Share

6. Vinsmoke Alroy: Rat

Rio de Janeiro, Brasil.

***

"Lusa nanti ayah akan mengundang banyak tamu penting ke rumah. Sebaiknya kalian tidak banyak bertingkah dan memperlihatkan sikap yang baik."

Vins tidak mendengarkan perkataan ayahnya dengan baik. Dia memainkan makanannya menggunakan pisau. Menusuknya dengan brutal kemudian mencincangnya sampai menjadi bubur. Sementara itu, ibu dan saudaranya sedang makan dengan tenang sambil mendengarkan perkataan kepala keluarga di sana.

"Kau mendengarku, Vins?" tegur William, ayah dari Vins, setelah melihat sikap anaknya.

"Tidak," jawab Vins dengan santai. Dia masih mengaduk-aduk makanannya hingga menjadi tidak berbentuk.

"Apa?!"

"Apa kau tuli? Kau menanyaiku apa aku mendengarmu atau tidak, tapi kau sendiri tidak mendengarku," ejeknya.

"Berani sekali kau mengejek ayahmu seperti itu! Berhentilah membuat masalah, aku terus mendapat laporan karena kau mengacau."

"Benarkah? Masalah mana yang kau bicarakan? Aku tidak mengingatnya satupun. Lagipula, untuk apa mereka mengatakannya padamu? Apa hubunganmu denganku?" Vins mulai mengalihkan tatapannya kepada William. Kedua manik hitam itu saling bertemu dalam satu garis. Membuat suasana menjadi semakin tegang.

"Karena kau anakku, maka mereka melaporkannya padaku! Jika kau mengerti itu, seharusnya kau tidak melakukan apapun yang buruk dan membuatku repot karena terus membersihkan namamu!"

"Jadi kau ayahku? Sejak kapan?"

BUGH!!

Sebuah gelas melayang dan menabrak kening Vins dengan sempurna lalu pecah begitu saja. Akibatnya, kening Vins sobek dan terluka. Darah mengalir di sana dengan perlahan. Namun, Vins tidak merasa kesakitan, dia malah tersenyum dan tertawa lebar.

"BAWAKAN CAMBUK ITU!"

"Kenapa kau marah? Apa aku melakukan kesalahan? Kau memang bukan ayahku, berhentilah bertingkah seolah apa yang kukatakan itu salah."

Seorang pelayan langsung menuruti perkataan tuannya tanpa membantah. William mengambil cambuk besar itu dan mendekati Vins. Tanpa mengatakan apapun William menarik kerah Vins dan mendorongnya ke lantai. Dengan tubuh yang terduduk itu, Vins mendapatkan cambukan bertubi-tubi yang melukai tubuhnya.

"Kau semakin lemah, ini tidak ada rasanya," ejek Vins seolah menantang kemarahan William.

Pria itu semakin menguatkan cengkeramannya pada cambuk itu dan memusatkan perhatiannya untuk Vins. Dia benar-benar bertekad mengalahkan anaknya yang sulit diatur. Sementara itu, wanita yang seharusnya dipanggil ibu oleh Vins malah terus makan bersama anaknya yang lain dengan tenang. Dia seolah tidak melihat apa yang sedang terjadi.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Aku mengatakan kebenaran bahwa kau bukan ayahku. Oleh karena itu urus saja dirimu sendiri dan aku akan mengurus diriku sendiri," ucap Vins dengan santai. Dia bahkan tertawa kecil untuk menunjukkan secara terang-terangan bahwa dirinya sedang mengejek.

"Berhentilah bicara!" bentak William dengan suara menggelegar. Napasnya mulai memburu sementara Vins menatap pria tua itu seolah dia tidak merasakan apapun di bawah sana. Dia hanya tersenyum dan menyeringai melihat pria berusia lima puluhan itu. Tubuh tegapnya sama sekali tidak terlihat menyeramkan di mata Vins.

Setelah merasa lelah, William membuang cambuknya ke sembarang arah. Dia memperbaiki setelan jasnya yang berantakan lalu kembali ke meja makan seolah tidak pernah terjadi apapun. Dia meninggalkan Vins tanpa menoleh ke belakang.

"Dengarkan aku," ucap Vins sambil berdiri menghadap keluarga kecil yang bahagia itu.

"Aku adalah anak dari kakakmu yang kau bunuh dengan sengaja. Aku adalah sandera yang kalian gunakan untuk memeras semua warisan kakekku yang seharusnya menjadi milik ayahku."

Vins kembali mengingatkan mereka kepada kenyataan yang sebenarnya itu. Kenyataan bahwa lima belas tahun yang lalu William meminta orang lain untuk menyabotase kendaraan orang tua asli Vins. Rencana yang berhasil itu menjadi awal dari sandiwara mereka yang gagal. Mereka bersikap manis kepada Vins pada awalnya. Namun, sejak Vins tahu kebenarannya tanpa sengaja, mereka mulai memperlihatkan taring tumpulnya. Mereka hanya bisa mempermainkan Vins tanpa bisa membunuhnya. Semua itu karena hak waris masih menjadi milik Vins dan belum berhasil mereka ubah karena ayah William mati lebih dulu.

Tanpa rasa malu mereka menggunakan harta Vins yang melimpah. Mereka bahkan menggunakan kekerasan kepada Vins selama bertahun-tahun. Mereka hanya tidak menyadari bahwa Vins sedang menyusun rencana untuk balas dendam. Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan mereka semua dengan satu serangan.

"Ya, kalian tenang saja, aku bukan anak cengeng yang senang mengadu. Tapi, bukankah seharusnya kalian menengadahkan tangan jika ingin meminta uang dari orang lain? Apa tangan kalian terlalu berat? Jika iya aku akan menghancurkannya untuk kalian." Itu adalah ancaman pertama dari Vins. Alhasil, mereka terkejut dan merasa merinding mendengarnya. Belum lagi wajah Vins yang berdarah dan menyeringai. Dia terlihat seperti iblis yang baru saja dikeluarkan dari neraka.

"Baiklah, nikmati makanannya, jika perut kalian belum merasa puas, gunakan saja uangku tanpa rasa malu, seperti yang biasa kalian lakukan, seperti anjing jalanan yang terus menggonggong pada orang yang sudah memberinya makan."

Vins meninggalkan ruang makan setelah mengatakan itu. Di dalam hati, dia merasa kesal pada dirinya sendiri karena dia tidak bisa melakukan apapun dengan lebih cepat. Dia terus membandingkan keluarga itu dengan anjing kotor, tapi dia juga merasa bahwa dirinya hanya seekor tikus kecil yang tidak memiliki kekuatan apapun.

Semua orang berpihak pada William karena kekuasaannya. Semua bukti dibawa mati oleh orang tua kandung Vins hingga dia tidak menemukan satu celah pun untuk menjatuhkan William. Semua orang menutup mata dari apa yang terjadi padanya. Benar-benar pecundang yang menyebalkan. Dia bahkan membutuhkan banyak waktu untuk membuat satu celah kecil.

"Tuan muda," panggil seorang gadis saat Vinsmoke hendak masuk ke mobilnya.

Panggilan itu membuat Vins berhenti. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap gadis dengan pakaian khusus pelayan di rumah ini.

"A–apa kau baik-baik saja?" tanya Lily dengan wajah berlinang air mata.

Tadi dia menyaksikan semua pertengkaran majikannya dalam diam. Dia ingin membantu Vins tapi orang tuanya melarang. Dia sangat ketakutan saat melihat darah mengalir di kening Vins dan cambuk yang terus menghantam tubuh itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

*****

"Some wounds are too painful to heal."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status