Share

03. Pria tua!

"Kalo gitu, mau aku beresin dulu.." seru Manda segera berjalan ke arah kekacauan.

Dengan satu helaan nafas tangannya mulai terulur untuk mengambil satu persatu benda yang tergeletak di atas lantai lalu meletakkannya kembali ke tempat yang tepat.

30 menit kemudian.

Seluruh ruangan terlihat rapi dan kembali bersih sama seperti sebelum kedatangan Thea. Seorang gadis tengah berbaring manja di atas ranjang sambil menikmati tontonan televisi sedangkan di sisi lain terlihat sosok yang telah menyelesaikan riasannya,

"Tara---udah siap!" Berbalik menghadap ke arah Manda demi menunjukkan hasil tangan,

"Coba lihat. Gimana menurutmu?" celetuk Thea perlahan melangkah semakin mendekatkan diri ke samping tempat tidur. 

"Buset, jelek banget!" sontaknya menutup mulut yang sekilas menganga karena terkejut,

Dengan kedua manik membulat sempurna, gadis tadi mengamati setiap inci dari hasil karya polesan yang menempel di wajah Thea.

Begitu takjub melihat alis tebal seperti ulat bulu, dempulan bedak yang begitu menyimpang karena tidak sesuai dengan tone kulit, serta pemilihan warna pada eyeshadow, lipstik, serta pemerah pipi yang terkesan sangat mencolok.

Penampilan sempurna karena ditemani sebuah dress kuno bermotif bunga, juga sedikit tambahan pada rambut keriting yang dipakainya. Semua itu semakin menunjukkan karakter yang ingin Thea perankan,

"Wih. Aku seneng banget, berasa dapet pujian. Karena itu artinya---aku berhasil menyulap seorang dewi cantik, menjadi badut kampung! Iya kan?" tegas Thea antusias,

Tak henti menerbitkan senyum lebar karena perasaan senang yang berbunga dalam hati setelah melihat hasil usahanya. Gadis itu berbalik dan kembali berdiri ke hadapan cermin sambil berlenggak lenggok, sekali lagi menilai penampilan yang melekat pada tubuhnya.

"Halo. Saya Thea," merendahkan suara sambil berlatih dengan logat berbeda.

"Iyuh jijik, aku sampe merinding! Sumpah--jelek banget suaranya.." gerutu Manda meraih bantal empuk demi menutupi kedua telinga,

"Kamu niat banget jadi cewek jelek,"

"Iya dong. Harus gitu! Kita lihat bagaimana ekspresi pria itu, kalo tau calon pasangannya seorang cewek jelek. Hahaha! Aku pasti berhasil menggagalkan perjodohan ini," seru Thea tertawa renyah.

DRT..

DRT..

DRT..

Terbit sebuah dering ponsel yang membuat gadis itu terdiam, reflek melirik benda tipis di atas meja rias. Segera diraihnya lalu mendapati sebuah notif panggilan masuk pada layar yang berasal dari salah satu nama dalam kontak.

"Huft--baru aja selesai make up! Pasti nenek mau ngingetin biar ga terlambat datang.." cicit Thea menghela nafas, segera mengusap layar demi menerima panggilan.

"Halo Nek?"

"Halo Thea! kamu ga lupa kan?" bentak suara wanita dibalik telepon,

"Iya! Thea ga lupa kok. Ini udah siap siap, habis ini mau berangkat.." sahutnya merendahkan suara,

"Yaudah, cepet! Awas kalo terlambat." tegas Barsha sebelum menutup telepon,

"Hhh, dasar cerewet!" protesnya mendengus kesal,

"Siapa---Nenek?" Mengangkat alis sambil memasang raut penasaran,

"Ya, siapa lagi kalo bukan Nenek. Yaudah, aku berangkat dulu ya?" celetuk Thea segera menoleh demi meraih tas gantung miliknya,

"Mau di anterin ke bawah?" tawar Manda hendak melangkah turun dari ranjang,

"Enggak usah, aku bisa sendiri." tolaknya singkat.

"Oh oke! semoga berhasil. Jangan lupa kabarin ya!" Melambaikan tangan,

"Iya tenang aja, nanti langsung aku telpon!" 

Tak lupa gadis itu membawa barang belanjaannya tadi sebelum melangkah keluar. Dengan sigap berjalan hingga memasuki lift untuk sampai ke area basement,

Terdengar satu dering bunyi dari salah satu kendaraan dalam barisan berkat jari yang baru saja menekan tombol pada kunci mobil. Segera Thea menempatkan diri lalu meletakkan semua kantong tadi ke kursi belakang,

Dipasangnya seat belt sebelum memulai perjalan yang akan membawa gadis itu ke sebuah gedung bertingkat.  

