Share

Athanasia
Athanasia
Penulis: nadjae

BAB I

Suara musik yang mampu memecahkan gendang telinga, bau alkohol yang sangat tajam menyentuh indra penciuman. Arsa suka sekali bau ini dan juga tempat ini, baginya ini adalah dunianya.

Seorang wanita dengan pakaian minim dengan tatapan mata yang menggoda berjalan menuju Arsa dan langsung bergelayut manja di tangannya.

"Baru datang? Temen kamu pada nungguin, kayanya udah pada tepar deh," celetuk wanita tersebut.

Arsa mengabaikan perkataan wanita itu dan berjalan menuju meja paling ujung dilihatnya para temannya sudah memasuki alam mimpi dan satu temannya lagi sedang berciuman dengan wanita asing yang Arsa yakini itu adalah wanita penghibur.

Arsa duduk di kursi kosong dan diikuti oleh wanita tadi, tanpa mengganggu acara tukar saliva temannya.

Lelaki itu memanggil pelayan untuk memesan minuman beralkohol seperti biasanya dan mengambil kotak rokok yang tergeletak di meja tanpa tahu pemiliknya, membakar puntung rokok tersebut kemudian menghisapnya.

"Berhenti meraba bagian sensitif gue," seru Arsa sambil menghisap rokoknya.

Wanita itu langsung gelagapan melihat raut wajah Arsa yang berubah.

"Oh sorry, aku cuma menghibur kamu kok. Takutnya kamu bosen, soalnya mereka pada sibuk dengan dunia masing-masing," jelas wanita tersebut sambil tersenyum manis ke Arsa.

Arsa hanya mendecih mendengarnya, "Kalau lo ga mau gue telanjangin di sini mending diam." 

Wanita itu langsung tutup mulut dan meninggalkan Arsa sendirian. Lelaki itu sedari tadi menghisap rokoknya dan bermain game.

"Sa, sejak kapan lo disini?" tanya temannya tadi yang bertukar saliva.

"Sejak lo ciuman, kalau mau main ranjang jangan di sini. Kebiasaan lo," ujar Arsa tanpa memalingkan pandangannya dari ponsel.

"Hahaha sorry," ucap Satria menyuruh wanita tadi pergi, lelaki itu adalah teman Arsa yang haus akan wanita dan juga sangat mesum. Untung orang tuanya sangat kaya jadi pikiran mesumnya terbayarkan dengan menyewa wanita pemuas nafsu.

"By the way, tadi Mira ke sini nanyain lo. Jangan lari kenapa Sa, kasian gue ngeliat Mira yang bunting nyariin lo ke club begini," ucap Satria sambil meminum alkohol bekasnya tadi.

Arsa mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas meja, "Gue ga lari, dia aja yang lemah nyari gue. Lagi pula itu bukan anak gue," jawab Arsa mematikan rokoknya yang sudah habis setengah batang dan meminum alkohol yang tadi ia pesan.

Satria terkejut mendengar kata-kata tersebut yang keluar dari mulut lelaki itu, "Bohong lu, kok dia minta pertanggung jawaban ke lo?"

Arsa mengangkat bahunya, "Se nafsu-nafsunya gue, ga pernah ga pakai kondom kalau main dan juga inget, gue sama dia ga pernah main. Kalau main gue udah kabarin kalian kayak biasa."

Satria manggut-manggut, "Bener sih, terus itu anak siapa dong?"

Arsa mengangkat bahunya, "Ya mana gue tau, tanya aja ke janinnya langsung."

Satria kembali manggut-manggut, "Bener juga."

"Bego, ya mana bisa lo tanya ke janin anjing," balas Arsa.

Radit, lelaki yang dari tadi tertidur akhirnya bangun dengan mata yang masih terpejam dan mengucek matanya.

"Jam berapa, Bro?" tanyanya.

Satria menyenggol lengan Radit, "Udah jam tiga, ga takut kena marah nyokap lo." 

Radit langsung seketika melek dan mengambil ponsel di saku celananya, "Buset jancok, kok pada kaga bangunin gue," ucapnya sambil mengambil dompet dan jaket yang tergeletak di meja.

"Salah lo sendiri bego, dah sana pergi anak ambu," ledek Satria, Arsa hanya menggeleng melihat tingkah laku temannya tersebut.

Radit menggaruk kepalanya, "Asu, yaudah gue cabut. Sa, gue cabut ya," pamit Radit pergi meninggalkan mereka.

"Ga pamitan lo sama gue!" teriak Satria.

"Ga guna bangsat!" balas Radit dengan teriak pula walau sedikit samar-samar terdengar karena musik club.

Arsa meneguk alkoholnya, sudah dua botol habis olehnya, sedangkan satria baru habis satu botol dan satu temannya yang teler baru habis dua botol, Gibran memang lemah terhadap alkohol mungkin kalau dia minum alkohol berarti dia sedang ada masalah.

Arsa melirik Gibran yang tengah tertidur pulas di kursi club dan bertanya kepada satria alasan anak itu ada disini sekarang.

"Kenapa?" tanyanya.

Satria menghela napas, "Biasa, putus lagi sama Tamara," ujarnya.

Gibran lelaki itu cuma mengincar satu cewe yaitu Tamara Gledis yang katanya sehidup semati dengannya. Padahal hubungan mereka berdua tiap kali putus nyambung terus selama lebih enam tahun.

"Dasar bucin, diputusin doang langsung lari ke alkohol," seru Arsa.

Satria langsung tertawa terbahak bahak, memang temannya yang satu ini bucin tingkat dewa dengan mantan pacarnya. Sampai tidak mau pindah hati ke cewek lain.

Gibran bangun dengan mengedipkan matanya dan mengusap air mukanya.

