Share

Citrakara

BANGUNAN berbentuk persegi terdiri atas beberapa tingkat itu tampak kelam dalam gelapnya malam menjelang pagi. Hanya beberapa bagian saja yang diterangi nyala api kecil pada obor yang nyaris padam.

Matahari belum lagi terbit di kaki langit sebelah timur. Hari masih gelap menghitam. Hawa dingin menusuk tulang masih menyungkupi seantero wilayah Kerajaan Panjalu.

Di beberapa tempat bahkan tampak kabut mengambang di udara dini hari. Tak terkecuali di sekitar bangunan yang terletak di kawasan selatan Panjalu itu. Tepatnya di perbatasan Lodoyong dengan wilayah Kotaraja.

"Yang mana kamarnya?" gumam satu bayangan hitam yang mengendap tak jauh dari bangunan tersebut. Sepasang matanya yang merah tampak nyalang mengamati keseluruhan gedung.

Sosok berupa bayangan hitam itu mendekam tak jauh dari gerbang masuk bangunan. Pada papan nama yang ada di dekat gapura paduraksa, terpampang satu nama, Penginapan Jatiwangi.

"Aku tidak mungkin bertanya. Jangan sampai keberadaanku di sini diketahui orang,
Kebo Rawis

Kajaliran adalah sebutan bagi tempat prostitusi di masa lampau. Perempuan penjaja cintanya disebut sebagai jalir. Adapun Juru Jalir adalah pejabat kerajaan yang bertugas mengawasi dan menarik pajak dari kajaliran. Ada beberapa prasasti yang mengabadikan jabatan juru jalir. Yang tertua adalah Prasasti Waharu I (795 Saka), lalu Prasasti Sangguran (904 Saka), juga Prasasti Garaman (975 Saka).

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status