Home / Romansa / Asmara di Atas Ranjang / Aya Prince & the Beast

Share

Aya Prince & the Beast

Author: 9inestories
last update Huling Na-update: 2025-01-24 11:54:39

*****

(Satu jam setelah rapat usai)

"Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya.

Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja.

"Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya.

Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul untuk jilid pertama. Darkside didapuk menjadi cerita oneshoot pembuka dengan Lily sebagai penutup.

"Hentikan pekerjaanmu sekarang! Bercintalah denganku!" Beau mencumbu leher Beast yang sengaja mendongak untuknya. Jemari kokoh Beau sibuk melucuti piyama Beast.

"Bukankah kau sedang rapat? Kudengar istrimu juga ikut serta!" Kedua mata Beast terpejam, tubuhnya didorong pelan agar terbaring di ranjang.

"Diamlah, Beast!" Beau mengabaikan seringai meremehkan Beast. Keinginannya hanya satu, mengulang kembali adegan-adegan panas percintaan mereka semalam.

"Kau hanya membayarku untuk menulis Beau, ini sudah menyalahi kontrak yang kautawarkan!" Ia mendesis merasakan sesuatu memasuki tubuhnya.

"Berapa persen saham yang kau inginkan?" Tatap Beau nyalang, ia mulai menggerakan pinggulnya.

Kedua tangan Beast mencengkeram lengan Beau, melampiaskan rasa nikmat yang mulai merayap. "Kau tahu aku menginginkanmu, Beau. Beri hubungan kita sebuah kesempatan. Aku mencintaimu."

Beast mengorek memori, kapan pertama kali jantungnya berdebar untuk Beau Prince. Apakah kemaren malam saat ia merelakan tubuhnya untuk diperawani sang CEO? Bukankah kali pertama bagi seorang wanita akan memiliki kesan spesial bagi mereka? Atau cinta itu mulai tumbuh seiring berjalannya kontrak kerjasama mereka? Bukan! Sepertinya rasa cinta telah hadir pada masa jauh di belakang. Ketika mereka datang menawarkan padanya sebuah kontrak kerjasama untuk dua novelnya. Ah! Beast mengingatnya! Ia sudah terpesona oleh ketampanan Beau sejak video skandal perkelahian Beau dengan seorang paparazzi tersiar di stasiun swasta Indonesia. Sang adik bahkan meledeknya, "Dia bukan Sebastian Stan, mbak. Dan kau bukan penggemar berat MCU!"

"Kau tahu aku tak bisa Beast! Aku mencintai orang lain." Ragu Beau.

Namun sepertinya Beast tidak menangkap sirat keraguan tersebut, ia menatap Beau sendu. Gerakannya yang semula menyambut gerakan bersemangat Beau yang menghentak tubuhnya, terhenti. Beast membiarkan Beau bekerja sendiri untuk menggapai kenikmatan. Ia justru terbuai dalam rasa patah hati yang selalu setia menemani. Ia sadar ia terlalu bodoh dengan berharap lebih dari kontrak kerjasama yang ia tanda tangani empat tahun silam. Tidak akan ada kisah cinderella yang akan menjelma dalam kehidupannya. Hanya kontrak laknat dengan aturan mengikat.

"Jangan merusak moodku, Beast! Bergeraklah mengiringiku!"

Perasaan sang novelis terhadap dirinya, bukannya Beau tidak tahu, ia hanya tidak mau tahu. Ia mencintai orang lain dan baginya wanita di bawahnya ini tidak lebih dari seorang partner bisnis, yang kebetulan sejak kemaren berperan ganda sebagai partner ranjang.

Kontrak tetaplah kontrak yang harus dipatuhi dengan segala konsekuensinya jika dilanggar. Beast tak bisa menampik. Inilah konsekuensi yang ia dapat dari keberaniannya menandatangani kontrak tambahan selain kontrak kerja. Meskipun hatinya berkata jika ia bukan hanya mencintai tubuh sang CEO, tapi bisa apa jika Beau telah menentukan batas?

"Teknik apalagi yang bisa kautawarkan?"

*****

(Sabtu; pukul sembilan pagi)

Beau memasuki ruang makan dengan penampilan kusut. Ia mendapati tiga pasang mata yang menatapnya penuh intimidasi. Sedangkan sang istri seolah tak perduli. Aya Prince menyantap menu paginya dengan khidmat.

"Pagi, semuanya!" Sapanya yang tak mendapat respon dari satu pun penghuni ruang makan. Beau tidak perduli, ia berjalan terhuyung menuju tempat sang istri duduk.

