Di malam valentine, aku bertemu dengan sahabat kecil tunanganku di depan sebuah bar. Dia tampak seperti habis diracuni, tak sadarkan diri. Kali ini, aku pura-pura tidak melihatnya dan langsung berbalik pergi. Di kehidupan sebelumnya, aku sama sekali tidak mengenalnya. Karena niat baik, aku menolongnya. Tapi, malah tanpa sengaja melihat ada tato nama tunanganku di tulang selangkanya. Awalnya, aku kira itu hanya salah paham. Tapi sesaat kemudian, saat aku membantu mengangkat teleponnya, aku mendengar suara tunanganku dari ponselnya. Karena marah dan cemburu, aku pun memutuskan sambungan telepon itu dan mengabaikan 99 panggilan tak terjawab darinya. Aku baru pergi setelah memastikan dia sudah baik-baik saja di hotel milik keluargaku. Siapa sangka, dia malah menjadi korban pelecehan malam itu. Karena merasa memalukan, dia memilih mengakhiri hidupnya. Setelah kebenaran terungkap, tunanganku tetap pura-pura tidak tahu apa-apa, bahkan tetap menggelar pesta pernikahan megah untukku. Namun, di hari aku mengetahui kehamilanku, dia malah mematahkan kedua kakiku dan mengurungku di rumah. Aku sangat terpuruk dan bertanya kenapa padanya. Dia malah tertawa gila-gilaan. “Kalau bukan karenamu, Luna nggak akan jadi korban pelecehan, dia juga nggak akan bunuh diri! Ini semua salahmu!” Tak kusangka, saat membuka mata lagi, aku malah kembali ke hari di mana aku bertemu sahabat kecilnya di depan bar.
Lihat lebih banyakCalvin yang berada di atas tubuhku, tiba-tiba berhenti bergerak. Ketika dia hendak memeriksa situasi, terdengar suara teriakan polisi dari luar.“Calvin, kamu terlibat dalam kasus peredaran obat terlarang, harap segera kooperatif untuk penyelidikan!”Mendengar itu, Calvin mendengus marah dan meludah.“Sialan!”Dia baru saja berniat melarikan diri, tapi pintu sudah didobrak polisi dan polisi yang memimpin langsung menahan Calvin, menekannya ke lantai hingga tak bisa bergerak.Baru setelah dibawa ke rumah sakit, aku baru tahu kalau Felixlah yang menyelamatkanku.Dia yang sempat kutolak masih tidak menyerah, jadi memutuskan untuk mengikuti aku pulang dan kebetulan melihat kejadian saat Calvin meracuniku.Dia langsung melapor polisi dan polisi menemukan rekaman pembelian obat terlarang yang dilakukan Calvin. Mereka segera mengirim tim ke rumah kontrakanku dan akhirnya semuanya tidak berakhir dengan buruk.Di kamar rumah sakit, suara Felix terdengar penuh kekhawatiran, “Rani, kamu pasti tr
Sejak hari itu, Calvin tidak pernah lagi muncul di depan laboratorium. Aku mengira dia akhirnya menyerah.Meskipun Felix bilang bantuan hari itu bukan apa-apa, aku tetap mengajaknya makan sebagai ucapan terima kasih, sambil sekalian menceritakan singkat tentang hubunganku dengan Calvin.Setelah mendengar semuanya, Felix jelas terlihat emosi, bahkan tak tahan menyebut Calvin brengsek.Saat menatapku, pandangannya sedikit berubah, seolah mulai ada perasaan lain yang muncul.Aku bukan tidak menyadarinya, tapi untuk soal perasaan, aku benar-benar sudah terlalu lelah dan takut lagi-lagi mengalami luka yang sama.Akhirnya, aku memilih untuk bicara terus terang.“Untuk saat ini, aku belum berencana memikirkan soal hubungan. Aku mau fokus bekerja dulu, setelah semuanya stabil, mungkin baru akan kupikirkan.”Felix sempat terlihat kecewa, tapi dia tidak memaksa. Saat menawarkan diri untuk mengantarku pulang, aku juga menolaknya dengan halus.Perasaan yang tidak seharusnya ada, lebih baik dihenti
