesuai keinginan Bianca. Butik miliknya sudah di buka. Bahkan di hari pertama pembukaan butik, banyak pengunjung yang datang. Bianca menatap bangunan butik milknya sendiri. Hasil kerja kerasnya selama ini telah membuahkan hasil. Bianca beruntung dirinya telah memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Nona Bianca?" sapa Lily assistant Bianca,

Bianca menoleh dan menatap Lily. "Ya? Ada apa?"

"Begini nona, banyak perusahaan majalah dan juga fashion mengajak nona untuk bergabung. Mereka menawarkan kerja sama yang menguntungkan. Apa nona berminat untuk itu nona?" tanya Lily memastikan.

"Tentu aku tidak mungkin membuang sebuah kesempatan emas yang datang," jawab Bianca. "Kau pilih saja mana yang paling terbaik. Tapi usahakan untuk memilih perusahaan yang terbaik. Aku tidak ingin membuang-buang waktu ku. Kau mengerti maksud ku bukan?"

Lily mengangguk paham. "Saya mengerti nona, saya akan memilihkan beberapa perusahaan yang mengajukan kerja sama dan akan segera melaporkannya pada anda nona."

"Ya, aku menunggu laporan dari mu," balas Bianca, "Yasudah, malam ini aku harus bertemu dengan teman ku. Awasi butik dengan baik. Dan beritahu aku jika ada masalah."

"Baik nona," jawab Lily.

Kemudian Bianca berjalan meninggalkan Lily menuju halaman parkir. Bianca masuk ke dalam mobil. Kini Biaca mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir.

***

The Carnegie Club, salah satu klub malam mewah yang berada di New York ini menjadi tempat pilihan Viola mengajak Bianca bertemu. Bianca turun dari mobil, dia sudah mendengar suara detuman musik yang begitu keras. Bianca sungguh tidak nyaman, tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima ajakan sahabatnya itu. Karena memang sudah lama Bianca tidak bertemu dengan Viola.

Bianca melangkah masuk ke dalam klub, suara dentingan sloki, aroma anggur, tembakau begitu tercium. Bianca mendensah pelan, jika bukan karena permintaan Viola dia tidak mungkin datang ke tempat yang membuat kepalanya menjadi sakit.

Saat Bianca melangkah masuk, dia sudah melihat Viola membuka table di ujung sebelah kiri. Bianca melangkah mendekat ke arah Viola. Sudah sejak tadi banyak pria yang berusaha menggoda Bianca, tentu saja Bianca tidak mungkin memilih pria yang sering menghabiskan waktunya datang ke tempat ini.

"Bianca?" suara Viola berseru saat melihat Bianca datang menghampirinya. Dengan Cepat Viola beranjak dan langsung memeluk erat sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu.

"Kenapa kau ini sungguh cantik?" Viola mengurai pelukannya. Menatap lekat Bianca yang memakai gaun berwarna navy denga bagian atas x-straps. membuat wanita itu terlihat begitu cantik dan anggun.

Bianca menggeleng pelan dan tersenyum. "Apa kau ini tidak melihat diri mu sendiri? Kau juga sangat cantik."

"Alliright, bagaimana kalau kita minum?" tawar Viola.

"Kau tahu aku tidak bisa minum alkohol," jawab Bianca.

"Come on Bianca, satu gelas tidak akan meembuat diri mu mabuk." Viola langsung menuangkan wine ke gelas sloki yang kosong, kemudian menyerahkannya pada Bianca.

Bianca mengela napas, dia tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Lagi pula hanya satu gelas tidak akan membuat dirinya mabuk.

"Cheerrss," sahut Viola mengangkat gelas slokinya. Bianca juga mengangat gelas slokinya. "Cheerss," sahut Bianca, Kemudian mereka meneguk wine di tangannya. Bianca menggeleng pelan dan memejamkan mata saat wine masuk ke tenggorokannya. Rasa panas di tenggorokan yang kini dirasakan oleh Bianca.

"Bianca, kau akan menetap selamanya di kota ini bukan?" Viola masih menyesap wine di tangannya, dan menatap Bianca yang duduk di hadapannya.

"Ya mungkin aku akan menetap selamanya di sini." jawab Bianca.

"Kenapa kau mengatakan mungkin?" Viola mengernyitkan keningnya. Menatap tak suka dengan perkataan Bianca.

Bianca mengedikan bahunya. "Aku masih melihat nanti, aku tidak tahu apa yang terjadi ke depannya."

"Dan aku berharap kau tinggal di sini selamanya," balas Viola.

Tanpa sengaja Bianca menatap tiga pria yang duduk di sebrangnya tengah bercumbu dengan wanita. Bianca kembali mengalihkan pandangnnya. Terlihat begitu menjijikan bagi Bianca.

"Viola, aku ingin ke toilet," ucap Bianca. Viola mengangguk pelan.

Bianca beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju toilet. Bianca tidak menyadari jika ada salah satu pria yang tengah menatap lapar dirinya.

"Hi, aku baru pertama kali melihat mu di sini," ucap pria itu saat melihat Bianca keluar dari toilet.

"Permisi," Bianca tidak merespon, dia langsung hendak meninggalkan pria itu. Namun pria itu dengan cepat menghalangi langkah Bianca.

"Aku Steven, siapa nama mu?" pria itu memperkenalkan dirinya pada Bianca.

"Minggir, jangan mengganggu ku!" desis Bianca.

"Hey! Aku bisa membayar mu berapa pun yang kau inginkan. Temani aku malam ini!" seru Steven.

Plakkk

Bianca melayangkan sebuah tamparan cukup keras di wajah Steven.

"Kau!" Steven menggeram menahan emosinya.

"Ada apa ini?" suara Arthur berseru mendekat ke arah Steven.

"Bukan urusan mu Arthur!" tukas Steven.

"Jangan mencari masalah!" Arthur melayangkan tatapan tajam pada Steven.

"Dengarkan aku, aku tidak membutuhkan uang mu! Jaga bicara mu baik-baik!" sentak Bianca tak terima dengan perkataan Steven.

Bianca membalikan tubuhnya dan langsung berjalan meninggalkan Arthur dan Steven. Sedangkan Arthur melihat wanita di hadapannya yang begitu terlihat kuat, senyum di bibirnya terukir. Arthur melihat penampilan wanita yang telah menampar Steven, wanita itu memiliki penampilan yang menawan. Itu yang ada di pikiran Arthur.

"Steven, apa kau mengenal wanita tadi?" Richo yang baru saja datang, dia menatap wanita yang telah menampar Steven.

"Tidak," jawab Steven, tangannya menyentuh pipi kiri yang di tampar wanita itu.

Di sisi lainnya, Bianca langsung mengambil tas dan mengajak Viola untuk pulang. Awalnya Viola menolak, tapi karena Bianca terus memaksa, akhirnya Viola menuruti keinginan Bianca untuk pulang lebih awal.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Baba Hepi
good start...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Arthur&Bianca   BAB 255. Extra Part 8 - Rafael Justin Lucero Afford (END)

    Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles

  • Arthur&Bianca   BAB 254. Extra part 7 - Welcome Baby Twins

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N

  • Arthur&Bianca   BAB 253. Extra part 6 - Lucero Family

    "Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say

  • Arthur&Bianca   BAB. 252. Extra part 5 - Altov and Tasya

    Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f

  • Arthur&Bianca   BAB 251. Extra part 4 - Richo and Viola

    Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.

  • Arthur&Bianca   BAB 250. Extra part 3 - Steven and Caroline

    Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status