Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / 04. Kabur dari perjodohan

Share

04. Kabur dari perjodohan

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-12 19:41:00

"Jangan bohong. Barusan nenek dapat telpon, dan katanya pria itu ga ngeliat kamu ada disana." seru nenek meninggikan suara,

"Pria man.."

"....." Gadis itu tertegun menghentikan ucapannya, sekilas mengingat salah satu kejadian yang terbesit dalam benak.

"Saya mencari gadis baju kuning,"

"Hhh. Sial! Aku yakin tadi denger kalo pria tua itu bilang, nyari gadis baju kuning!"

"Kebetulan nenek ngasih baju kuning polos. Terus dia barusan menelpon dan tiba tiba nenek nelpon aku--"

"Arhg, tapi masa nenek nyariin jodoh tua kek gitu sih?! Aku ga salah lihat. Mukanya kek seumuran bahkan lebih tua dari nenek!"  gerutu Thea dalam hati.

"Ngga!! aku harus pergi sekarang,"

Berkat rasa panik gadis itu memilih untuk segera beranjak dari tempat duduk dan melangkah pergi, namun tidak sengaja menabrak salah satu karyawan. Membuat beberapa pesanan yang dibawa berserakan ke atas lantai,

"Maaf…" ucap karyawan itu dengan kepala tertunduk,

"Gapapa gapapa." Melambaikan tangan dengan cepat sebelum merogoh uang dari dalam dompet,

"Nih buat ganti pesanan yang barusan tumpah." tegas Thea bergegas melangkah pergi setelah menyodorkan lembar kertas tadi.

"Plis, jangan lihat!!" pikirnya berjalan sambil menutupi wajah dengan telapak tangan.

Berharap tidak ada masalah ketika berjalan melewati pria tua tadi. Berlari secepat mungkin setelah berhasil keluar dari dalam ruangan,

Dikemudikannya kembali kendaraan tadi menuju apartemen Manda.

****

Brak...

Menutup pintu mobil dengan keras. Meski telah selamat dari bahaya, gadis itu  masih tergesa gesa berjalan masuk ke dalam lift. Berhasil membawa kantong belanjaan lalu menekan salah satu angka yang akan membawanya ke lantai atas,

Drap..

Drap..

Drap..

Thea berlari secepat mungkin sambil melepas rambut palsu yang ia pakai. "Ck. Gatel banget!" gerutunya,

Sekejap tersentak ketika menyadari beberapa orang yang tengah berjalan ke arahnya, membuat Thea berhenti berlari dan melangkah dengan cepat.

Seluruh mata menatap risih sekaligus heran melihat kedatangan wanita aneh di tempat itu. Disesalkannya wig tadi ke dalam tas belanjaan sebelum sampai di depan pintu,

Tring...

Tring...

Tring….

"Aduh, ayo dong cepet buka!" gerutu Thea, berulang kali menekan bel.

Harapan tadi berhasil terkabul ketika pembatas di depannya perlahan terbuka. Menampilkan seorang gadis yang baru saja tersentak kaget berkat penampilan Thea saat ini,

"Aaaa!" pekik Manda nyaris membulatkan mata,

"Hhh, ya ampun! Jantungku hampir copot." Mengusap bagian tubuh yang tengah berdetak kencang, segera menghela nafas sebelum berbalik masuk dengan kaki lemas.

Seakan membuka jalan, tanpa segan Thea berjalan mengikuti punggung yang nyaris menghilang.

"Jangan lupa ditutup lagi!" seru Manda, telah menempatkan diri di atas sofa sambil bersandar guna melanjutkan aktivitasnya tadi.

Sekilas melirik ke arah gadis yang tengah melangkah mendekat. "Sebentar banget ketemuannya, dia pasti kabur ya, habis ngeliat kamu?"

"Engga. Justru aku yang kabur ngeliat dia," bantah Thea memasang raut kecewa, melempar tubuh demi mengisi tempat kosong di samping temannya.

"Lah, kenapa gitu---emang apa aja yang terjadi?" Begitu penasaran melihat aura kekalahan yang terpancar kuat dari wajah Thea.

"Masak yang mau dijodohkan denganku, pria yang umurnya udah tua banget! Padahal aku sempet ngira, kalo dia kesana sama cucunya." sahut Thea menjelaskan.

"A-apa? masak sih? Kamu yakin ga salah lihat,"

"Enggak. Aku yakin banget! dia ngomong kalo nyari gadis pake baju kuning----dan lihat!" seru Thea,

Begitu tergesa gesa memilah seraya melirik satu persatu paper bag demi mencari benda yang tepat. Hingga menemukan sebuah dress kuning, tanpa segan merogoh lalu disodorkannya ke hadapan Manda, "Nih.."

"Terus bukan cuma ini! Aku lihat kakek itu langsung menghubungi seseorang, habis itu beberapa detik setelahnya nenek langsung nelpon aku!"

