"Percaya padaku dan jangan membantah!"
"Ya.""Jaden itu bukan pacarku, dia lebih lebih gila dari drama yang ia buat kemarin."Amanda kelihatan kebingungan, ia dari tadi kepo dengan hubungan Vasya dan Jaden tapi malah diberitahu hal yang membuatnya makin pusing."Jadi kamu tidak pacaran dengan pak Jaden?"Vasya dengan polos menggeleng lemah. Ia meringis dan menatap Amanda. Bestinya harus tahu kisah yang sebenarnya, ia harus memberitahukan semuanya dari A sampai Z. Pokoknya sampai Amanda paham betul dan tidak bertanya kembali apa hubungan mereka."Jaden dan aku satu SMA, ia banyak di gandrungi wanita tapi naasnya dia salah paham dulu dan mengira aku menyukainya padahal sama sekali tidak.""Lalu?"Ceklek..Andri menatap Amanda, ia mengatakan bahwa ada lelaki yang mencarinya. Seketika Vasya bernafas lega karena ia tak perlu mengatakan secara detail untuk saat ini."Oke, bilang aku akan turun."Setelahnya Andri terdengar menuju pintu sementara Amanda menatap Vasya penuh selidik."Cuma seperti itu kejadiannya?"Vasya hanya mengangguk lemah lalu tersenyum. Ia kemudian mengantar Amanda ke depan. Gadis itu kegirangan mendapati Vino tepat waktu. Vasya sendiri sibuk memandang ke arah lain."Ayo!"Wajah Amanda langsung berseri seri karena pacarnya tidak lemot seperti biasanya. Vasyapun hanya bisa melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal.Setelahnya Vasya pergi ke toserba hendak membeli mie instant tapi di depan gang sana dia melihat ada sosok tinggi kurus familiar berbaju serba hitam sedang menatapnya dengan mata menyebalkannya. Ia penasaran tapi tak mau terlibat.Gadis itu langsung berbalik lagi menuju belokan gang lain dan terus berjalan alih alih pulang tapi lelaki itu terus saja mengikuti seolah sengaja dan dengan terang terangan berbuat demikian. Rasanya makin tak karuan tapi pikiran Vasya memaksanya untuk segera menuju toserba terdekat dan meminta tolong seseorang.Kenapa malam itu sangat sepi bahkan suara kucing jalanpun tak terdengar di pojokan, ia terus berjalan sambil memasang telinga serta indra perasanya. Jelas ia takut kalau lelaki itu sudah tepat berada di belakangnya tapi nampaknya ia tidak berani karena ada cctv yang terpasang di pal pal pinggir jalan.Vasya terus melangkah, ia terus memaksakan berjalan padahal jaraknya hampir setengah km tapi ia tak peduli setidaknya di sini banyak penerangan. Dan sampailah ia di toserba tapi ketika ia menoleh ke belakang lelaki itu sudah tiada.Lega rasanya..Iapun tak pikir panjang dan langsung masuk saja ke dalam, di depan baris mie instan ia mondar mandir mencari mie rasa ayam pok pok kesukaannya lalu ke kasir dan meminjam ponsel sang kasir untuk menelpon adiknya supaya menjemputnya di sana."Totalnya Rp 10.500,- kak.""Iya mba, bentar ya."Vasyapun merogoh sakunya dan mengeluarkan uang lembarannya."Pas ya kak"Vasya mengangguk lalu menoleh keluar dengan was was sambil masih berusaha menghubungi Andri. Sialnya Andri tak kunjung menerima teleponnya sementara mbak mbak kasir sudah jengkel karena Vasya belum mengembalikan ponselnya. Terpaksa Vasya mengembalikan ponselnya begitu saja dan berharap adiknya menelpon kembali, ia jelas akan disini lebih lama lagi.Di saat ia melakukan pembayaran dan berniat pulang tanpa mengharapkan Andri datang malah ia di hadapkan lagi dengan pembuat masalah di hidupnya.Lelaki penguntit itu memasuki toserba, ia menyapa Vasya lalu membeli beberapa snack dan minuman. Lelaki itu menawarkan bantuan pada Vasya yang langsung di jawab dengan gelengan kepala."Tidak pak terima kasih, nanti adik saya akan datang.""Sudahlah nona pulang saja sama bapak ini, kalian saling kenal kan lagi pula adiknya belum merespon."Dasar oneng!Seketika kasir wanita itu mendapat lirikan maut dari Vasya, ia sangat mengecewakan padahal tadi sudah dimintai tolong kenapa tidak peka."Tidak saya menunggu adik saya saja."Sialnya pak Herry memaksa, lelaki itu terus saja membujuk ala ala bapak bapak baik hati tapi nyolot dan tentu Vasya merasa tak nyaman terlebih lagi wanita kasir itu terlihat mendukung pak Herry sialan. Rasanya ini tidak baik, dengan datangnya pak Herry sudah menjelaskan banyak hal.Jelas lelaki itu datang karena sengaja. Lelaki itu pasti datang untuk melakukan sesuatu."Ini sudah larut kak toko juga mau tutup."Bohong padahal tulisan di depan buka sampai 24 jam !Pak Herry makin gencar mengajak Vasya untuk pulang, disinilah Vasya mulai ketar ketir. Ia kecewa dengan keadaan naas yang kini menderanya. Siapapun tolong."Ayo pulang kita searah Sya, saya kan atasan kamu."Mantan atasan!Dengan langkah berat Vasya nyelonong pulang sendiri, ia bahkan tak berterima kasih dengan kasir sialan itu. Dalam hatinya ia tak kan mau berbelanja di situ juga adiknya akan ia peringatkan untuk serupa.Sebelum pak Herry keluar Vasya sudah berlari kencang sebisanya, ia terus terusan menyusuri jalan jalan itu tanpa menoleh. Sungguh jelas lelaki itu menyimpan maksud buruk.Terdengar suara dari belakang memanggil manggil Vasya sambil berlari kencang. Pak Herry dengan pastur tubuhnya yang semampai pasti bisa menyusulnya dalam sekejab."Vasya, Vasya tunggu uangmu terjatuh!"Tunggu.Vasya berhenti sejenak sambil menoleh. Ia terkecoh padahal ia jelas tahu bahwa ia membawa uang pas dan sudah ia habiskan untuk membeli mie yang sekarang ia bawa. Celakanya saat tersadar pak Herry sudah berjarak 5 meter dan siap untuk merengkuhnya. Vasya kembali berlari dan berjanji tak kan terkecoh lagi.Ia terus terusan memaksakan kakinya yang mulai berdenyut.Pak Herry masih memanggil manggilnya. Vasya benar benar tak peduli, gadis itu terus saja berlari melawan arus mobil. Beberapa mobil lewat tapi mereka tak kepo dengan adengan lari larian marathon kedua orang di pinggiran."Vasya! Vasya!""Tolong berhenti! Bapak mau bicara!"Bicara apa?Kalau mau bicara tinggal bicara saja kenapa dia sampai mau repot repot mengejar.Tunggu ada W******p kalau sekedar mau bicara.Panggilan menyebalkan itu tak punya jera. Gadis itu benar benar muak sampai geleng geleng kepala saking frustasinya. Mie yang ia bawa sudah tak karuan bentuknya tapi ia tak peduli keselamatan adalah yang utama.Mereka tak kenal baik dan selalu saja si Herry itu memberinya masalah jadi tidak masuk akal kalau lelaki itu datang untuk meminta maaf. Pasti ada maksud lain. Bahkan kaki lelaki itu masih terdengar berlari lari di belakang. Sungguh janggal bukan."Vasya!"Setan kenapa tidak jera?Vasya menatap kedepan sambil masih berusaha sekuat tenaga. Hidup dan matinya di pertaruhkan disini, sungguh ia tak tahu nasibnya jika tertangkap sekarang. Bahkan Andri sialan tak kunjung datang.Mobil ferari merah tak sengaja lewat dan menyita perhatian Vasya, ia tak sengaja lengah lalu melakukan kesalahan fatal."Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk