*****
Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang. "Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya. "Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia sudah menyiapkan afternoon tea special untuk anda." "Oh, aku pasti akan menyukainya." Liam mengikuti langkah sang pelayan, menyusuri lorong penghubung yang dipayungi bunga-bunga cantik. Senyum pria bertubuh tinggi itu mengembang. Lorong Berbunga, pikirnya. "Menurutmu, apakah visual Lorong Berbunga seperti ini, Audrey?" Tanya Liam kepada pelayan yang sudah ia kenal akrab. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu merupakan penggemar berat karya-karya BeastStories. Di setiap kesempatan mereka bertemu, Audrey tidak henti-hentinya memberitahu betapa beruntungnya ia bekerja di mansion ini. "Saya rasa tidak, Mr. Henderson. Lorong Berbunga berada di paling belakang rangkaian Mansion Galbie dalam novel Lost in Love. Di batasi oleh tembok dimana di baliknya terdapat Secret Lake. Sedangkan ini lebih mirip dengan lorong penghubung di Pondok Meranti. Hanya saja, Mrs. Prince memayungi atap lorong ini dengan bunga mawar, yang terinspirasi dari Rose Garden di Mansion Utara, hebat bukan?" Jelas Audrey. Kedua mata hijaunya berkilat kagum sembari memandangi bunga-bunga mawar segar yang hampir menenggelamkan seluruh pondasi bangunan lorong. Warna merah dan kuning mendominasi warna bunga mawar, yang mana itu merupakan warna favorit dari sang Nyonya majikan. Audrey menoleh ke belakang dan kembali berkata dengan antusias, "Aku menantikan buku South Mansion keluar, Mr. Henderson. Andie Galbie pasti akan menjadi main character yang brilliant!" Liam tersenyum, "Aku minta maaf Audrey, aku tidak mempunyai spoiler untuk dibagi." Audrey mengibaskan telapaknya, tertawa kecil. "Tidak mengapa, Mr. Henderson. Saya tidak menyukai spoiler! Unsur kejutannya akan berkurang jika kita mengetahui bocoran cerita terlebih dahulu." Di sisa perjalanan berikutnya, mereka habiskan dalam keheningan. Langkah-langkah mereka kini sudah memasuki area taman belakang di sebelah barat, dimana pagar kayu dengan sebuah gerbang menyapa penglihatan keduanya. Dari lorong penghubung, Audrey menuntun Liam melewati jembatan kecil yang melintasi kolam ikan di hamparan luas taman belakang. Baru setelah berjalan kira-kira sembilan langkah dari jembatan, mereka tiba di gerbang belakang. "Silahkan, Mr. Henderson," Audrey membungkuk sopan. Liam mengangguk, tangannya meraih pegangan gerbang lalu mendorongnya ke depan. Sebuah padang berumput nan luas menyambut pandangannya. Begitu hijau dan asri. Tiada bangunan apapun, hanya lahan kosong berbukit yang ditumbuhi rumput dan bunga liar. Satu pohon besar tumbuh tak jauh di sisi kanan gerbang. Kesanalah, ia menuju. Ke seorang wanita yang telah menggenggam hatinya. ***** Katakanlah Liam bodoh, ia tak akan perduli. Di saat banyak wanita mengejarnya, ingin memberikan seutuh raga mereka, namun Liam lebih memilih menjadi yang dirahasiakan. Pantaskah ia disebut sebagai pria simpanan? Sudah tiga tahun ia memendam rasa dan bara untuk wanita yang sekarang berada di bawah kungkungan tubuhnya. Pasrah dengan cumbuan intens yang ia layangkan pada bibir mungilnya. "Aku mencintaimu, AyaBeast," bisik Liam. Napasnya yang berat berhembus menerpa