Beranda / Romansa / Arthur&Bianca / BAB 2 - MEETING PERTAMA DENGAN PARA MODEL

Share

BAB 2 - MEETING PERTAMA DENGAN PARA MODEL

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 00:52:16

Hari ini merupakan hari pertama untuk Caroline di Afford Company. Sedangkan Bianca, di sibukan dengan banyaknya perusahaan majalah dan fashion di New York yang memesan rancangannya.

"Kakak, aku pergi dulu yaa," pamit Caroline.

"Annabeth sayang, Mom pergi kerja dulu," kata Caroline sambil memeluk Annabeth.

"Mom, weekend ini kita pergi bersama dengan Mom Bianca kan?" suara Annabeth bertanya dengan polos. Bibirnya mengerucut menatap Caroline.

"Tentu sayang, weekend ini kita semua akan pergi bersama."

"Caroline, kau hati-hati. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau harus segera menghubungiku. Dan ini  kunci mobilmu, kakak sudah membelikan mobil untukmu." Bianca menyerahkan kunci mobil pada Caroline.

"Astaga kakak, kenapa kau membelikanku mobil?" tanya Caroline yang terkejut karena Bianca membelikan mobil baru untuknya.

"Kau ini bagaimana! Aku tidak mungkin membiarkanmu naik taksi. Cepat ambil ini," Bianca memaksa Caroline menerima kunci mobil di tangannya.

Caroline tersenyum, dia langsung memeluk erat tubuh Bianca. "Terima kasih ka, kau memang yang terbaik."

"Sudah kau berangkat sekarang, minggu ini aku akan sangat sibuk," ujar Bianca.

Caroline mengangguk paham, dia mengambil kunci mobil itu kemudian berjalan menuju mobil.

***

Kini mobil Caroline sudah memasuki halaman parkir Afford Company. Setelah memarkiran, Caroline langsung turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam perusahaan. Caroline membuka kaca mata hitamnya, meletakan di atas kepala dan berjalan dengan anggun memasuki lobby perusahaan.

Saat tiba di ruang meeting. Caroline melangkah masuk ke dalam. Caroline menatap banyak para model yang sudah lebih dulu datang. Caroline memilih duduk di depan. Dia ingin langsung melihat wajah pemilik dari Afford Company dari jarak dekat.

Lima belas menit kemudian, ketika semua para model tengah menunggu pemilik dari Afford Company. Seketika tatapan mereka semua tertuju pada pria yang melangkah masuk ke dalam ruang meeting.

Caroline terus menatap pria itu. Tidak ada satu wanita pun yang berkedip menatap sosok pria itu. Tampan, rahang tegas, hidung mancung dengan tubuh yang tegap. Pria di hadapan Caroline ini benar-benar pria yang tidak mungkin di tolak oleh para wanita.

"Astaga, apa ini pemilik Afford Company? Dia sungguh tampan," batin Caroline. Tatapannya tidak henti menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya.

"Baiklah, Selamat pagi. perkenalkan saya Alvin, Assistant pribadi Tuan Arthur pemilik dari Afford Company. Hari ini saya dan Tuan Arthur khusus datang ke sini untuk menyapa para model baru yang telah kami pilih. Kami ucapkan selamat untuk para model yang terpilih. Kami memilih kalian dari sekian banyak model ditempat kalian dan kami yakin jika kalian adalah model terbaik," kata Alvin memberikan kata sambutan seraya memperkenalan Arthur yang tengah berdiri di sampingnya.

"Kami persilahkan untuk para model memperkenalkan diri kalian masing-masing." lanjut Alvin.

"Perkenalkan nama saya Alessa, saya model dari Italia."

"Perkenalkan nama saya Irish, saya model dari Germany."

"Perkenalkan nama saya Belinda, saya model dari Spain."

"Perkenalkan nama saya Caroline, saya model dari Paris."

Setelah perkenalan diri para model, Arthur mulai membahas rancangan busana yang akan mereka kenakan. Sebenarnya Arthur sudah memilih beberapa designer terkenal. Tapi dia tetap ingin mencari designer untuk majalah yang akan diterbitkan bulan depan. Dia ingin para modelnya tampil dengan sangat mempesona.

"Alvin, Kau harus temukan designer terbaik. Dan satu lagi rancangan yang dia buat haruslah rancangan yang terbaik untuk para modelku," tukas Arthur.

Alvin mengangguk patuh. "Baik tuan."

Caroline terus menatap Arthur yang mmebahas mencari seorang designer. Entah kenapa ada keyakinan dalam hati Caroline, jika Bianca akan terpilih. Alasannya karena memang Bianca terkenal sangat hebat. Bahkan saat di Paris, Bianca sering mendapatkan penghargaan atas prestasi yang telah dia raih.