"Ng, kebetulan mungkin.." sanggah Manda memikirkan peluang yang terjadi,

"Ga mungkin! Aku yakin kakek itu orang yang nenek maksud." 

"Ya udah, terus kenapa lari? Toh dandananmu udah jelek. Dia pasti ga akan mau, dilihat dari umurnya----pria itu pasti belum menikah karena terlalu pemilih." seru Manda berspekulasi,

"Iya, tapi itu mah milihnya waktu dia masih muda dulu. Kalo sekarang! Cantik atau nggak, pasti tetap dinikahi. Dia juga kaya---kalo dapet cewek jelek tinggal disuruh oplas! Beres,"

"Bener juga sih!" gumamnya mengangguk paham,

"Hhh, untung aja keburu kabur dari sana!" seru Thea menghela nafas lega, merasa begitu lelah hingga reflek  menyandarkan diri ke pundak temannya.

Perlahan Manda merasakan hal aneh tengah menyiksa indra penciumannya. Menerbitkan kerutan alis setelah menghirup aroma busuk yang cukup menyengat, segera mengendus asal bau asing yang perlahan menuntunnya ke tubuh Thea.

"Huek--Thea! Kamu ga mandi ya? bau banget!" celetuk Manda mendorong paksa tubuh gadis tadi hingga menjauh,

"Masa sih? aku udah mandi kok." sanggah Thea mulai mengendus kuat. Segera mengernyit ketika menyadari bau tak sedap yang membuatnya sesak,

"Ih, bau banget. Aku baru ingat, sebelum masuk restoran! Aku sempet make parfum bau yang kita beli tadi."

"Iyuh. Pantesan! udah sana buruan mandi terus bersihin make upnya-----Aku tadj hampir terkena serangan jantung, gara gara wajah itu!" gerutu Manda dengan raut kesal,

"Ck, iya iya. Tapi dimana handuknya?" decak Thea merendahkan suara,

"Itu ada di dalam rak. Ambil aja,"

"Oke," lugasnya bergegas beranjak dari tempat duduk, 

Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi sambil meraih salah satu kain putih yang tertata rapi di dalam rak. Benda dengan pembatas kaca dua arah itu menyimpan tumpukan handuk serta beberapa keperluan lain yang dibutuhkan untuk merawat kebersihan tubuh,

Berbekal kain kaki Thea mulai melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

30 menit kemudian, 

Dengan sedikit usaha akhirnya dia berhasil menghapus bersih noda riasan untuk mengembalikan wajah cantiknya. Sebuah handuk terlilit demi menutupi tubuh serta rambut yang terurai basah, Thea berjalan keluar hingga melewati ruang tv.

Sorot mata teralih tak kuasa menahan rasa penasaran melihat satu kantong plastik berukuran besar di atas meja, serta seorang gadis yang terlihat tengah bersiap untuk menata benda di dalamnya. "Apaan tuh?" 

"Hei! udah selesai?" Menoleh dengan kedua alis terangkat,

"Ini aku mesen makanan, kalo sudah ayo makan!" ajaknya tersenyum lebar.

"Iya bentar. Aku belum pake baju---eh! Aku ga bawa baju tidur," Menghentikan langkah yang hendak mendekati pembatas kamar.

"Aku pinjem baju tidurmu ya?"

"Iya, ambil aja di lemari." angguk Manda enggan menoleh, sibuk menata bungkus makanan ke atas meja.

"Makasih!" Tersenyum lebar setelah mendapat persetujuan.

Gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar, menatap sekilas susunan tempat yang telah dihapalnya. Berjalan ke arah lemari kayu, segera membuka salah satu pintu dan mendapati berbagai tumpuk piyama berbagai model.

Begitu mudah mengetahui letak barang milik temannya. Tanpa ragu memilih satu setelan,

"Udah ketemu?" pekik suara gadis dari luar kamar,

"Udah.." sahut Thea mengeraskan suara,

"Cepetan! aku udah laper banget!"

"Iya iya, sebentar!" ujarnya semakin tergesa gesa membalut tubuh dengan piyama sutra tadi.

Nyaris dalam waktu lima menit dia telah berhasil menyelesaikan semua hal lalu bergegas keluar kamar dan berjalan ke arah sofa, 

Menatap gadis yang telah menunggu, "Udah!"

"Ya udah. Tunggu apalagi? Buruan duduk.." pinta Manda antusias, merasakan getaran dari cacing pita yang memenuhi perutnya.

Thea tersenyum, tanpa ragu menempatkan diri ke atas lantai. "Beli apaan?"

***Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asisten Tuan Angkuh   127. Menghilang

    "Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.Cap..Cap..Cap..Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara."Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s

  • Asisten Tuan Angkuh   126. Saya bukan pelacur!

