Share

Bab 2

Malam ini, aku memakai Dress merah, yang dipilihkan oleh Shinta. Aku memandang diriku dipantulan cermin, sebentar lagi aku akan bertemu dengan seseorang yang akan dijodohkan denganku. Sebelum keluar, aku mengambil handphoneku yang ada di meja rias, dan menekan nomor yang ingin aku hubungi. 

"Hallo, Sapi. Ada apa?" tanya seseorang dari sebrang sana.

"Malam ini gue bakal dijodohin sama orang Frey," jawabku. 

"What? Lo gak kidding-kidding kan?" ucap Freya. 

Aku menghela napas panjang. "Gue serius Frey, masa gue bohong,"

"Pasti Ibu tiri lo yang jodohin Lo ya?" 

"Iya lah, siapa lagi kalau bukan dia," 

"Lo yang sabar ya Sapi," 

"Kalau Rezvan tau gimana?" 

"Lo gak usah mikirin Rezvan dulu. Nih ya kalau pilihan nyokap tiri lo gak sesuai, baru deh lo nolak. Tapi kalau ganteng, lo mau nolak juga, gak apa-apa. Lo kasih aja buat gue," ucap Freya tertawa. 

"Syaffira, ayo keluar! Pihak pria sudah datang," ucap Ibu tiriku dari balik pintu.

"Bentar," ucapku kepada Shinta. 

"Yaudah, makasih ya Frey, gue mau siap-siap, Lo jangan kasih tau dulu soal ini sama Rezvan," 

"Ok, sama-sama cantik. Good luck," 

Aku mematikan sambungan teleponnya dan keluar kamar. Aku berjalan ke arah ruang tamu, terlihat, dari jauh sudah ada beberapa orang yang tengah mengobrol dengan Ibu tiriku. Kemudian, aku menghampiri Shinta. Semua menyambutku dengan hangat, terkecuali seorang laki-laki yang memakai masker, yang sedari tadi menunduk.

"Ini anak saya," ucap Shinta manis kepada mereka. 

"Wah, cantik banget ya anaknya, gak salah kita ngejodohin anak kita ya Pah, sama anaknya Jeng Shinta," ucap wanita paruh baya, yang berpenampilan sangat nyentrik itu. 

Aku tersenyum tipis, ketika Tante itu memegang daguku. Tak lupa, sesekali aku melirik ke arah laki-laki yang sepertinya tak asing bagiku. 

"Jadi rencananya gimana, kapan kita akan menikahkan mereka berdua?" tutur seorang laki-laki paruh baya, yang tak lain adalah Suami dari Tante itu. 

"Secepatnya aja Pah, gimana setuju kan Jeng?" ucap Tante itu lagi kepada Ibuku. 

"Ya, aku sih setuju aja Jeng." 

Aku hanya terdiam pasrah, dengan jawaban Shinta, Ibu tiriku. Sebenarnya aku tidak ingin menikah secepatnya. Tapi, mau gimana lagi Shinta tiba-tiba menjodohkanku. Seharusnya dia tanyakan dulu padaku, dan gak seenaknya langsung setuju dengan perjodohan ini. 

Karena penasaran dengan seseorang yang di hadapanku. Aku memberanikan diri untuk menyapanya. 

"Hallo gue, Syaffira Adinaya. Nama lo siapa?" tanyaku menjulurkan tangan kepadanya. 

Aku seketika terkejut, ketika laki-laki itu mendongak dan membuka maskernya. "Lho, Asdos galak?" ucapku. 

Dia juga terlihat tak kalah terkejutnya denganku. Hanya saja, Asdos galak itu menutupinya, dengan bersikap biasa saja. 

"Saya Alterio Reiki," ucapnya membalas juluran tanganku. Sedangkan aku terpaku, tak percaya dengan takdir ini.

"Jadi kalian udah saling kenal?" tanya Ibu Alter. 

Kemudian aku mengangguk. "Dia kan Asisten dosen, aku di kampus. Tan," jawabku. 

Ketiga orang tua itu, terkekeh kecil. Seakan-akan perkenalanku dengan Asdos galak itu, lucu.  

Ini sebenarnya sebuah kebetulan atau memang takdir ya, Tuhan?

***

"Mampus lo, Sya. Mampus! Kenapa juga gue harus dijodohin sama Asdos galak itu sih," ucap Syaffira bermonolog, sambil menepuk-nepuk jidatnya.

Saat ini, ia sedang berada di tepi kolam renang. Syaffira sudah meminta izin sebentar kepada Shinta, dengan alasan ingin ke toilet. 

"Apa susahnya untuk jujur," suara itu, membuat Syaffira terkejut dan berbalik menghadap laki-laki di hadapannya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Syaffira. 

"Bukannya kamu izin ke toilet, bukan ke kolam renang?" ujar Alter memutar balikkan pertanyaan. 

"Hm... Itu iya tadi emang habis ke toilet, terus habis itu langsung ke sini," Alibi Syaffira kikuk. 

Alter hanya terdiam. Seraya duduk di kursi dekat kolam renang, sambil menatap layar handphonenya. Syaffira sesekali melirik Alter, kemudian ia memberanikan diri untuk duduk di sebelah Alter. 

"Jujur ya, gue. Sebenarnya tuh gak mau dijodohin sama lo. Asal Lo tahu ya, gue ini udah punya pacar dan gue sayang banget sama dia. Jadi gue, Syaffira meminta lo untuk membatalkan perjodohan ini ya, plis. Emang lo mau punya istri manja kayak gue, nggak kan?" tutur Syaffira gamblang. 

Alter mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Syaffira, dan memandang wajah gadis itu dengan lekat. Hal itu membuat Syaffira gugup setengah mati, dan jantungnya berdetak sangat cepat. 

"Lo... Lo mau ngapain? Jangan macam-macam sama gue," ujar Syaffira panik.

Alter menyunggingkan senyumnya. Lalu beranjak berdiri, sebelum Alter meninggalkan Syaffira di tepi kolam, Ia berucap. "Saya, tidak akan membatalkan perjodohan ini!" tegasnya, lalu pergi begitu saja.

"Why?" teriak Syaffira.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status