Aya mengambil duduk di samping Rengganis, di depan pasangan Star; Allyson dan Henry. Gerakan tangannya -yang berkecimpung dengan garpu dan pisau- terhenti ketika merasakan pergerakan tubuh sang suami yang melingkupi tubuhnya, terselip di antara dua kursi. Beau meraih dagu Aya lalu mencium bibirnya.

"Hmmm, manis. Aku selalu menyukai bibir mungil ini," racau Beau. Aya tidak menanggapi, ia membiarkan bibirnya dilumat sang suami tanpa mau membalas.

"Selamat pagi, sayang," sapa Beau setelahnya. Ia kembali menarik tubuhnya yang sedikit terjepit kemudian beranjak ke kursi tengah untuk mendudukan pantatnya. Beau melambaikan tangan pada salah satu pelayan yang berdiri di pojok, memberi pelayan itu isyarat untuk menyediakan air minum.

"Kau meninggalkan rapat Beau dan tak bisa dihubungi beberapa hari setelahnya!" Cerca Henry setelah Beau menegak habis minumannya. Pria itu sepertinya mabuk. Kedua matanya tidak fokus.

Beau terkekeh kecil, "Untuk itulah aku membutuhkanmu dan Ally. Aku tidak akan bisa hidup tanpa kalian!"

"Daphne mencarimu semalam, kau meninggalkan ponselmu di apartemennya!" Giliran Allyson, sahabat kentalnya itu terlihat berang.

Beau melirik Aya, wanita itu hanya terdiam, berusaha untuk tidak perduli. "Ya, aku menginap di apatemennya dua hari sepulang dari rapat, kemudian pergi ke club."

Suasana hening. Dentingan sendok, garpu atau pisau yang membentur piring-piring senyap. Beau memperhatikan Aya. Ia berpaling ke arahnya dengan sorot luka, membuat hati Beau merasa tidak nyaman. Perselingkuhan dalam rumah tangga mereka bukanlah hal yang baru. Tapi Beau tahu, istrinya sangat mencintainya dan membiarkan Beau menyelami kegilaannya tanpa mengeluh.

"Ayo kita bercerai!"

Beau tersedak ludahnya sendiri. Sedangkan ketiga lainnya tak kalah terkejut. Mereka sama-sama menatap serius Aya yang sudah berkaca-kaca.

"Kontrak nikah kita bisa dikatakan berakhir kan? Mengingat kau sudah terlalu sering menidurinya? Aku membaca pesan darinya di ponselmu saat kau tertidur setelah aktifitas ranjang kita, selasa lalu!"

Rengganis yang sedari tadi terdiam memandang Aya lekat, "Tunggu! Apa maksudmu, Ya?"

"Aku telah mempersembahkan kesucianku untuknya, Nis! Kami bahkan sudah bercinta dua kali. Sebelum rapat berlangsung dan sesudah rapat berakhir!" Rahang Beau mengeras. Kedua mata besar Aya menantang elang birunya.

"Tapi, jangan khawatir. Beau Prince bersedia membayar pinalti. Ia akan membayar tubuh ini dengan tambahan persentase saham."

Sarkasme yang terlempar terdengar menyedihkan di telinga setiap yang mendengar. Mereka, yang berada di ruang makan hanya terdiam membisu. Kontrak pernikahan yang dijalani Beau dan Aya bukanlah suatu rahasia bagi mereka. Mereka mengetahuinya dan sempat mengutuk perjanjian laknat tersebut. Tapi, rasa cinta Beau terhadap Daphne dan ambisi Aya akan impian megahnya telah membutakan nalar dan logika keduanya.

Allyson mendorong kursi ke belakang, ia berdiri dan menatap Beau. "Aku kecewa padamu Beau, untuk kesekian kalinya! Perlu kau ketahui, rasa kecewaku suatu saat ada batasnya!" Wanita itu lalu pergi tanpa menghabiskan sarapannya.

Sedangkan Henry dan Rengganis memilih untuk diam. Mereka masih bertahan demi Aya. Mereka hanya akan pergi jikalau wanita itu memutuskan untuk pergi. Tiada yang memihak Beau sekarang, tidak juga kedua sahabatnya yang telah berdiri bersamanya saat semua menyerah.