leher jenjang wanita itu. "Lalu, kenapa berhenti menciumku?" Kalimat itu bagaikan sihir, bibir Liam kembali memagut bibir Aya. Menyalurkan segala rasa untuk dibagi. Liam tahu cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia hanya dijadikan pelarian dalam rumah tangga palsu yang Aya lakoni. Ia tak perduli, asalkan bisa sedekat ini, ia rela. Lagipula seandainya cintanya berbalas, untuk mewujudkan kisah mereka sendiri pun terasa hampir mustahil. Banyak yang akan dikorbankan, terutama di pihak Aya. Dan Liam tahu, Aya tidak akan mau menukar impiannya demi romansa picisan. "Liam, aku sudah berhubungan badan dengan Beau!" Napas Aya terengah, ia selalu kewalahan jika Liam sudah mengajaknya berciuman. Pria itu akan menahan bibirnya selama mungkin. Kalimat yang terucap dari bibir wanita kesayangannya, seolah menjadi peringatan mematikan di telinga Liam. Jantungnya seakan berhenti sesaat. "Kontrak sialan itu melarang kalian bersetubuh, Aya!" Suara Liam bergetar menahan tangis. Ia seorang pria dan ia tidak akan menjadi selemah itu hanya karena wanitanya tidur dengan pria lain. "Oh Liam, maafkan aku. Semuanya terjadi begitu saja dan..." Liam membungkam bibir Aya kembali dengan ciuman panjang. Ia tidak mau mendengar alasan apapun yang akan semakin menyayat hatinya. "Dan aku mengajukan gugatan perceraian!" Sambung Aya. Ia mendorong paksa tubuh Liam untuk bangun dari tubuhnya. Aya bangkit dari baringnya dan terduduk dengan napas yang masih terengah. Sekujur tubuhnya meremang akibat ciuman dahsyat yang Liam gencarkan. Aya menoleh ketika tidak mendapati reaksi apapun dari Liam. Pria bermata hazel itu hanya memandangnya dalam kebisuan. Aneh! Seharusnya Liam senang, bukankah ini yang ia tunggu? Aya meraih dagu Liam, memberinya kecupan-kecupan kecil hingga sampai di pangkal leher. Jemari tangan kanan Aya menelusup masuk di antara kancing kemeja. Membelai perut Liam, memutar-mutar sebentar sebelum kembali menelusur ke atas, ke area dada pria itu. Ia berhenti di bagian kiri dan meremasnya gemas. Liam mendesis, menghentikan gerakan tangan nakal Aya dan membawanya keluar. "Kau tidak boleh menggugat cerai Beau, Aya. Tidak sekarang!" Kecup Liam pada si tangan nakal. Aya mengernyit, ia memandang wajah Liam lekat-lekat, "Kenapa? Bukankah kau bilang mencintaiku dan menunggu jandaku untuk bisa menikahiku?" Liam beralih mengecup kedua kelopak mata Aya secara bergantian, Aya terpejam menerima perlakuan lembut Liam. "Kau tahu aku menantikan saat-saat itu, sayang," bisik Liam, ia pun kembali membawa Aya dalam sebuah ciuman. "Lalu katakan alasannya, kenapa aku tidak boleh menggugat cerai Beau?" Aya memutus ciuman mereka, bisa-bisa bibirnya bengkak karena terus-terusan disesap. Liam tersenyum teduh, ia tidak menjawab dan memilih untuk kembali menarik tubuh mungil Aya ke dalam dekapan. Melingkupi tubuh beraroma lemon segar itu dengan lengannya yang kokoh sembari memberi kecupan-kecupan sayang di pucuk kepala Aya. Aya menerima perlakuan Liam dengan menyandarkan kepalanya di dada, kedua matanya terpejam dan hidungnya mendusel, menghirum dalam-dalam aroma mint yang membuat Aya menggigit bibir bawahnya. Sebuah friksi menyenangkan merayapi punggung. "Aku mencintainya, Liam. Tapi, dia tidak pernah menganggapku ada. Cinta