Compartilhar

Bab 52 Menyerah

Autor: Fei Adhista
last update Última atualização: 2025-09-26 23:00:16

Lampu minyak temaram berkelip di sepanjang lorong rumah hiburan itu. Raras melangkah hati-hati, menyembunyikan wajahnya di balik kerudung lusuh. Sesekali ia pura-pura kikuk, sengaja menabrak kursi atau tersandung tikar yang tergulung.

Seorang pelayan menatap curiga, namun Raras segera menunduk.

“Aduh, maaf… saya… saya ini cuma cari hiburan. Katanya di sini bisa… ehm… bisa minum air jahe yang enak,” ujarnya dengan suara dibuat lugu.

Pelayan hanya mendengus lalu mengibaskan tangan, membiarkan Raras berjalan lebih jauh.

Saat itulah, dari balik tirai sutra berwarna merah marun, seorang wanita muncul. Wajahnya cantik, namun tatapannya menusuk. Gaun sederhana yang ia kenakan justru memancarkan wibawa yang tak bisa disembunyikan. Itulah Arum.

Arum menatap lurus, senyum samar terukir.

“Lucu sekali… seorang istri Rakai menyusup ke tempat ini dengan gaya lugu.”

Raras tersentak, jantungnya serasa jatuh ke perut. Namun ia cepat-cepat menempelkan senyum konyol.

“Waaah… ketahuan ya? Tapi jangan bil
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 52 Menyerah

    Lampu minyak temaram berkelip di sepanjang lorong rumah hiburan itu. Raras melangkah hati-hati, menyembunyikan wajahnya di balik kerudung lusuh. Sesekali ia pura-pura kikuk, sengaja menabrak kursi atau tersandung tikar yang tergulung.Seorang pelayan menatap curiga, namun Raras segera menunduk.“Aduh, maaf… saya… saya ini cuma cari hiburan. Katanya di sini bisa… ehm… bisa minum air jahe yang enak,” ujarnya dengan suara dibuat lugu.Pelayan hanya mendengus lalu mengibaskan tangan, membiarkan Raras berjalan lebih jauh.Saat itulah, dari balik tirai sutra berwarna merah marun, seorang wanita muncul. Wajahnya cantik, namun tatapannya menusuk. Gaun sederhana yang ia kenakan justru memancarkan wibawa yang tak bisa disembunyikan. Itulah Arum.Arum menatap lurus, senyum samar terukir.“Lucu sekali… seorang istri Rakai menyusup ke tempat ini dengan gaya lugu.”Raras tersentak, jantungnya serasa jatuh ke perut. Namun ia cepat-cepat menempelkan senyum konyol.“Waaah… ketahuan ya? Tapi jangan bil

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 51 Mencari Arum

    Di kamar sederhana yang disediakan untuk mereka, Alin menutup pintu rapat-rapat. Wajahnya menegang, suaranya diturunkan hingga menjadi bisikan.“Gusti, hati-hati. Arum itu orang berpengaruh di Pasren. Apa pun yang keluar dari bibirnya bisa menggerakkan banyak orang. Bahkan prajurit pun segan padanya.”Raras hanya mengedip nakal. “Oh, jadi dia bos besar ya? Pantas jalannya seperti melayang. Kalau aku jadi bos di sini, pasti semua orang kusuruh pakai seragam warna merah muda. Lucu, kan?”Alin hampir menepuk jidatnya sendiri.Belum sempat ia menegur lebih jauh, pintu terbuka. Lasmi masuk dengan baki berisi minuman. Cantik dan anggun, tapi setiap gerakannya menyimpan aroma tajam yang sulit ditolak. Ia meletakkan baki di meja dengan manja, kemudian menatap Raras dari ujung kepala hingga kaki.“Putri Raras memang cantik,” ujarnya datar, lalu bibirnya melengkung sinis. “Tapi kecantikan bukan segalanya. Ada banyak wanita di sini yang jauh lebih memesona. Bahkan… lebih dewasa, lebih cocok mend

