Share

BAB II

BUGH

Arsa yang baru pulang sudah mendapatkan pukulan dari sang ayah. Melihat perlakuan suaminya tersebut, ibunya membantu Arsa untuk bangkit.

"Mas udah, Arsa cuma butuh di didik doang, bukannya malah di pukul seperti ini," celetuk ibunya Arsa kepada suaminya.

Arsa menyentuh pinggir bibirnya yang sudah di pastikan terluka dan mengeluarkan darah segar.

Arsa mendecih menatap bundanya serta memijat pelipisnya, "Gue ga butuh di didik, kalian cuma memperhatikan si Arka anak emas kalian bukan. Gue cuma sampah yang lahir di keluarga ini, cuma buat malu kalian," ucap Arsa.

Ayahnya yang terbalut emosi langsung menarik tangan Arsa memasuki anaknya ke ruang kerjanya. Bunda Arsa langsung mengikuti ayahnya membawa Arsa pergi, tapi saat hendak menarik tangan Arsa keluar dari ruangan tersebut, ayah Arsa langsung menutup pintunya dengan kasar.

Lelaki paruh baya itu mendorong Arsa, hampir saja kepalanya mengenai ujung kursi. Lelaki itu langsung mengambil stik golf yang ada di sudut ruang.

PRANG

Ayah Arsa memecahkan guci yang ada di sampingnya, serpihan guci itu mengenai tangannya. Setelah itu, lelaki paruh baya tersebut berjalan kearah Arsa menatap anaknya dengan tajam dan melayangkan stik golf ke arah Arsa.

BUGH! BUGH!

Pukulan itu mendarat dua kali di punggungnya, "Anak kurang ajar! Bukannya bersyukur di perhatikan. Memang kau adalah sampah di keluargaku, tidak seharusnya kau lahir di keluarga ini, kamu sangat tidak cocok, kamu berbeda dengan Arka, kau bodoh! Dasar anak tak tahu diri!" 

Arsa menahan sakitnya, giginya mulai menggertak. Ia menahannya dengan sekuat tenaga, walaupun berkali-kali tubuhnya ambruk.

Tidak puas dengan Arsa yang masih menatap dirinya dengan tatapan tajam, Ayahnya yang masih terbalut emosi pun langsung melayangkan pukulan lagi terhadap putranya itu.

"Masih tidak jera kamu!"

Akibat pukulan keras yang ia dapatkan, Arsa muntah darah di buatnya. Darah segar itu keluar di akibatkan pukulan tersebut mengenai perut sebelah kirinya. Arsa memegang ujung stik golf tersebut dan menariknya dari pegangan sang ayah. 

"Kamu!"

Arsa berdiri dan melempar stik golf tersebut ke sembarang arah. Ia jalan mendekat ke arah ayahnya, "Berhenti berbuat tindakan seperti ini, gua bukan anak kecil berusia sepuluh tahun yang hanya pasrah saat dipukul, gua bisa melawan sekarang. Berhenti menjadikan gua mainan lo, lebih baik sekarang lo urus boneka lo si Arka," ucap Arsa dan keluar dari ruangan tersebut. 

Bundanya yang melihat Arsa dengan keadaan seperti itu shock bukan main.

"Sa, kamu ga papa, Nak?" tanya bundanya sambil memegang wajah Arsa.

Arsa menepis tangan bundanya, "Berhenti pegang gua, Bunda sama aja kayak Ayah yang selalu membedakan Arka dan Arsa," celetuknya langsung masuk kedalam kamar.

Arka Putra Pangestu adalah kembaran Arsa yang sangat nurut kepada orang tuanya, anak pintar sering membanggakan kedua orang tuanya. Berbeda Arsa yang hanya membuat malu keluarganya, seperti kata ayahnya tadi. Arsa dan Arka dua pribadi yang sangat berbeda, walaupun wajah keduanya sangat identik.

Lelaki itu mengusap wajahnya dan pergi menuju ke kamar mandi yang berada di kamarnya, mencuci mulutnya secara bersih menghilangkan semua sisa darah yang keluar tadi. Tangan Arsa mulai mengepal menahan semua amarahnya. 