    Mendengar logat halus yang begitu menyejukkan telinga juga sentuhan intim yang terasa nyata, padahal kedua hal itu adalah impian yang tak mungkin didapat.Tapi siapa sangka setelah menjadi kenyataan semua ini justru menyakitkan hati Thea, kata bak pinangan tadi berubah setajam pedang yang menoreh luka.Sakit yang menggores batin mengundang linang air di pelupuk mata, "Apa, Bapak bilang--layani?""Iya, tapi kenapa kau menangis? Ini bukan waktunya bersedih," tanya Nathan penuh kelembutan, sedikit merasa cemas melihat satu bulir bening menetes menyusuri pelipis."Apa Bapak pikir saya hanyalah wanita penghibur! Apa Bapak tidak tahu kalau perintah itu hanya pantas diajukan pada seorang pelacur,""Apa maksudmu? Aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan seorang pelacur," sanggah Nathan panik, sigap mengusap air mata yang mulai bercucuran.Segera Thea menepis tangan yang menurutnya hanya berbuat demi seuntai n

  • Asisten Tuan Angkuh   125. Aku akan menghangatkanmu!

    WARNING 21+ ________________________________ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ________________________________ Blush.. Begitu jelas terukir rona merah di kedua pipi Thea, wajah putihnya berubah bak kepiting rebus berkat perkataan penuh makna. "A-apa maksudnya, kenapa dia mengatakan hal itu? D-dan kenapa aku memikirkan hal kotor!" gumam Thea dalam hati menangkup kedua tangan ke dalam dada hingga memastikan seperti apa kondisi organ dibalik kerangka tubuhnya. Perlahan memberanikan diri melirik sosok yang terus berjalan dengan langkah normal, raut datar itu tetap terpasang hingga menaruh tanda tanya di benak Thea. Bibir yang hendak bergumam guna menanyakan maksud tak lagi melanjutkan niat setelah menyadari suara debaran yang berasal dari dada bidang yang kini tengah mendekapnya. Dengan keberanian yang tak seberapa telapak gadis itu terulur untuk menyentuh ambang kutikula Nathan,

  • Asisten Tuan Angkuh   124. Berenang berdua

    Sigap gadis itu berdiri memandang Nathan yang siap menarik kaos hitam hingga memperlihatkan tubuh bagian atas. Mulai dari lekuk otot perut hingga kedua titik pada dada bidang, entah kenapa Thea belum menyadari jika kedua maniknya perlahan tersihir karena pemandangan tersebut. Bahu lebar itu terlihat begitu luas dari jarak dekat, kali ini Thea lebih lekat menatap setiap inci tubuh atletis seorang pria. "Itu ada 8," gumamnya tanpa sadar menganga tak mampu mengontrol ekspresi, Seketika berhasil mengundang tawa singkat di wajah Nathan, merasa senang melihat tingkah gadis yang terkesan menggemaskan. Perlahan menoleh demi melempar kaos ke sisi lain, "Apa kau menghitungnya?" sontak Nathan merendahkan suara sambil menerbitkan senyum licik, "Aa-tidak!" geleng Thea, baru menyadari apa yang telah dilakukan. Pasti wajahnya terlihat seperti orang bodoh saat tertegun hanya karena hal sepele, reflek Thea mengalihkan pandanga

  • Asisten Tuan Angkuh   123. Monokini

    "Huh! Apa dia bilang? Perutku penuh dengan lemak! Memangnya dia pernah melihat perutku--seenaknya saja menghina tanpa bukti." gerutu Thea mendengus kesal,Dengan hati yang terbakar amarah dia berdiri di depan cermin besar, meletakkan tumpukan kain ke atas penyangga kaca. Masih sigap memasang wajah muram karena terus teringat ucapan pria tadi,Sigap dilepasnya dress formal yang melekat demi segera mengenakan salah satu setelan lain. Entah kenapa sekilas muncul senyum cerah di wajah Thea,Tercipta satu tujuan jika dia harus bisa mematahkan hinaan tadi demi menjaga harga diri. Bahkan Thea mulai membayangkan ketika wajah angkuh itu terpesona dengan tubuh indahnya,Doeng!

  • Asisten Tuan Angkuh   122. Mana handukku?

    Meski merasa terpaksa, gadis itu tetap melangkah maju hingga mendapati beberapa pelayan datang dengan meja dorong berisi berbagai macam hidangan.Seketika rasa kesal dalam hati Thea terganti dengan rasa lapar yang mengguncang penduduk di dalam perut. Lengkung bibir itu terukir sempurna seraya membuka jalan bagi pelayan untuk menyelesaikan tugasnya,"Taruh saja disitu. Aku akan menatanya sendiri," celetuk Thea begitu tak sabar mencicipi salah satu makanan yang sangat menggoda hingga membuatnya berulang kali menelan saliva.Beruntung dia masih bisa mempertahankan raut datar demi menjaga citra di hadapan mereka. Perlahan setiap pelayan berbaris dengan kepala tertunduk,"Karena malam masih panjang, apa setelah ini---Nyo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status