Beau sadar telah mengecewakan semua orang. Mereka mengharapkan arah yang berbeda pada keberlangsungan pernikahan kontrak antara dirinya dengan Aya, demi kebaikan perusahaan. Aya sudah berjuang bersama mereka selama lima tahun, menyumbang nyawa untuk kebangkitan PrincePages yang nyaris bangkrut. Tanpa kegigihan dari Rengganis dan kesediaan Aya, PrincePages tidak akan mungkin pulih atau bahkan menjadi semakin besar seperti sekarang. Apalagi alasan untuk memberi pernikahan mereka satu kesempatan?

"Tepati saja janjimu, Mr. Prince. Adik dan pengacaraku yang akan mengurus semuanya. Aku jamin, bulan depan kau sudah bisa menikahi Daphne kembali!"

Aya bangkit di tengah keheningan yang memekakan hati. Ia menyeka airmatanya yang sudah menetes dengan kasar. "Aku sudah selesai!" Ucapnya dingin.

Aya hendak melangkah keluar tapi Beau menahan tangannya. "Beast ..." melasnya.

"Namaku adalah Aya! Beast hanya tercantum dalam sampul novel fiksi romansa, tidak lebih dari itu dan tidak nyata! Ingatlah itu mulai sekarang, Mr. Prince!"

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Asmara di Atas Ranjang   Lahirnya Sebuah Ancaman

    ------Tangis pertama bayi itu baru saja pecah. Namun euforia kelahiran di Rumah Sakit St. Helena, Manchester, berubah menjadi badai lain ketika rombongan media mulai membanjiri gerbang utama. Kilatan kamera, mikrofon yang saling bertubrukan, hingga teriakan nama "Aya Prince!" bergema hingga ke dalam ruang tunggu lantai dua. Padahal pihak Prince sudah berusaha mengantisipasi segalanya, termasuk merahasiakan rumah sakit rujukan untuk persalinan Aya. Namun, kekacauan tetap tak terelakkan.Para jurnalis mode, gosip, bahkan kontributor politik pun berkumpul seperti semut menyerbu madu. Ini bukan kelahiran biasa. Ini adalah bayi dari Aya Prince -penulis ternama dan istri dari pewaris konglomerat penerbitan terbesar di Inggris, Beau Prince.Salah satu paparazzi berhasil menyusup ke lorong steril sayap timur. Alarm keamanan pun meraung sebentar sebelum pria itu tersungkur ditangkap oleh salah satu bodyguard berseragam hitam. Wiwid, adik kandung Aya, yang selama ini menjaga langsung dari jara

  • Asmara di Atas Ranjang   Obsesi, Cinta dan Kerinduan

    -----[Aya akan keluar hari ini, mengunjungi makam Raya. Lusa, ia dijadwalkan masuk rumah sakit untuk persalinan.][Sudah kubilang, selama aku mengandung, jangan menghubungiku! Howard Prince menempatkan banyak pengawal untuk mengawasi gerak-gerikku!]Dua pesan dari Daphne membuat Liam frustasi. Segala rencana yang tersusun matang selama hampir tujuh tahun terancam gagal. Semua dikarenakan Beau Prince yang ingkar dari perjanjian mereka. Pria itu muncul di Mansion Henderson bersama Howard Prince, menawarkan sebuah kompensasi. Parahnya, George Henderson -ayahnya sendiri, juga turut andil dalam konspirasi ini. Mereka ingin menekannya, menyingkirkannya secara perlahan.Dan seolah itu belum cukup, Liam harus menghadapi konfrontasi dari keluarga Rodney dan Welsh.Fakta terbaru yang mencuat ke permukaan pun makin memperburuk posisinya. Ternyata, Aya dan Wiwid adalah keturunan langsung Yasser -melalui garis Yosef, remaja tiga belas tahun yang jasadnya "Apa aku harus menyerah?"Liam mengembusk

  • Asmara di Atas Ranjang   Tiga Ratu, Satu Tahta

    -----Tatapan Rengganis menusuk pria yang duduk angkuh di sofa ruang tengah. Penuh dendam, penuh luka lama yang belum kering. Insiden nyaris tabrakan di mulut terowongan masih membekas. Seperti tragedi Lady Di, trauma itu masih menghantui Rengganis. Rata-rata paparazzi itu gila, begitu terobsesi untuk mendapatkan berita, secara ilegal.Daniel King. Beberapa tahun ke belakang begitu terobsesi oleh popularitas BeastStories, menguntitnya tanpa henti demi mendapatkan aib sang penulis. Rengganis berada satu mobil dengan Aya bersama Logan dan seorang bodyguard yang duduk di depan saat kejar-kejaran itu terjadi. Kendaraan mereka nyaris bertabrakan dengan mobil lain yang melaju dari arah berlawanan. Tepat di mulut terowongan, sang bodyguard mengambil tindakan tiba-tiba yang cukup beresiko, namun mampu menyelamatkan mereka dari kejaran King. Seperti adegan film laga, sang bodyguard menjulurkan tubuhnya dari jendela, lalu melepaskan tembakan dingin ke arah ban mobil Daniel. Dentuman ban pecah d