Beau hanya tertuju pada Daphne seorang. Sedangkan kau, kau selalu ada untukku, meskipun aku hanya memanfaatkanmu. Aku tidak ingin seperti Beau, mensia-siakan orang yang tulus yang selalu berjuang untukku. Itulah kenapa aku ingin menyudahi kontrak nikah ini, lagipula Daphne juga kelihatannya sudah luluh. Jadi, kumohon ijinkan aku belajar mencintaimu." ***** Beau menunggu di gazebo yang terletak di tengah kolam, dengan emosi tertahan. Sejak peristiwa di meja makan, ia menghilang selama dua minggu, menginap di apartemen milik Daphne atau bisa dikatakan apartemen miliknya yang ia berikan secara cuma-cuma untuk sang mantan. Beau berusaha menghindar dari Aya dan pengacaranya. Jujur, ia belum siap bercerai dari wanita itu. Alasan utamanya, tentu saja reputasi perusahaan. Daphne Westwood mendapat banyak cibiran di kalangan bangsawan Inggris karena reputasi ayahnya dan perilaku angkuhnya sendiri. PrincePages yang dulu nyaris bangkrut, salah satu faktornya adalah Daphne. Wanita itu sangat boros dan penganut hedonisme. Walaupun banyak teman-temannya mengingatkan, tapi apa daya jika seorang manusia telah dibutakan oleh cinta? Dan AyaBeast telah menyelamatkan reputasi perusahaan dengan novel-novelnya. Ia bersama Allyson dan Rengganis begitu mudahnya mendapatkan kepercayaan dari klien ketimbang dirinya dan Henry yang bahkan sudah bertahun-tahun berkecimpung di bidang penerbitan. Hanya dalam kurun waktu empat tahun lebih, PrincePages bangkit dengan pondasi lebih kokoh. Beau tidak ingin Daphne kembali mengacaukan perusahaannya. Beau tidak ingin kehilangan kepercayaan klien jika mereka tahu Aya tidak lagi menyandang nama belakangnya. Ia harus mempertahankan Aya, walaupun seharusnya perjanjian kontrak nikah bisa dikatakan selesai karena sudah memenuhi target utama, yaitu mendapatkan kembali cinta Daphne. "Sialan! Kalian ngapain di sana?" Gerutu Beau. Ia diberitahu oleh Audrey jika istrinya sedang menerima Liam sebagai tamu di lahan kosong. Kecemburuan pun langsung menyelubungi, padahal hubungan Aya dan Liam bukanlah suatu rahasia baginya, mungkin iya bagi orang lain. Justru ia sendiri yang menyarankan Liam untuk mendekati Aya. Beau tidak ingin Aya mengharapkan perasaannya dan terjebak di dalam prinsipnya tentang sebuah pernikahan. Ia ingin Aya juga mempunyai cinta lain dan menganggap pernikahan mereka sebagai perjanjian bisnis. Namun, malam itu membuat Beau sadar jika Aya adalah wanita istimewa. Ikrarnya bukan sekedar bualan. Aya benar-benar menjaga kesuciannya di saat ia tengah menjalin hubungan rahasia dengan Liam. Aya berprinsip, jika hanya suami sahnya yang boleh merubah status kesuciannya. Beau segera melangkah keluar dari gazebo ketika terlihat pergerakan dari arah gerbang. Malam telah turun, kelam telah menyapa. Tapi cahaya rembulan yang penuh dan kerlip bintang mampu memberi bantuan sinar pada lampu-lampu temaram yang tersebar di setiap sudut taman. Sebuah lentera muncul dari balik gerbang, disusul seorang wanita anggun yang terbalut dress berwarna maroon. Beau mengembangkan senyumnya, selama ini ia tidak pernah benar-benar mengamati wajah sang istri. Seperti biasa, kacamata bertengger di hidung bangirnya, menyembunyikan kelereng kelam di balik bingkai. Kulit sawo matangnya yang eksotis semakin memukau