Share

Benda Terlarang

Author: OptimisNa_12
last update Huling Na-update: 2025-02-14 07:07:51

Bab 3 Benda Terlarang

Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempatnya.

"Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Nathan.

Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Nathan. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya.

Naira dan Nathan terus berjalan beriringan menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang.

"Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Nathan akan memasuki sebuah lift.

"Ruang kerja ku," balas Nathan tanpa menoleh ke wanita berhijab itu.

Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Nathan hari itu.

Ting!

Begitu terdengar pintu lift terbuka, dengan tetap berjalan di samping Nathan, Naira terus melangkah menuju satu ruangan yang di maksud pria yang selalu menunjukkan sikap dingin itu. Dan sepanjang jalan menuju ruangan tersebut, Naira dibuat semakin terperangah. Bagaimana tidak, seumur hidup ia tak pernah melihat bangunan perkantoran yang begitu mewah seperti itu.

Tepat ketika Naira dan Nathan sampai di ruang kerja, Namu lantas membukakan pintu dan terlihat seorang pria yang gadis itu kenal sedang duduk di dalamnya.

"Kak Arhan," gumam Naira, dengan pandangan tetap tertuju lurus ke depan.

Tanpa memedulikan Nathan, dengan cepat Naira mendekat ke arah kakak kandungnya itu. Begitu juga dengan Arhan, ia beranjak dari tempatnya ketika melihat kedatangan adik tercintanya itu. Dan tepat saat mereka sudah saling berhadapan, di momen itu lah Arhan langsung memeluk Naira.

"Maafkan Kakak, ya," ujar Arhan.

Naira hanya menghela napas sambil menahan emosinya mendengar permintaan maaf dari kakaknya itu. Terasa sulit untuk memaafkannya meskipun ia tahu apa yang dilakukan kakaknya terhadap dirinya saat ini adalah demi kebaikan ibu mereka.

Naira melepas pelukan dari Arhan. "Ibu mana, Kak?" tanyanya.

"Ibu ada, operasinya berhasil dan sekarang sedang masa pemulihan."

"Aku harap Kakak gak bohong sama aku."

Arhan tersenyum. "Enggak. Kakak gak bohong."

"Terus kapan ibu dibawa pulang?"

Arhan terdiam sejenak. "Nanti ya, kalau keadaan ibu sudah benar-benar membaik."

Naira tak menjawab. Ia mencoba mempercayai ucapan kakaknya itu walaupun dalam hati kecilnya ingin sekali menyanggahnya.

"Sudah cukup!"

Terdengar suara dari Nathan yang akhirnya membuat Naira dan Arhan menoleh ke arahnya. Kemudian tibalah Namu yang kini mendekat di mana Naira berada.

"Nona, tolong ikuti saya," ujar Namu.

Naira melihat ke arah Arhan dan ia pun mengangguk kecil seolah mengiyakan ucapan Namu.

Dan akhirnya dengan agak berat hati gadis itu lantas pergi meninggalkan kakaknya lalu mengikuti langkah Namu.

***

"Silakan masuk, Nona," ujar Namu setelah membuka pintu.

Naira pun berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan yang tampak seperti ruang tidur. Pandangannya berkeliling ke segala arah melihat setiap sudut ruangan yang begitu mewah.

Sampai beberapa saat setelah menikmati setiap pemandangan yang ada, Naira pun tersadar dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Namu.

"Ini ruang tidur? milik siapa?" tanya Naira penasaran.

"Milik Tuan Nathan," jawab Namu datar.

Naira mengernyit. "Ada ya ruang seperti ini di sebuah perusahaan?"

Seketika Namu menatap Naira dengan serius. "Ini perusahaan milik Tuan Nathan, jadi terserah beliau akan dibuat seperti apa. Termasuk ruangan ini." Namu pun mengalihkan pandangannya usai berkata demikian.

"Ya, ya!" kesal Naira.

"Kalau Nona membutuhkan sesuatu, silakan hubungi saya. Permisi." Namu pun pergi tanpa menunggu jawaban dari Naira.

"Apa dia bilang? 'kalau membutuhkan sesuatu silakan hubungi saya'," gerutu Naira menirukan ulang ucapan terakhir Namu. "Gimana mau hubungin, punya nomornya aja enggak!"

Setelah kepergian Namu, karena penasaran dengan ruangan yang terlihat tak biasa bagi dirinya itu, Naira pun berkeliling untuk melihat setiap sudut yang ada. Sampai akhirnya pandangannya pun tertuju pada satu lemari yang berada tak jauh darinya berdiri. Perlahan Naira mendekati lemari tersebut dan berniat untuk melihat isinya.

Dan ya ... tepat ketika Naira membuka pintu lemari tersebut, ia kembali dibuat terperangah. Bukan karena isinya yang mewah melainkan beberapa senj*ta ap*.

"Benda ini ...."

Naira begitu terkejut melihat apa yang ada di depan matanya sekarang.

"Siapa sebenarnya laki-laki yang menikahiku?" batin gadis cantik itu.