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 50 Pura Pura

    Raras langsung menepuk-nepuk pipinya sendiri begitu mendengar nama “Sungai Candra”. “Hiiih, sungai? Aku kan gampang masuk angin kalau dekat air. Nanti kalau aku pilek, siapa yang mau bawain aku bubur? Ya ampun, Mbak Lasmi tega banget sih…”Ia pura-pura manyun sambil melipat kedua tangannya di dada. Bahkan ia sengaja mengedip-ngedipkan mata, seolah hendak menangis.Lasmi mendengus geli. “Kalau takut, jangan coba-coba. Itu tempat yang berbahaya. Orang kuat saja sering tidak kembali.”Raras mendadak berdiri, menghentakkan kakinya ke tanah, membuat kainnya tersibak sedikit. “Tapi kalau Rakai ada di sana, aku tetap akan pergi! Lebih baik aku sakit pilek tujuh hari tujuh malam, daripada tidak bertemu suam—eh, eh maksudku… orang yang ku rindukan.”Alin langsung menunduk cepat, pura-pura merapikan ikat pinggangnya agar tawa tidak meledak.Lasmi menyipitkan mata, memperhatikan Raras. “Kau… benar-benar konyol. Apa kau yakin bisa melewati Sungai Candra dengan sikap manja seperti itu? Lebih baik

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 49 Si Cantik Lasmi

    Raras berdiri di depan cermin kecil di kamar rumah Sari yang dia sewa, menepuk-nepuk pipinya seolah hendak berangkat ke pesta, bukan menyusup mencari kabar tentang suaminya.“Alin… apa aku terlihat cukup manja?” tanyanya dengan nada yang dibuat-buat, sambil memonyongkan bibir.Alin mendengus. “Gusti, ini bukan waktunya bermain-main. Kita harus hati-hati. Wanita bernama Lasmi itu bukan sembarang orang, dia punya pengaruh di Pasren. Jangan sampai Gusti terjebak.”Raras tersenyum kecil, matanya berkilat cerdas meski bibirnya masih merajuk. “Justru itu, Lin. Kalau aku tampak serius, dia akan curiga. Tapi kalau aku tampak konyol, manja, seolah tidak tahu apa-apa… siapa yang akan menganggapku ancaman?”Alin terdiam. Ia tahu benar, meski Raras sering terlihat ceroboh, kecerdikannya tak pernah padam.Malam itu, dengan pakaian sederhana namun tetap anggun, Raras berjalan memasuki lorong sempit tempat para pedagang dan penghibur Pasren berkumpul. Alin mengikutinya setia. Bau dupa bercampur arak

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 48 Ujilah Aku Sepuasmu

    Sari akhirnya membuka mata, menatap Raras dengan ragu. Suaranya nyaris berbisik, seakan takut ada dinding yang bisa mendengar.“Nama itu… Lasmi.”Raras mengernyit. “Lasmi?”Sari mengangguk pelan. “Ia seorang wanita penghibur… terkenal di tanah Pasren. Semua orang tahu siapa dia. Banyak pejabat, bahkan para bangsawan, pernah singgah ke rumahnya.”Alin menahan napas. Sitira menatap dengan mata membulat, sementara Nini hanya menunduk, seperti sudah menduga arah pembicaraan ini.Raras terdiam sejenak, lalu mendadak berdiri dengan wajah tak percaya. “Tunggu, tunggu… maksudmu suamiku, Rakai, minta bantuan seorang wanita penghibur?!”Sari mencoba menenangkan. “Bukan seperti itu, Gusti… Lasmi berbeda. Ia memang terkenal karena dunia hiburan malam, tapi ia juga punya banyak jaringan, bahkan lebih luas dari para saudagar. Banyak yang… berutang budi padanya. Selain Lasmi ada juga yang namanya Arum." Namun Raras sudah menutup telinganya sambil mondar-mandir di dalam ruangan. “Astaga, Gusti Pange

  • Asmaraloka Sang Putri Pusaka    Bab 47 Lampu Kota

    Raras melepaskan seikat kecil ranting kering yang tadi ia kumpulkan, melemparkan ke semak di sebelah kanan. Api kecil dari sebuah batu api yang Nini Santi bawa cepat merekah, percikannya menimbulkan asap. Tiga bandit menoleh—respon naluriah. Di saat mereka berputar, Raras sudah bergeser; langkahnya hampir tak terlihat, hanya jejak kaki di tanah lembap. Ia tidak bertarung dengan tenaga sekeras mereka. Ia memanfaatkan momentum. Ketika bandit yang paling tinggi memutar gayanya hendak memukul, Raras menunduk, meraih akar yang menonjol, dan dengan satu gerakan memutus keseimbangan pria itu—bukan dengan tenaga, melainkan lokasi. Tubuh sang bandit terjungkal, sangkaan senjatanya melayang keluar dari genggaman. Alin menahan napas. Sitira hampir menjerit, namun Raras mengangkat jari—diam. Raras sudah menghitung semuanya. Dua langkah diam-diam, satu lintasan kaki memancing; dari sela-sela kabut ia mengikat tali tipis yang selalu disimpannya di lipatan kain. Tali itu melilit selangkah-sebagai

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status