Karena telalu lelah, ia mulai membuka bajunya berniat membasuh tubuhnya, lelaki itu menghadap belakang memperlihatkan punggungnya yang penuh dengan luka memar, semua itu ia dapatkan saat usianya sepuluh tahun dan itu pertama kali Arsa dipukuli beberapa kali oleh ayahnya, bukan tanpa sebab Arsa dipukuli, karena dia gagal menerima peringkat pertama di kelasnya. Lelaki itu lebih menyukai olahraga di bandingkan harus berurusan dengan rumus.

Setelah itu ia mulai menyalakan shower dan memulai kegiatan membersihkan tubuhnya. Beberapa menit, lelaki itu keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan kegiatan membasuh tubuhnya dan beralih mengambil ponsel yang ia taruh di ranjang.

Banyak pesan masuk mulai dari para wanitanya, grup chat temannya, dan juga ada satu pesan dari kembarannya itu.

Arka

Kata bunda kamu mabuk lagi?

Kasihan bunda, dia sering cerita

tentang kamu.

Arsa, tolong berhenti minum ya

11.07 

"Shit, sok perhatian lagaknya." Membuat Arsa mendengus kesal dibuatnya. Selalu seperti ini. Menurut Arsa, Arka cuma cari muka dan sok baik hati kepadanya, hanya untuk mengambil hati ibundanya.

Arsa membuang ponselnya dan mulai mengobati luka yang ia dapat tadi, perih rasanya. Tapi lebih menyakitkan kata-kata ayahnya tadi, buatnya pukulan tadi tidak seberapa di bandingkan cemooh yang ia dapatkan dari sang ayah. 

Lelah rasanya berpura-pura tegar dan kuat. Padahal ia juga rapuh di satu sisi, dia cuma menginginkan perhatian seperti ibundanya dan ayahnya yang selalu menyanjung Arka, bukannya malah membandingkan dirinya dengan kembarannya itu.

Setelah selesai mengobati lukanya Arsa kembali mengambil ponselnya dan mulai mengecek pesan yang berada di grup.

****

                        Radit cepu anjink

Radit

Asu, unamenya ganti njink

Satria

Hahaha, manusia cepu datang

Gibran

Anak ambu kalau kata satria

Btw, gimana Sa sama cewe baru?

Radit

Ha? Ada cewe baru?

Satria

Makanya jangan cabut, baru bangun

langsung main cabut

Radit

Ya, tadi aja hampir ketahuan gw njir

Gibran

Mana nih manusianya?

Arsa

Biasa aja, bukan tipe gua

Satria

Enteng banget ngomongnya, padahal menurut gue cakep jir

Mata lo picek kali

Radit

Emang lo tau ceweknya?

Gibran

Temannya Tamara, tadi gw bareng Satria

abis stalk ig nya

Radit 

Usn nya apa?

Satria

@gadisss__

Kalau Arsa gamau buat gue aja, Sa

Arsa

Ambil aja, gue lagi mau nyari yang lain

bosen banget sama cewe liar

Gibran

Emang lo mau nyari yang gimana?

Arsa

Cewe manja, kalau perlu anak bonyok.

Ya anak yang di kekang gitu dah

Radit

Dih, susah banget anjir tipe lu

Satria

Kayaknya ada deh satu cewe,

cakep jir, tapi sayang anak papa.

Dia sering curhat di tw, kalau mau 

nanti gue kasih usn tw nya deh.

Gibran

Kirim kesini aja kli Sat

Satria

Ga berguna buat lo manusia bucin

Arsa

Kirim sini aja Sat

Satria

@athana.siaa

Tuh tw nya, ky nya dia domisili

Jaksel, tp katanya dia bakalan pindah ke Bandung

Radit

Paan sih, yang bener gimana?

Sekarang dia tinggal dimana?

Satria

Sekarang ky nya bandung, 

soalnya rumah bokapnya ada dua

Anak holkay btw.

————

Arsa hanya tertawa kecil melihatnya. Setelah itu dia beralih membuka aplikasi burung biru tersebut. Mencari akun bernama Athanasia.

Tanpa berlama-lama, akun bernama Athanasia tersebut di temukan. Terdapat banyak curhatan wanita tersebut, ternyata dia sangat aktif di sosial media ini.

Dan ada satu gambar yang memikat Arsa, gambar dimana seorang pria memeluk tubuh gadis kecil yang tengah menangis. Begitu pula kata-katanya yang membuat Arsa tertegun.