"Baru dateng lo?" ucapnya sambil mengambil kacamata yang tergeletak di meja.

"Udah dari tadi, lo aja yang baru bangun," jawab Arsa.

Gibran mengangguk sambil merapihkan pakaiannya yang tampak acak-acakan.

"Gi, lo mending ngejomblo aja deh kayak nih bocah. Aman aja kayanya hidup dia, dari pada lo galau mulu," seru Satria kepada Gibran yang di maksud adalah Arsa.

Gibran menggeleng, "Mending gua galau dari pada dikejar-kejar cewe, bukan galau lagi yang gue dapet. Yang ada di bunuh gue sama para cewe."

Ucapan Gibran mengundang gelak tawa Arsa dan Satria.

"Haha bener, metal dia mah baja. Anak orang dipakai langsung di buang. Gila memang," balas Satria.

"Yaelah lagi pula emang pada bunting? Gue mah main aman bos, ga bego kayak lo. Main sama pelacur langsung bunting, makanya jangan pakai kondom fiesta rasa duren," ucap Arsa membuat Gibran langsung menendang ke arah Satria.

"Hahaha anjing kondom rasa duren," ledek Gibran.

"Asu, lo kok tau nyet," sahut Satria.

Arsa menunjuk otaknya, "Taulah, dari cewe lo," jawabnya.

"Gue sangka lo baca pikiran gue."

Arsa menggeleng sambil meneguk alkoholnya yang sekarang sudah habis tiga botol.

"Ngapain gue baca pikiran lo yang isinya selangkangan semua," jawabnya.

"Anjeng pedes lo, kayak omongan emak-emak komplek gue," ucap Satria dan di angguki oleh Gibran. 

Arsa mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah dan berdiri.

"Mau kemana lo?" tanya Gibran.

Arsa menunjukkan chatnya dengan seorang wanita dan membuat Satria dan Gibran terkejut dengan mulut menganga.

"Gila! Dapet lagi? Sumpah, mau lo apain tuh cewe?" tanya Satria.

Arsa memasuki kembali ponselnya ke saku celananya, "Buat apalagi, ya untuk mainan lah," ucap Arsa dengan enteng.

"Anjing, udah berapa cewe Sa," ujar Gibran.

Arsa membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Gibran dan Satria yang sibuk meneriakinya.

Athanasia atau sering di panggil Sia sedang duduk di taman sambil membaca buku, pandangannya tak teralihkan dari buku novel yang ia baca dengan tulisan dan kata-kata yang memikat hatinya untuk masuk dan merasakan bagaimana dunia novel yang selalu ia inginkan.

"Non, ini susunya di minum. Keburu dingin nanti," ucap pembantunya yang senantiasa menjaga Sia dari bayi hingga usianya sekarang.

Sia mengerucutkan bibirnya, "Yah, bibi mah. Kan aku lagi baca novel sampai lupa sampai mana tadi, bibi mah ganggu," ucapnya.

"Nuhun atuh, makanya diminum dulu yuk. Nanti kita ga boleh main kesini lagi sama tuan. Soalnya banyak nyamuk, Non," ujar bibi jami.

Mau tak mau Sia meminum susu yang dibuatkan Bibi Jami untuknya. Saat dia hendak kembali membaca bukunya, tetapi sepertinya gadis itu kehilangan mood dan berakhir menutup buku novelnya.

"Ah bosen, aku mau main keluar," celetuk Sia yang berdiri berjalan pergi.

Bi Jami yang melihat itu langsung mengikuti Sia dari belakang, "Non, kalau mau keluar izin dulu sama tuan. Nanti nona di hukum seperti kemarin."

Sia memberhentikan langkahnya dan langsung berjalan cepat kembali ke kamarnya.

Sepanjang jalan Sia hanya mengutuk ayahnya yang terlalu overprotektif kepadanya.

Sesampai di kamar Sia menutup pintu dengan kencang dan merebahkan tubuhnya ke kasur queen sizenya dan mengambil kuas serta alat untuk menggambar.

Sia menggambar dengan khidmat, dengan pensil di tangannya Sia mulai menggambar dua insan yang saling bergandeng tangan yang berada di suatu pantai dengan ombak dan angin yang sejuk, serta matahari yang mulai tenggelam dengan di iringi nyayian burung yang berimigrasi.

Setelah beberapa menit, akhirnya gambarannya jadi. Sia menempelkan gambarannya di dinding dengan kata-kata semangat dan berjanji suatu saat pemandangan seperti ini akan terjadi kepadanya.

Sia berjalan menuju meja belajarnya dan menghidupkan laptopnya dan membuka web yang ia buat, berisikan kata-kata romantis dan gambaran yang ia buat. Banyak yang meninggalkan komentar seperti.

"Tulisan kamu bagus, pasti kamu tlah melewati perjalanan cinta yang romantis," ucap Sia membaca salah satu komentar.

"Dih, mana ada aku pacaran. Yang ada ga di bolehin sama papa," jawabnya.

Sia beralih menuju akun sosial medianya yang lumayan banyak pengikut dan mengecek postingan para teman sosmednya.

Salah satu teman sosmednya memposting foto bersama teman laki-lakinya yang kemungkinan itu kekasihnya.

"Cocok banget mereka. Jadi, pengen bebas," keluh Sia.

Sia mengecek sosial media lelaki yang katanya kekasih teman pengikutnya itu. Banyak foto bersama teman lelakinya dan foto pemandangan serta foto alkohol?

Ah, anak clubbing yang sering di ceritakan di novel-novel. 

Tanpa sadar Sia menyukai foto tersebut.  Nama pemilik akun sosial tersebut adalah @arsap__

"Arsa ya nama pemilik akunnya, ganteng juga," celetuk Sia sambil tersenyum tipis.

to be continue.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status