"Ayo, kita bertempur!" tegas Thea menyeringai,

Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke hotel Expa. Salah satu hotel bintang lima terkenal, dengan kemegahan serta kemewahan dalam penyajian makanan juga penyediaan fasilitas yang hanya bisa dirasakan oleh orang kelas atas.

"Niat banget sih. Masak cuma acara kek gini pake ketemu di hotel mewah! Mana dihias segala," gumam Thea baru saja melewati lorong,

Kedua sorot mata tengah sibuk menatap lilin juga kelopak bunga yang tersebar di beberapa tempat guna hiasan di sepanjang jalan,

Menuntun langkah Thea hingga memasuki ruangan penuh barisan meja dengan banyak pengunjung bersetelan semi formal. Begitu banyak senyum bertebaran di wajah pasangan lain, 

"Huft. Untungnya ada banyak orang! Kirain bakal berdua doang," pikir Thea menghela nafas lega.

Berusaha berjalan dengan santai dengan raut tak acuh meski mendapat tatapan dari beberapa pengunjung. Segera dia menempati kursi yang terletak cukup dekat dari pintu keluar,

"Aduh. Gara gara dandan kayak gini, semua orang pada ngeliatin. Jangan sampe ada security datang buat ngusir aku. Dilihat dari manapun meski modelnya jelek, tapi ini barang mahal!" Bergumam dalam hati sambil mempertahankan sikap tenang,

Sekilas menatap layar ponsel yang menunjukkan bahwa dirinya berhasil sampai 5 menit lebih awal sebelum waktu pertemuan.

"Mana ya orangnya? Masa sih udah datang duluan," seru Thea perlahan menoleh demi menatap satu persatu pengunjung di tempat itu, namun hanya mendapati meja penuh pasangan.

"Tapi kayaknya yang lain pada bawa pacar. Kalo gitu dia belum datang!"

Tap…

Tap…

Tap…

Terdengar suara langkah kaki yang baru saja masuk ke dalam restoran hotel. Suasana hening dalam ruang membuat gadis itu begitu jelas mendengar langkah kaki tadi,

Reflek menoleh demi mencari asal suara hingga mendapati pria tua dengan setelan mahal tengah menoleh ke segala arah, memasang raut bingung seakan sedang mencari seseorang.

"Wih, hebat juga! udah tua masih bisa main ke tempat kek gini. Mana datang sendiri.." 

"Dia lagi nyari siapa?" pikirnya mulai menoleh sekilas ikut mencari.

"Oh--atau mungkin, dia kesini sama cucunya.." Mengangkat bahu lalu kembali membenarkan posisi,

Namun tak lama kemudian, sorot mata itu kembali mencuri pandang saat kakek tadi menghalangi langkah salah satu pelayan pria yang berjalan melewatinya.

Sekali lagi karena jarak yang cukup dekat, Thea dapat dengan mudah mendengar percakapan mereka berdua.

"Saya mencari, gadis yang memakai baju kuning. Apakah kamu melihatnya?"

"Maaf Tuan. Saya belum melihat gadis dengan baju kuning,"

"Oh, yasudah terima kasih." sahutnya membiarkan pelayan tadi pergi,

Setelah percakapan singkat tadi, tanpa ragu pria itu mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan terlihat tengah menghubungi seseorang.

Entah apa yang membuat pandangan mereka saling bertemu hingga membuat Thea segera mengalihkan muka. "His---gara gara, ga ada kerjaan. Aku malah nguping pembicaraan orang tua!" sontaknya menghentikan diri.

"Tapi kasihan, durhaka banget cucunya! Masak orang tua disuruh nunggu."  

DRT..

DRT...

DRT...

Suara dering mengalihkan sorot mata gadis itu hingga mendapati panggilan lain, "Ngapain nenek nelpon lagi?" pikirnya menggeser ikon hijau pada layar ponsel.

"Halo nek?" sapa Thea lirih,

"Kamu ada dimana!" teriak wanita dibalik telepon.

Suara yang begitu nyaring berhasil memacu hormon adrenalin dalam tubuhnya untuk segera menjauhkan ponsel tadi dari telinga. Tentu saja Thea tidak ingin teriakan nenek merusak gendang telinganya,

"Apaan sih Nek? main teriak teriak aja. Kuping Thea sakit tau! Thea udah sampai kok. Ini lagi nunggu pria yang Nenek maksud,"

"Ga usah bohong. Kamu pasti belum datang!" tegur nenek dengan sangat yakin,

"Loh, gimana sih! Malah ga percaya. Ini Thea beneran udah ada di restoran hotel Expa,"

***Bersambung.

 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status