di bawah temaram sinar. Rambut panjangnya selalu ia ikat, tidak pernah ia gerai, kecuali sehabis keramas. "Lima tahun lebih kita saling mengenal, empat tahun kita berada dalam satu atap, kenapa baru hari ini aku melihatmu seutuhnya, Beast?" Lirih Beau. AyaBeast masih berdiri di depan gerbang yang sedikit terbuka. Senyumnya masih sama, terlihat ceria. Satu tangannya terulur dan yang terjadi berikutnya membuat jantung Beau berdetak menyakitkan. Ia lupa jika Aya mempunyai Liam sebagai kekasih rahasia. *****------Tangis pertama bayi itu baru saja pecah. Namun euforia kelahiran di Rumah Sakit St. Helena, Manchester, berubah menjadi badai lain ketika rombongan media mulai membanjiri gerbang utama. Kilatan kamera, mikrofon yang saling bertubrukan, hingga teriakan nama "Aya Prince!" bergema hingga ke dalam ruang tunggu lantai dua. Padahal pihak Prince sudah berusaha mengantisipasi segalanya, termasuk merahasiakan rumah sakit rujukan untuk persalinan Aya. Namun, kekacauan tetap tak terelakkan.Para jurnalis mode, gosip, bahkan kontributor politik pun berkumpul seperti semut menyerbu madu. Ini bukan kelahiran biasa. Ini adalah bayi dari Aya Prince -penulis ternama dan istri dari pewaris konglomerat penerbitan terbesar di Inggris, Beau Prince.Salah satu paparazzi berhasil menyusup ke lorong steril sayap timur. Alarm keamanan pun meraung sebentar sebelum pria itu tersungkur ditangkap oleh salah satu bodyguard berseragam hitam. Wiwid, adik kandung Aya, yang selama ini menjaga langsung dari jara
-----[Aya akan keluar hari ini, mengunjungi makam Raya. Lusa, ia dijadwalkan masuk rumah sakit untuk persalinan.][Sudah kubilang, selama aku mengandung, jangan menghubungiku! Howard Prince menempatkan banyak pengawal untuk mengawasi gerak-gerikku!]Dua pesan dari Daphne membuat Liam frustasi. Segala rencana yang tersusun matang selama hampir tujuh tahun terancam gagal. Semua dikarenakan Beau Prince yang ingkar dari perjanjian mereka. Pria itu muncul di Mansion Henderson bersama Howard Prince, menawarkan sebuah kompensasi. Parahnya, George Henderson -ayahnya sendiri, juga turut andil dalam konspirasi ini. Mereka ingin menekannya, menyingkirkannya secara perlahan.Dan seolah itu belum cukup, Liam harus menghadapi konfrontasi dari keluarga Rodney dan Welsh.Fakta terbaru yang mencuat ke permukaan pun makin memperburuk posisinya. Ternyata, Aya dan Wiwid adalah keturunan langsung Yasser -melalui garis Yosef, remaja tiga belas tahun yang jasadnya "Apa aku harus menyerah?"Liam mengembusk
-----Tatapan Rengganis menusuk pria yang duduk angkuh di sofa ruang tengah. Penuh dendam, penuh luka lama yang belum kering. Insiden nyaris tabrakan di mulut terowongan masih membekas. Seperti tragedi Lady Di, trauma itu masih menghantui Rengganis. Rata-rata paparazzi itu gila, begitu terobsesi untuk mendapatkan berita, secara ilegal.Daniel King. Beberapa tahun ke belakang begitu terobsesi oleh popularitas BeastStories, menguntitnya tanpa henti demi mendapatkan aib sang penulis. Rengganis berada satu mobil dengan Aya bersama Logan dan seorang bodyguard yang duduk di depan saat kejar-kejaran itu terjadi. Kendaraan mereka nyaris bertabrakan dengan mobil lain yang melaju dari arah berlawanan. Tepat di mulut terowongan, sang bodyguard mengambil tindakan tiba-tiba yang cukup beresiko, namun mampu menyelamatkan mereka dari kejaran King. Seperti adegan film laga, sang bodyguard menjulurkan tubuhnya dari jendela, lalu melepaskan tembakan dingin ke arah ban mobil Daniel. Dentuman ban pecah d