'Hari ini satu ujian yang kau hadapi, esok mungkin beribu-ribu ujian yang kau dapat. Maka dari itu berhentilah menangis dan kuatlah,' petiknya.

"Ternyata gadis ini sangat puitis," gumamnya.

Setelah itu ia mengirim pesan kepada gadis tersebut.

@arsaa.p

Gambaran lo bagus gua tertarik

dengan kata-katanya juga.

Maka dari itu, apa boleh kita kenalan?

(...)

"Gimana? Udah dua hari nih," celetuk Satria sesekali menyesap rokoknya.

Arsa menyinggungkan senyumnya, "Berhasil, tiga hari lagi mungkin dia bakalan tidur sama gua," ujarnya.

Gibran menutup mulutnya, "Serius lu, cewe kayak dia?" ucap Gibran tak percaya, secara orang tuanya sangat overprotektif terhadap gadis itu.

"Gue berani taruhan kalau Arsa ga dapet cewe itu, secara susah anjing," celetuk Radit, Gibran mengangguk setuju dengan pendapat Radit tersebut.

Satria menaruh kunci mobil Mercedes Benz S-class yang baru sepekan ia beli, "Gue berani taruh mobil gue, kalau Arsa bakal dapetin tuh cewe." 

Radit tersenyum kecut, "Bener nih, awas aja lo nangis ngadu bokap." 

Satria mendengus, "Gue mah kaga kayak lo ya, Dit. Yang takut sama nyokap," sahutnya.

Gibran menggeleng melihat tingkah kedua sahabatnya ini, "Gue ikut taruhan juga deh," ucapnya sambil mengeluarkan kartu ATM dari dompetnya.

"Gue taruhan kalau Arsa ga bakal dapet tuh cewe, karena di tentang bokapnya. 1M gue jabanin," tambahnya.

Radit melihat teman-temannya satu persatu, "Pada ikut semua nih," ujarnya.

Satria mengangguk percaya diri, "Kenapa? Takut sama nyokap lo?" tukas Satria sambil menatap Radit dengan remeh.

Radit menyinggungkan senyumnya, "Siapa bilang." 

Radit mengeluarkan tiga kartu atm dari dompetnya, "Masing-masing isinya 1,5M," sambungnya dengan gaya sombong.

"Kalian mau taruhan apa ajang nyombongin kekayaan," celetuk Arsa.

Satria menunjuk Radit, "Dia yang mulai noh," serunya.

Radit yang tidak mau di tuduh pun, akhirnya malah menunjuk Gibran. Setelah itu mereka saling bertengkar tidak jelas.

Arsa sibuk melihat teman-temannya bertingkah seperti anak kecil menurutnya.

TRING!

Dering notifikasi muncul dari ponsel Arsa, terdapat satu pesan dari gadis yang sedang di bicarakan tersebut.

Arsa menunjukkan chat gadis itu kepada teman-temannya, "Gimana? Masih tetep lanjut taruhan?"

Mereka semua langsung fokus melihat ponsel Arsa secara bersamaan.

"Lanjut, bokapnya belum tau. Kalau udah tau apes hidup lu, Sa," jawab Radit di angguki oleh Gibran.

Arsa mengangguk seraya tersenyum tipis, "Oke, kita buktiin nanti, Sat," ucapnya.

Satria menunjukkan jempolnya, "Kita tunggu dua hari lagi, Guys."

Arsa beranjak dari tempat, memasuki ponselnya kembali ke saku celananya dan memakai jaket yang ia kenakan, "Gua cabut duluan." 

"Ke tempat Athanasia?" tanya Radit.

Arsa menggeleng, "Cewe yang kemarin?"

Teman-temannya sudah tau Arsa banyak simpanan wanita, nomor di kontaknya saja sudah seperti asrama putri.

"Gadis? Cewe kemarin?" tanya Satria, padahal lelaki itu berniat untuk pdkt.

Arsa mengangguk, "Minta di temenin, bonyoknya lagi keluar kota."

"Anjing, enak dong malem ini lo. Semoga lancar ya cocok tanamnya," ucap Radit menyemangati Arsa.

Arsa mengangkat tangannya dan jarinya membentuk tanda ok.

"Padahal mau gue gebet bangsat," umpat Satria.

Hanya di balas tawa dari Gibran dan Radit.

"Kalah start sih lo," ejek Gibran.

to be continue.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status