Share

Membuka Diri

"Aku nggak tanya," jawabku sambil menarik toples menjauh dari Roni. Hm … isinya sudah tandas lebih dari separuh.

"Kenapa nggak ngajak marketing headnya, malah ngajak kamu. Kalau aku yang ngajak kamu masih wajar. Kalau dia kan harusnya sama marketing headnya. " Roni terlihat berbeda, mungkin tidak suka atau apa, entahlah.

"Ya aku kan nggak tau, Mas Satria bilangnya gitu, tadi."

"Mas? Kamu pangil dia mas?" Roni mengernyitkan dahi melihat kearahku. Aku keceplosan lagi, ih … kadang memang loss begitu saja di luar kesadaran.

"Em … Bapak," ralatku kemudian.

"Tadi …."

"Ran …." Kalimat Roni terpotong oleh panggilan Mas Satria yang telah berdiri di ambang pintu.

"Iya, Pak," jawabku seraya berdiri dari tempat duduk.

"Laporan kamu sudah selesai semua kan?" tanya Mas Satria kemudian.

"Iya, Pak. Barusan sudah saya emailkan, tinggal laporan ke grup saja," jawabku menerangkan.

"Aku tunggu di bawah," ucap Mas Satria.

"Sekarang?" tanyaku bingung, tadi katanya selepas Magrib. Ini baru jam berapa, belum
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Cieee mas Satria masih berharap hihihihi
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status