-----Elizabeth berjalan tanpa alas kaki, waktu itu malam sudah lewat, dan hanya lampu temaram dari dapur yang menyala samar. Ia hendak mengambil air minum karena Rebecca tidak menyediakan teko air di kamarnya. Di tengah malam seperti ini, dahaga sering menyergap.Ia tahu Rebecca menjaga Arsa malam ini -dan Elizabeth turut menemani mereka. Itu bukan suatu kebetulan. Rebecca sendiri yang mengusulkan agar mereka tidur bertiga, menjaga Arsa."Aku ingin kau mempunyai sedikit privasi dengan Wiwid malam ini, Nis. Jadi, biarkan kami menjaga Arsa," katanya manis.Tapi Elizabeth tahu maksud di balik ucapannya, Rebecca ingin merebut simpati Wiwid melalui Rengganis, sang istri kedua. Sepertinya status persahabatan mereka tidak lagi berlaku, mengingat mereka sekarang saling bersaing dalam diam.Ia pun terpaksa setuju. Elizabeth tidak ingin Wiwid menilainya buruk. Pria itu ingin ketiga istrinya rukun. Baiklah, Elizabeth akan memenuhi keinginan Wiwid. Ini semata-mata karena ia tidak akan sanggup ke
-----"Arsa di mana?"Wiwid bertanya saat melihat Rengganis baru saja menutup pintu kamar dan mengunci dari dalam. Wanita itu menoleh, tersenyum samar. Ada lelah yang tak bisa disembunyikan dari wajahnya."Ia bersama Rebecca malam ini," bisiknya sambil menanggalkan bajunya perlahan. "Agar kita bisa menebus waktu yang terlewat."Wiwid tersenyum, hatinya menghangat. Percakapannya tempo hari dengan Rebecca ternyata membuahkan hasil. Ia menasehati wanita itu untuk lebih merendah mengingat posisinya sebagai istri ketiga. Bukan karena apa-apa, tapi Wiwid menginginkan ketiga istrinya rukun. Dan harus ada satu orang yang mau menurunkan egonya. Wiwid tahu sifat Rengganis yang cemburuan dan sedikit keras kepala tapi rela melakukan apa pun jika ia merasa nyaman dengan seseorang. Sedangkan, Elizabeth, ia mempunyai banyak kesibukan selain menjaga Daniyah. Elizabeth tidak akan mau menuruti perintah siapa pun kecuali dirinya, jadi Elizabeth akan menjadi urusannya."Ini yang kuinginkan dari kalian, t
"Mbak, kau tidak mendengarkanku!"Aya termenung, mengabaikan rajukan Wiwid. Ia mengamati bagaimana sibuknya para tukang kebun merawat taman belakang Mansion. Pandangan matanya sendu, ada gundah yang menggelayuti. Wiwid dengan mudahnya mampu menangkap keresahan itu. Ia sudah terbiasa mengamati gerak-gerik sang Kakak. Ini yang Ayahnya pesan, "Awasi Kakakmu dan pastikan keamanannya!"Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?"Aku mendengarkanmu, ipar! Dan aku akan membantumu!"Wiwid menoleh, ke arah Beau yang sudah mengambil duduk di seberang mereka setelah pria itu menuangkan wine ke gelasnya. Sepagi ini, dan ia berniat untuk mabuk? Tidakkah ia sadar jika istrinya sedang mengandung?"Aku membutuhkan ini, Ipar! Jangan mengkritikku! W telah membuatku gila!" Beau menegak habis setengah gelas sebelum pandangannya beralih ke arah iparnya. Tersenyum miring seolah mencemooh.Wiwid membenci senyum itu. Seolah ia telah lama menunggu momen seperti ini, momen dimana Wiwid membutuhkan bantuan dan hany