  • Asmara di Atas Ranjang   Dapur Yang Tak Pernah Tidur

    -----Elizabeth berjalan tanpa alas kaki, waktu itu malam sudah lewat, dan hanya lampu temaram dari dapur yang menyala samar. Ia hendak mengambil air minum karena Rebecca tidak menyediakan teko air di kamarnya. Di tengah malam seperti ini, dahaga sering menyergap.Ia tahu Rebecca menjaga Arsa malam ini -dan Elizabeth turut menemani mereka. Itu bukan suatu kebetulan. Rebecca sendiri yang mengusulkan agar mereka tidur bertiga, menjaga Arsa."Aku ingin kau mempunyai sedikit privasi dengan Wiwid malam ini, Nis. Jadi, biarkan kami menjaga Arsa," katanya manis.Tapi Elizabeth tahu maksud di balik ucapannya, Rebecca ingin merebut simpati Wiwid melalui Rengganis, sang istri kedua. Sepertinya status persahabatan mereka tidak lagi berlaku, mengingat mereka sekarang saling bersaing dalam diam.Ia pun terpaksa setuju. Elizabeth tidak ingin Wiwid menilainya buruk. Pria itu ingin ketiga istrinya rukun. Baiklah, Elizabeth akan memenuhi keinginan Wiwid. Ini semata-mata karena ia tidak akan sanggup ke

  • Asmara di Atas Ranjang   Tubuh Yang Tersimpan Untuk Cinta

    -----"Arsa di mana?"Wiwid bertanya saat melihat Rengganis baru saja menutup pintu kamar dan mengunci dari dalam. Wanita itu menoleh, tersenyum samar. Ada lelah yang tak bisa disembunyikan dari wajahnya."Ia bersama Rebecca malam ini," bisiknya sambil menanggalkan bajunya perlahan. "Agar kita bisa menebus waktu yang terlewat."Wiwid tersenyum, hatinya menghangat. Percakapannya tempo hari dengan Rebecca ternyata membuahkan hasil. Ia menasehati wanita itu untuk lebih merendah mengingat posisinya sebagai istri ketiga. Bukan karena apa-apa, tapi Wiwid menginginkan ketiga istrinya rukun. Dan harus ada satu orang yang mau menurunkan egonya. Wiwid tahu sifat Rengganis yang cemburuan dan sedikit keras kepala tapi rela melakukan apa pun jika ia merasa nyaman dengan seseorang. Sedangkan, Elizabeth, ia mempunyai banyak kesibukan selain menjaga Daniyah. Elizabeth tidak akan mau menuruti perintah siapa pun kecuali dirinya, jadi Elizabeth akan menjadi urusannya."Ini yang kuinginkan dari kalian, t

  • Asmara di Atas Ranjang   Ipar, Anak dan Surat Ancaman

    "Mbak, kau tidak mendengarkanku!"Aya termenung, mengabaikan rajukan Wiwid. Ia mengamati bagaimana sibuknya para tukang kebun merawat taman belakang Mansion. Pandangan matanya sendu, ada gundah yang menggelayuti. Wiwid dengan mudahnya mampu menangkap keresahan itu. Ia sudah terbiasa mengamati gerak-gerik sang Kakak. Ini yang Ayahnya pesan, "Awasi Kakakmu dan pastikan keamanannya!"Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?"Aku mendengarkanmu, ipar! Dan aku akan membantumu!"Wiwid menoleh, ke arah Beau yang sudah mengambil duduk di seberang mereka setelah pria itu menuangkan wine ke gelasnya. Sepagi ini, dan ia berniat untuk mabuk? Tidakkah ia sadar jika istrinya sedang mengandung?"Aku membutuhkan ini, Ipar! Jangan mengkritikku! W telah membuatku gila!" Beau menegak habis setengah gelas sebelum pandangannya beralih ke arah iparnya. Tersenyum miring seolah mencemooh.Wiwid membenci senyum itu. Seolah ia telah lama menunggu momen seperti ini, momen dimana Wiwid membutuhkan bantuan dan hany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status