Caroline memilih diam, tanpa harus Caroline merekomendasikan Bianca, dia sangat yakin kakakanya itu akan terpilih.

***

Bianca duduk di kursi kerjanya. Menatap setiap laporan masuk yang di belikan Lily. Belakangan ini Bianca akan di sibukan dengan banyaknya, penawaran kerja sama. Bukan tidak ingin tapi Bianca selalu berhati-hati dalam memilih rekan bisnisnya. Bianca menekan tombol interkom, dia meminta Lily untuk datang ke ruang kerjanya.

Tidak lama kemudian, Lily melangkah masuk ke dalam ruang kerja Bianca setelah tadi dia mengetuk pintu.

"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lily.

"Li, aku rasa kita butuh tambahan designer. Kau tolong carikan designer lulusan terbaik yag ingin bekerja. Pilih yang terbak, aku percaya pada mu," ujar Bainca.

Lily mengangguk patuh. "Baik nona."

"Kau boleh pergi sekarang. Selesaikan pekerjaan mu," tukas Bianca.

Lily menundukan kepalanya, lalu undur diri dari hadapan Bianca.

Bianca menyandarkan punggungnya di kursi, memejamkan mata lelah. Sejak dia pindah, dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.

Suara ketukan pintu terdengar, Bianca membuka matanya. Dia langsung menginterupsi untuk masuk. Bianca tersenyum menatap Viola sahabatnya itu datang ke butiknya.

"Apa aku mengganggumu?"  sapa Viola. Dia melangkah mendekat dan langsung duduk tepat di hadapan Bianca.

"Tidak," jawab Bianca. "Kau tidak ke perusahaan?"

Viola mendesah pelan. "Aku bosan, jika harus datang ke perusahaan. Kepala ku sakit memikirkan tentang perusahaan."

Bianca mengedikan bahunya. "Itu salah mu sendiri. Kau tidak mau meneruskan bisnis orang tuamu."

"Kau tahu alasannya," Viola mendengus kesal. "Ayahku itu terlalu banuak mengatur hidupku. Dan aku ingin bebas, tidak banyak larangan darinya. Itu hanya membuat ku jenuh, dan merasa seperti bonekanya."

"Aku yakin, ayahmu hanya menginginkan yang terbaik untukmu," balas Bianca.

"Sudahlah lupakan, ceritakan bagaimana dengan butikmu? Semuanya berjalan dengan lacar?" tanya Viola yang memilih untuk tidak lagi membahas tentang dirinya.

"Ya, semuanya baik. Belakangan aku di sibukan banyaknya perusahaan yang menawarkan kerja sama. Tapi aku tidak bisa langsung mengambilnya. Aku hanya memilih, karena aku tidak ingin terikat kontrak yang akan membebankan diri ku." ujar Bianca.

"Aku sangat yakin, kau akan sangat sukses di sini. Kau lihat saja di Paris, banyak orang yang mengenalmu. Bahkan aku pernah melihat, kau sering mendapatkan pengharagaan," kata Viola dengan tatapan bangga ke arah sahabatnya itu.

"Jangan berlebihan," balas Bianca. "Semua yang aku lakukan demi keluargaku."

"Aku tahu, sejak dulu kau memang sekalu bisa di andalkan," jawab Viola. "Tapi apa kau masih belum ingin memiliki kekasih?"

"Aku tidak ingin membahasanya Viola. Kau tahu, aku tidak memiliki waktu untuk seorang pria." tukas Bianca.

"Tapi-"

"Kau memberitahuku, tapi kau sendiri masih belum memiliki kekasih!" Bianca sudah lebih dulu memotong ucapan sahabatnya itu.

Viola mendengus tak suka. "Kau ini cerdas sekali! Ketika aku membahas tentang dirimu, kau membalikannya pada ku."

Binaca mengangkat bahunya acuh, dia mengambil cangkir teh di hadapannya dan mulai menyesapnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Arthur&Bianca   BAB 255. Extra Part 8 - Rafael Justin Lucero Afford (END)

    Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles

  • Arthur&Bianca   BAB 254. Extra part 7 - Welcome Baby Twins

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N

  • Arthur&Bianca   BAB 253. Extra part 6 - Lucero Family

    "Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say

  • Arthur&Bianca   BAB. 252. Extra part 5 - Altov and Tasya

    Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f

  • Arthur&Bianca   BAB 251. Extra part 4 - Richo and Viola

    Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.

  • Arthur&Bianca   BAB 250. Extra part 3 - Steven and Caroline

    Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status