Share

Bab. 5

Author: Jiwasen
last update Last Updated: 2024-02-13 21:12:54

Brukk!!!

Tubuhnya terhempas ke depan meninggalkan nyeri yang luar biasa sangat di sekitar tempurung lututnya. Suara panggilan di belakang sudah menghilang di susul suara langkah kaki mendekat.

"Vasya!"

Gadis itu memegang lututnya sambil merintih serta mengumpat sebal dengan takdir yang tak berpihak padanya. Ia melihat langkah kaki si Herry mendekatinya dengan tampang khas menyebalkannya.

Hati Vasya sudah tak karuan, keringatnya bercucuran dimana mana, nafasnya tentu tak beraturan dengan sorot mata terancam.

Siapapun tolong!

"Kak Vasya!"

Tubuh Vasya tersentak kaget mendengar namanya di sebut seseorang dari belakang, ia jelas tak mengenali suara tersebut. Gadis itu menoleh ke belakang sebentar, ia melihat pria berjas sedang tersenyum ke arahnya. Dia berani bertaruh bahwa ia tak mengenalnya sama sekali.

Tunggu.

Pikiran Vasya traveling ke masa lalu dan sepertinya lelaki berjas itu teman dari adiknya sendiri. Dengan raut wajah sumringah Vasya tersenyum lega. Sementara sosok Herry sudah sangat dekat tapi tak berani macam macam, lelaki itu menjaga jarak dengan sopan. Lelaki muda penolongnya tadi semakin mendekat, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Vasya yang sepertinya kesulitan berdiri.

"Aku antarkan pulang."

Dalam hati Vasya amat sangat bingung tapi ia tak bisa menolak pria tersebut, ia rasa teman adiknya itu orang baik. Menit selanjutnya ia mengangguk dan berlalu begitu saja meninggalkan si Herry yang jaraknya tinggal 6 langkah darinya.

Kakinya terseok seok tapi masih mampu berjalan pelan pelan. Lelaki itu dengan sopan menawarkan bantuan dan akhirnya iapun memapah Vasya pulang. Vasya sendiri was was, ia berulang kali melirik sekilas ke belakang melalui ekor matanya lagi lagi pak Herry masih berdiam diri di tempat, lelaki itu tak beranjak dan terus memerhatikan langkah kaki gadis itu menjauh.

"Lain kali hati hati."

Dengan kikuk Vasya tersenyum miris, ia sebenarnya masih bingung akan pertolongan Tuhan yang begitu mendadak ini.

"Terima kasih ya, kamu datang di saat yang tepat sekali."

Vasya terharu ia berjalan sambil menyeka air matanya yang tak sengaja menetes. Bayangkan saja kalau tak ada orang ini entah seperti apa nasibnya.

"Ya."

"Kamu tiba tiba saja lewat sini?"

Lelaki itu menggeleng, ia kemudian bercerita bahwa ia dengan bosnya tak sengaja lewat sini. Vasya hanya bisa mengangguk sebagai respon untuk pernyataan lelaki itu. Mereka terus berjalan menuju rumah Vasya.

"Itu bosku."

Hah?

Andri?

Kini mereka sudah dekat dengan rumah Vasya dan lelaki itu kebetulan sedang mengacungkan jarinya ke arah pintu rumah Vasya yang tepat di sana Andri sedang membelakangi mereka.

Sejak kapan adiknya jadi bos, mereka kan berteman. Bukankah tadi ia menelpon adiknya berulang kali, kenapa adiknya berada di luar di cuaca sedingin ini.

"Andri?"

"Bukan, yang itu lo."

Bangsat!

Alangkah syoknya Vasya saat menyadari dengan siapa Andri sedang menghabiskan waktu. Hanya lelaki satu itu yang bisa membuat moodnya buruk seketika. Andri langsung khawatir melihat kakaknya berjalan pincang ke arahnya.

"Kenapa kak?"

"Pake nanya, Ponsel kamu kemana?!"

Andri menjawab bahwa ia sedang mengisi daya ponselnya karena baterainya low bat. Mata Vasya masih mendendam ke arah adiknya yang tidak peka tapi ia juga melirik sekilas mantan atasannya yang terduduk di depan tangga sedang memandang balik ke arahnya.

Lelaki yang menolongnya tadi berbisik ke pada bossnya lalu mengucapkan selamat tinggal pada adiknya ala ala sahabat karib. Kemudian disana tinggal mereka bertiga dengan yang termuda sedang berbicara ngalur ngidul mengenai lutut Vasya.

Gadis itu tak nyaman dengan situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya, iapun merasa heran ternyata Andri mengenal mantan atasannya. Kenapa lelaki itu tak ikut pergi saja, ada urusan apa ia kemari. Vasya tentu tak mau repot bertanya, ia hanya melirik sekilas.

"Ayo masuk disini dingin."

Andri mengangguk lalu mengajak masuk Jaden yang sedari tadi terduduk dengan tenang seperti seorang biksu yang sedang meditasi. Mendengar adiknya menyuruh Jaden masuk ia langsung membeku dan seketika menoleh.

"Lelaki itu tak boleh masuk!"

"Kenapa kak. Dia kan atasan kakak?"

"Mantan atasan!"

"Hey kakak jangan jahat jahat pak Jaden ini orang baik."

Baik baik apanya.

Andai kamu tahu dulunya bagaimana pasti tak begitu suaramu.

"Suruh dia pulang!"

Tapi adik badung itu masih saja mempersilahkan Jaden memasuki rumah mereka. Api amarah mulai sedikit demi sedikit tersulut. Dengan rahang terkantup Vasya memasuki rumah sambil merambat karena kakinya masih terasa nyeri.

Mereka terduduk di ruang tamu. Andri segera ke dapur membuatkan minum dan berniat memasak mie instan untuk kakak tersayangnya juga untuk pria berkharisma yang sedang ia kagumi sekarang. Jaden mengamati rumah bergaya minimalis itu dengan raut wajah tak terbaca sementara Vasya menatap lurus ke arah lelaki yang sama sekali tak ingin ia temui kembali.

"Kenapa?"

Lelaki itu menoleh mendengar lawan bicaranya akhirnya memulai percakapan.

"Tak ada."

"Ngapain kesini?"

"Mau minta restu dari adikmu."

Vasya hanya bisa melotot, ia menyilangkan tangannya dengan angkuh. Iapun tak kaget jika Jaden bisa sampai datang kemari. Dia tahu siapa Jaden bahkan rumah presidenpun ia bisa tahu apalagi rumahnya. Pasti hanya butuh hitungan menit ia bisa sampai sini.

Lelaki kaya itu masih menatap lurus tanpa ada amarah atau rasa bersalah sementara Vasya tak mau melihatnya lama lama.

Tolong pergi!

"Pulang disini tak ada restu."

Ya memang adanya Andri sama Vasya. Si Restu mah biasanya di rumahnya sendiri ya ngapain di cari disini ?

"Vasya.."

"Pak Jaden yang terhormat tolong hargai keputusan saya, saya benar benar resign dan berharap bisa hidup normal."

"Kamu bisa hidup normal."

Dengan cepat kalimat Jaden mendapat gelengan keras. Wanita itu menatap Jaden dengan tegas ia tak mau kembali lagi. Rasanya ia hampir mau menangis lagi, dadanya sesak serasa ingin menjerit dengan suara melengking tapi kata psikolog ia harus tetap mempertahankan suaranya.

Dengan merinding dan rasa ingin menahan pipis ia membulatkan tekadnya sendiri. Tangannya terkepal lalu mengerjap dan menghembuskan nafas dengan benar.

"Saya sudah pernah pak dan sekarang jamannya sudah beda. Saya sudah dewasa dan bisa meng cut off orang dalam hidup saya. Dan bagi saya bapak adalah salah satunya."

Jaden memandang Vasya dengan mata nanar tapi lelaki itu tak memberikan jawaban apapun. Ia hanya melirik jam dinding sekilas lalu memandang Vasya sekali lagi.

"Kalau saya punya salah saya minta maaf tapi kondisi ini serius sya."

Memang sangat serius.

Vasya masih bungkam rupanya setelah sekian lama Jaden tak tahu dimana letak kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata orang bahwa manusia tak pernah berubah.

"Kalau kita reset ulang hubungan kita bagaimana?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab. 139

    "Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab 138

    Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab. 137

    Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab 136

    Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab 135

    Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny

  • Atasanku Cinta Pertamaku   Bab 134

    Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status