Naira yang awalnya mulai menerima takdirnya karena keputusan kakaknya, akan tetapi setelah melihat benda-benda "mengerikan" barusan membuatnya malah ketakutan. Pikirannya seakan tak lagi bisa berpositif thinking dengan keadaannya yang sskarang. Mendadak perasaan takut kalau-kalau pria yang kini menjadi suaminya itu adalah seorang penj*h*t atau ... bahkan seorang mafi*.

"Astaghfirullah ... aku harus gimana ya Allah ...."

Melihat benda terlarang untuk pertama kalinya itu betul-betul membuat tubuh Naira lemas seketika.

Di saat Naira masih berdiri di depan lemari itu, tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka yang membuatnya menoleh seketika.

"Nona!" panggil Namu. Ia lantas berjalan menghampiri Naira.

"Kenapa ada senj*t* ap* di sini? untuk apa?!" tandas Naira tanpa basa-basi.

Namu menoleh sebentar ke arah lemari yang terbuka. Lalu dengan tatapan dinginnya ia lantas berkata," itu bukan urusan Nona. Lebih baik sekarang Nona ikut saya karena Pak Arhan akan segera pergi."

"Pergi? maksud kamu?"

Namu terdiam tak menjawab.

"Kenapa kakakku pergi lagi? memangnya tugas dari bos mu itu apa, sih?!"

Dan lagi, Namu tak menjawab.

"Jawab Namu!" desak Naira.

"Maaf Nona, itu bukan ranah saya untuk menjawab. Mari ikut saya." Namu pun melangkah pergi meninggalkan gadis itu.

Emosi Naira mendadak bergemuruh. Tubuhnya yang tadinya lemas kini seakan mulai kembali pulih. Pikirannya pun kembali berisik dengan apa yang sebenarnya dilakukan kakaknya dengan bosnya itu.

***

Tepat ketika Naira sampai di hadapan Arhan, di saat itulah kakaknya itu langsung memeluknya. Dan ketika Naira hendak membalas pelukan kakaknya, tanpa sengaja tangannya menyenggol sebuah benda yang berada di pinggang Arhan. Detik itu juga Naira langsung teringat dan yakin kalau benda yang barusan ia senggol itu adalah benda yang sama yang ia lihat di ruang tidur Nathan sebelumnya.

"Gak. Pasti cuma buat perlindungan kak Arhan aja," batin Naira, mencoba menepis kecurigaannya.

Namun sedetik kemudian ....

"Tapi ...."

Naira betul-betul tak bisa berprasangka baik pada kakaknya sendiri ketika ia teringat sesuatu. Di mana ia tahu kalau kakaknya itu hanyalah karyawan biasa di perusahaan ini yang itu artinya tidaklah perlu ia membawa benda seperti itu.

"Kakak pergi dulu. Kamu yang nurut sama suamimu. Dan percayalah, bos kakak itu akan selalu menjaga mu," pesan Arhan.

Naira menghela napas. Satu buliran bening berhasil jatuh membasahi pipinya. Entah, ia merasa begitu berat melepas kepergian kakaknya itu yang seolah ia memiliki firasat yang buruk terhadapnya. Apalagi dengan tujuan yang Naira sendiri tak tahu itu. Ditambah dengan benda terlarang yang dibawanya.

"Kak ...."

Mendapati tangisan Naira, Arhan lantas mempererat pelukannya.

"Kakak akan kembali sayang. Kita akan kumpul lagi seperti dulu sama ibu," ujar Arhan menenangkan adiknya.

"Sebenarnya Kakak mau ke mana? gimana sama ibu, Kak?" tanya Naira yang sedikit terisak.

"Ibu aman. Tenanglah. Kakak pergi karena harus menyelesaikan tugas dari bos Nathan dulu. Dan kamu tau sendiri kan kalau tugas itu bagian dari kesepakatan yang sudah kami buat?"

Naira melepas pelukan Arhan. "Tapi kesepakatan apa itu, Kak?!"

"Tolong lah, aku tuh gak bisa tenang kalau Kakak belum cerita semuanya ke aku," imbuh Naira.

"Belum saatnya kamu tau, Dik. Maafkan Kakak, ya." balas Arhan. Dan Naira pun hanya bisa terdiam.

"Sebelum pergi, Kakak mau kasih ini ke kamu," kata Arhan. Ia berbalik arah dan dengan cepat mengambil buket bunga yang berada di tempat duduknya sebelumnya, lalu memberikannya pada adiknya sebagai hadiah pernikahan.

"Kakak berikan bunga ini sebagai hadiah pernikahanmu. Ada banyak perasaan yang bisa kita ungkapan dari sebuah bunga. Salah satunya perasaan yang Kakak rasakan sekarang. Bahagia karena pernikahanmu dan berhasilnya operasi ibu. Kakak sayang kamu, Dik," ujar Arhan menatap Naira dalam.

Naira begitu terharu mendengar ucapan Arhan barusan. Ia pun menerima bunga pemberian pria pengganti sosok ayahnya itu dan kembali memeluknya untuk beberapa saat. Perasaan yang tadinya ingin meledak pun juga mulai runtuh di momen itu.

Setelah saling berpelukan, Arhan pun menoleh ke arah Nathan. "Bos, aku titip adikku, ya."

"Pergilah. Naira sudah jadi istriku, karena itu, melindungi dia adalah tugas ku," balas Nathan.

Arhan kembali menoleh ke arah Naira sambil mengulas senyum. "Kakak pergi ya," ujarnya, lalu mulai berjalan meninggalkan adik satu-satunya itu.

Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri.

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Kemunculan Seseorang di Masa Lalu

    Bab 8 Kemunculan Seseorang di Masa LaluNaira memukul paha Nathan yang membuat dirinya langsung terduduk. "Tolong dong sekali-kali ngertiin aku. Jangan cuma bisa nyakitin aja!" ujar Naira kesal."Iya, iya."Sembari menahan rasa sakit di pahanya, Nathan lantas mengambil hp nya dan menuruti keinginan Naira. Singkat cerita Nathan berhasil menghubungi seseorang dan mendapatkan kabar tentang Arhan."Arhan baik-baik aja, sekarang ini hp nya emang lagi gak aktif aja," kata Nathan."Alhamdulillah ...," ucap Naira lirih."Gimana? masih mau ngamuk lagi?" goda Nathan, yang sebenarnya ia tak ingin melihat wanitanya itu berlarut-larut dalam kesedihan.Naira yang tadinya senang karena baru saja mendapatkan kabar baik tentang kakaknya pun mendadak diam usai mendengar pertanyaan Nathan barusan. Karena bagi Naira, se-effort apapun yang dilakukan pria di hadapannya itu, ia tetap saja tak menyukai sikapnya.Menyadari perubahan sikap Naira, Nathan kembali bersuara. Dan kali ini, lagi-lagi karena ia tak

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Meninggalnya Orang Yang Disayang

    Bab 7 Meninggalnya Orang Yang DisayangNathan menoleh ke arah Naira. "Ada yang harus aku sampaikan ke kamu.""Apa itu?" Naira tampak penasaran.Nathan terdiam sejenak. Lalu ia kembali bersuara dan mengatakan kalau sebenarnya ibu Naira telah meninggal dunia.Naira yang mendengar kabar tersebut pun seketika syok dan tak percaya. Karena terakhir kabar yang ia dapatkan dari kakaknya adalah ibunya sudah baik-baik saja dan sedang dalam masa pemulihan."Kamu gak bohong, kan?" ucap Naira, yang kini kembali meneteskan air mata.Nathan terdiam seolah mengiyakan pertanyaan dari Naira tersebut.Melihat respon Nathan, tubuh Naira pun lemas seketika. Ia menyadari kalau kabar yang disampaikan suaminya barusan adalah benar adanya."Ibu ...," lirih Naira.Naira terus terisak sambil memanggil ibunya. Lalu, kembali lagi, Nathan memeluk istrinya itu karena perasaan tak teganya melihat wanita yang menjadi tanggung jawabnya itu lagi dan lagi meneteskan air mata.***Singkat cerita jenazah ibu Naira sudah k

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Peristiwa di Masa Lalu

    Bab 6 Peristiwa di Masa LaluNaira terkejut mendengar nama yang barusan disebutkan Nathan. "Darimana kamu tau nama itu?" tanya Naira. Mendadak suasana hati gadis cantik itu pun berubah menjadi semakin buruk usai mendengar kembali nama yang disebutkan oleh Nathan barusan. Belum sempat Nathan menjawab pertanyaan Naira, gadis berhijab itu lantas kembali bersuara dengan memperlihatkan tatapan nanarnya pada pria berstatus suaminya itu."Jangan pernah kamu sebut nama itu lagi. Aku membenc*inya. Sangat memben*cinya!" satu tetes bukiran bening berhasil membasahi pipi Naira."Aku tau keadaan mu, karena itu lah Arhan menitipkan mu padaku," ujar Nathan.Mendengar perkataan Nathan barusan, Naira hanya bisa terdiam. Perasaan sedih karena tiba-tiba ingatannya akan peristiwa buruk yang terjadi pada dirinya beberapa bulan sebelum ia menikah dengan Nathan pun kembali muncul.🍃🍃🍃🍃Flashback beberapa bulan sebelum Naira menikah dengan Nathan.Saat itu, Naira yang bekerja sebagai pelayan restora

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Usaha Mengubah Keputusan

    Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan "Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Nathan, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Nathan. "Jadi ... benar—" "Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Nathan. Ia lantas beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Naira begitu saja. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemud

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Terkuaknya Tugas yang Diberikan?

    Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Nathan lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. "Ternyata dia sama aja dinginnya dengan bosnya," batin Naira, melirik kesal ke arah Namu dan melanjutkan langkahnya. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Nathan.

  • Atasan Kakakku Jadi Suamiku?!   Benda Terlarang

    Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempatnya. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Nathan. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Nathan. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Nathan terus berjalan beriringan menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Nathan akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Nathan tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Nathan hari itu. Ting! Begitu terde

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status