Hatiku luar biasa tenang. Aku melangkah cepat, pura-pura tidak melihatnya, lalu berbaur ke kerumunan orang.Tak kusangka, tiba-tiba Calvin menerobos masuk, menerobos keramaian sambil berteriak memanggil namaku, “Rani, ini aku! Kumohon lihat aku sebentar saja, ya?”Orang-orang di sekitar langsung menoleh, mau tak mau aku pun menghentikan langkah.Setelah setengah tahun tak bertemu, Calvin tampak jauh lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya. Bahkan pipinya terlihat cekung.“Untuk apa kamu ke sini?”Aku baru pulang kerja, jadi suasana hatiku benar-benar tidak memungkinkan untuk bersikap ramah.Namun, pria itu tidak menyadari kekesalanku, malah menarik lenganku dengan kuat, tatapan matanya tampak penuh kebahagiaan.“Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Rani. Kamu tahu nggak betapa aku merindukanmu!”Seolah takut aku kabur, cengkeramannya sangat erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi gagal. Akhirnya, hanya bisa menatapnya dengan ekspresi dingin.“Sudah kubilang dengan jelas, kamu mencar
Tiba-tiba, suara di balik telepon menjadi riuh dan tepat saat aku benar-benar kehilangan kesabaran, Calvin kembali berkata, “Rani,” panggilnya. Lalu dengan ragu melanjutkan lagi, “Luna baru saja kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang perlu ada yang menandatangani surat izin operasi. Aku … aku tanda tangan dulu, lalu langsung menyusulmu, ya? Kamu jangan pergi ….”Aku melirik jam, menjawab dengan tenang, “Nggak perlu, sebentar lagi aku sudah mau naik pesawat. Dia yang lebih butuh kamu sekarang, ‘kan?”Dari seberang, suaranya terdengar serak dan hampir menangis, “Nggak … aku berjanji, aku bakal cepat kali ini! Aku hanya tanda tangan sebentar, habis itu langsung mencarimu. Tolong, jangan naik pesawat dulu, kasih aku kesempatan lagi, ya? Kumohon ….”Dia selalu bilang begitu, tapi setiap kali juga tak pernah menepatinya.Di kehidupan sebelumnya, pernah suatu kali aku dipaksa minum alkohol oleh klien, aku panik dan menelepon dia minta dijemput.Waktu itu dia juga janji m
Begitu pintu terbuka, suasana langsung membeku sesaat sebelum akhirnya keributan para tamu meledak.“Di mana pengantinnya? Kok nggak kelihatan ….”“Jangan-jangan kabur? Wah, ini sih berita besar!”Calvin terpaku di tempat, Rani yang seharusnya menunggu di ujung sana, sekarang bahkan tak terlihat!Tiba-tiba, hatinya terasa berat. Ada rasa panik yang muncul tanpa alasan, seolah-olah akan kehilangan sesuatu yang sangat penting.Tanpa peduli upaya MC yang mencoba menahannya, Calvin bergegas menuju pintu, mencari-cari sosok yang selalu menunggunya itu.“Rani! Kamu di mana? Jangan sembunyi lagi!”“Rani, cepat keluar! Ini hari pernikahan kita, lho! Semua orang sedang menunggu, jangan main-main lagi!”Namun, tak peduli sekeras apa dia memanggil, sosok itu tetap tak muncul.Tatapan kepo para tamu mulai mengarah ke Calvin yang berdiri kikuk dengan jas pengantinnya, membuatnya semakin malu.Di mana dia? Di mana Rani pergi ….“Kak Calvin, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Kak Rani? Tapi acara p
Melihatku, mereka berdua langsung melepaskan tangan. Luna buru-buru menjelaskan dengan suara manja,“Kak Rani, jangan salah paham. Aku bukan sengaja pakai bajumu. Soalnya kemarin … semua bajuku sobek, jadi nggak ada yang bisa dipakai. Makanya Kak Calvin suruh aku ambil dari lemari bajumu.”Setiap ada hari penting, Calvin selalu memberiku hadiah. Dia tahu aku tak suka barang kembaran dengan orang lain, jadi baju dan tas yang dia kasih semuanya edisi terbatas.Namun sekarang, barang-barang yang dulu katanya khusus untukku, malah dipakai perempuan lain.Melihat aku diam saja, Calvin langsung kelihatan kesal.“Hanya pakai bajumu saja, kenapa harus pasang muka begitu? Bajumu ada begitu banyak, memangnya kenapa kalau dikasih ke Luna beberapa?”Aku tetap tanpa ekspresi, mengangguk ringan dan menjawab datar,“Iya, pakai saja.”Namun, Calvin masih tak puas, kerutan alisnya semakin erat.“Apa sih yang kamu pikirkan, Rani? Sengaja pura-pura cuek? Mau pakai cara ini untuk menarik perhatianku?”Ak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen