"Udah deh jangan ributin ini, Pak Herry ndak akan sampe segitunya kok tadi kebetulan saja paling."
Jaden menghembuskan nafas lelah ia jelas membenci wanita pembangkang. Ia benar benar heran dengan Vasya yang susah sekali di bilangi. Vasya juga sebenarnya kepikiran tapi ia lebih memilih pura pura tak terjadi apa apa, ia memaksa pikirannya untuk positif thinking, serius ia kini menganggap adegan lari larian tadi cuma kebetulan."Percaya sya biar kamu aman."Memang benar tapi Vasya menolak untuk sekedar berseliweran di depan Jaden kembali. Bukannya aman tapi malah pusing yang ada."Ayo kita kembali seperti dulu maka psikopat sepertinya tak akan macam macam padamu."Gila ya?Apa aku pindah kota saja?Kok pilihannya tak ada yang lebih baik?"Jangan melarikan diri, dia akan mengejar dan aku tak bisa memantau kalau kamu jauh."Kali ini Vasya menelan ludah, sulit baginya berkutik jika di depan Jaden yang sudah tau semua tentangnya dan juga pikirannya. Lelaki sialan itu mencoba meyakinkannya kembali, tanpa jera lelaki itu terus saja berusaha sampai Vasya jenggah sendiri. Ia gedek dengan Jaden tapi ia juga sedikit syok menyadari Jaden ternyata sesabar itu."Kita kembali ke kantor apa kamu yang kembali ke rumahku?"Deg.Memori rumah Jaden memenuhi kepala Vasya, ia meringis pilu dan termenung beberapa saat. Sungguh ia tak ingin kembali lagi. Ia tak ingin menatap pintu pintu besar itu sekali lagi apa lagi bertemu dengan anggota keluarganya. Big no."Kamu tadi melihat pak Herry membawa sesuatu?"Apa?Vasya menggeleng tapi di pikirannya ia jelas tadi melihat pak Herry memegang sesuatu yang tajam dan menyilaukan tapi ia sangsi jika itu senjata. Mungkin jam tangan bisa jadi pasalnya benda itu berkilau saat tersorot cahaya."Ayolah kamu gadis pintar bukan wonder woman."I see.Tapi bukan juga pesuruhmu!."Syaa.""Pak!""Masalalu saya dengan bapak bukan masalalu yang membahagiakan, kita tak pernah sedekat itu hingga harus melakukan pernikahan.""Tenang, opsi lainnya kembalilah bekerja itu saja."Vasya mengelus dadanya sendiri, dalam hatinya ia tak butuh perlindungan semu yang diam diam menggerogotinya dari dalam. Di balik pintu Andri menguping pembicaraan kakak serta pria misterius yang membuatnya terpesona.Andri jelas kepo akan kisah kakaknya yang ia kira jomblo selama ini. Sambil mengunyah mie ia mendengarkan pembicaraan yang sedikit membuatnya bingung sendiri. Lambat laun ia menyadari bahwa lelaki itu ingin kembali tapi kakaknya yang tak mau menerima nya.Dalam hati Andri menganggap bahwa kakaknya itu bodoh. Masa orang setampan dan sekaya itu sampai mengalah sebegitunya dan ia tetap mengatakan tidak, sungguh wanita memang sedikit gila tapi giliran nanti sang pria mundur kakaknya pasti akan menangis meraung raung sama seperti dulu."Apakah susah kembali?""Team membutuhkanmu, Amanda, Viola, Kalan dan yang lainnya."Jelas Vasya butuh pekerjaan, ia menyukai lingkungan kerjanya tapi Jaden bukan suatu hal yang bisa ia abaikan. Berdekatan dengannya tidak membuatnya lebih manusiawi. Dalam posisi terpojok sekalipun meneken kontrak lagi dengan Jaden bukan pekara mudah karena lelaki itu juga semena mena."Saya naikkan gajimu."Kok bisa?Vasya jelas heran karena posisi Jaden bukan direktur, dari mana ia bisa menaikkan gajinya kecuali ia di promosikan ke pangkat yang lebih tinggi."Saya kasih apartemen."Ye ini sama saja jadi gundikmu bukan pegawai. Lebih mending menikah lah tapi..."Sya, kita bisa memulai kembali apa yang salah di masalalu."Kali ini Vasya mendongak, ia penasaran dengan hal ajaib yang barusan lelaki itu terangkan. Dari dulu ia sangat penasaran sebenarnya lelaki itu sadar atau di luar nalar saja."Memang kamu tahu dimana salahmu?"Jaden terdiam, ia menatap Vasya dengan sendu tentu ia tak tahu apa salahnya karena ia tak pernah menanyakan keadaan Vasya waktu itu. Setahunya mereka kerap bersama karena Vasya juga menyukainya bukannya sebaliknya."Apakah kamu begitu tersakiti?""Hah?""Tentu saja pak!"Kalau boleh ia ingin mengacungkan jari tengah tapi ia memilih diam menahan ubun ubunnya yang mendidih."Aku minta maaf sekali lagi minta maaf tapi bisakah kamu dewasa?"Vasya melengos ia tak mengerti kenapa Jaden membahas kedewasaan sementara dirinya juga tidak bertumbuh. Dan lagi kenapa minta maaf jika akhir kalimatnya mengajaknya untuk ribut."Pak saya kira pak Herry takkan sejauh yang dipikirkan bapak lagi pula disini ada Andri.""Tak belajarkah kamu dari insiden tadi?""Bagaimana jika Andri tak selalu ada seperti tadi?"Benar Jaden akan selalu ada bahkan 24 jam, ia akan selalu posesif tapi bukan itu yang ia butuhkan."Saya yakin saya bisa luput pak selama saya tak pergi sendirian.""Yakin?""Dia bahkan tau dimana rumahmu."Lagi lagi yang ia katakan benar adanya. Harus dengan apa Vasya menolaknya dan sialnya pikirannya juga selaras dengan pikiran Jaden tapi ia tak mau mengalah, ia tak mau toxic people yang sudah berusaha ia hilangkan kembali lagi."Sya di kantor banyak yang bisa ikut melindungi."Rasanya tak perlu menyeret banyak orang ke dalam masalahnya apalagi mereka yang tak begitu berkepentingan. Vasya takut saja merepotkan orang lain."Pak Herry tak kan berhenti, ia kehilangan semuanya lo sya, teman keluarga dan semua relasinya serta ia viral dimana mana.""Aku bukan orang yang menyebarkan aibku sendiri. Itu tak ada sangkut pautnya denganku.""Bukan aku yang mengunggah videonya ke medsos.""Iya tahu tapi pak Herry sangat dendam padamu.""Tahu dari mana?"Jaden terpaksa melakukan ini, ia meraih sesuatu dari tas kerjanya dan menyodorkannya pada Vasya. Lantas setelah melihatnya mata Vasya membulat, ia tak percaya dengan penglihatannya sendiri."Darimana kamu dapat ini?""Menurutmu?"Memang lelaki itu suka sekali main tebak tebakan dan membuat Vasya jenggah setengah mati. Melihatnya Jaden hanya bisa menghembuskan nafas karena Vasya tak mau sekedar berusaha menebaknya."Dari ruangan kerjanya Sya"Tunggu.Ruang kerjanya memang dahulu ruangan pak Herry.Vasya mematung ia tak menyangka bahwa lelaki yang selama ini mengerjainya juga adalah orang mesum tingkat dewa. Kali ini Vasya hanya bisa menahan malu tentu saja, ia tak menyangka kalau yang ada di foto ini benar benar dirinya."Ini masih belum seberapa, di lacinya banyak sekali jepretan fotomu dan semuanya tentu kamu tak tahu kan?"Vasya benar benar syok ia tak habis pikir dengan fakta barusan. Matanya memandangi lagi foto foto fotogenik itu dengan gusar. Rasanya seperti tertangkap basah oleh sesuatu yang kita tidak tahu itu apa. Kenapa lelaki itu menyimpan banyak sekali fotonya.Sejak kapan semua ini di mulai, kenapa ia tak sadar. Kapan lelaki itu memotretnya, yang ia sadari hanya fakta pak Herry benar benar membencinya. Tentu saja ia tak kepikiran sampai sini."Dan lebih parahnya..""Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk