Share

Chapter 10

"Apa kau masih marah?" tanya Sean kepada gadis yang setengah menikmati sarapan nya itu. 

Aurora mengangkat wajah nya lalu berkata, "Tidak ada yang perlu aku marahkan. Untuk apa? kau tidak ada hubungannya dengan semua ini." 

Kata-kata Aurora membuat lelaki itu terdiam. Gadis ini sudahlah pendiam, di tambah lagi sekarang wajah nya berubah dingin. Seperti ada selapis salju yang menghiasi wajah Aurora. 

Hari telah berganti, tak terasa usia pernikahan Sean dan Aurora sudah lewat dari satu bulan. Namun, pernikahan mereka bukan seperti pernikahan biasanya. Meski hubungan sepasang suami istri itu sudah mulai akrab, namun Aurora lebih suka menjaga jarak dengan Sean. 

"Daddy meminta kita untuk pulang." ujar Sean memberitahu istrinya. 

"Aku sih, terserah saja!" jawab Aurora dengan suara datarnya. Sean sangat tidak suka dengan sikap gadis itu, Aurora akan bicara jika Sean yang memulai, meski satu bulan ini mereka selalu pergi berdua, namun sikap Aurora sangat dingin pada nya. 

Jujur, selapis bunga es yang ada di hati Sean telah menghangat, pria itu menaruh hati pada Aurora namun gengsi untuk mengungkapkan nya. Sean mulai jatuh cinta pada gadis itu, bahkan Sean rela menyulap kamar pribadi di ruang kerja nya menjadi tempat lukis untuk istri nya. 

Sean melirik jam yang melingkar di tangan nya, "Aku ada meeting dua jam, tunggu aku. Jangan pergi kemana-mana!" ujar Sean sambil beranjak dari tempat duduk nya. 

"Aku akan melanjutkan lukisan ku." sahut Aurora. Gadis itu masuk ke dalam kamar, menyelesaikan sebuah lukisan indah yang sudah ia garap dua hari ini. 

Sebenarnya para karyawan di perusahaan sangat penasaran siapa Aurora? namun tak ada satu pun yang bisa menjawab gosip mereka. Saat melukis, Aurora di telpon oleh Allena. Allena mengajak Aurora pergi, namun tidak lupa meminta izin kepada kakak nya. 

Ke dua gadis itu nampak sangat akrab bahkan mereka tidak terlihat seperti saudara ipar. Allena mengajak kakak ipar nya pergi ke mall, bermain dan berbelanja menghabiskan uang Sean. Aurora sangat senang, sudah beberapa kali gadis itu mengajak nya pergi keluar. Berkat Allena, Aurora banyak mengenal dunia luar. 

"Kak, aku lapar!" gumam Allen sambil memegang perutnya. 

"Sama, aku juga." sahut Aurora. 

Mereka kemudian mencari tempat makan terdekat, menunggu pesanan sebentar lalu menyantap nya setalah di hidangkan. Jika sedang bersama orang lain, Aurora sangatlah gembira, canda dan tawa nya lepas begitu saja. Sean yang memantau istri nya lewat ana video kiriman anak buah nya hanya bisa tersenyum getir.Bahkan saat meeting pun Sean tidak fokus sama sekali. 

"All,...sejak kapan kamu pergi sama gadis kampungan ini?" tanya suara yang tiba-tiba menghampiri mereka. 

Allena memutar bola mata nya jengah, lalu berkata dengan sangat malas. "Kak, selera makan ku tiba-tiba hilang." 

"kenapa?" tanya Aurora yang paham dan mengikuti permainan Allena. 

"Ada lalat bau...!" seru gadis itu.

Allena menarik tangan Aurora kemudian mengajak nya pergi. Alice yang merasa tak di anggap, langsung melakukan protes kepada Allena. Alice menarik kasar tangan Aurora lalu mendorong gadis itu. Aurora bukan lagi gadis lemah, Rora berdiri lalu menatap tajam ke arah Alice. Tanpa di sadari oleh Alice, Aurora mendorong Alice hingga gadis itu terjerembab di meja pelanggan yang lain.

Alice tidak terima, lalu mengeluarkan kata-kata kasar kepada Aurora. Allena juga tidak terima saat melihat kakak ipar nya di tindas. "Dasar tidak tahu malu, dia yang memulai dia yang merasa seolah tersakiti." cibir Allena kesal. 

"Kenapa kau sangat suka mengganggu ku?" tanya Aurora dengan sorot mata tajam nya. 

"Kau,...!" tunjuk Alice tepat di depan wajah Aurora. "Kau sudah merebut Sean dari ku. Aku tidak akan memberikan mu hidup dengan tenang.!" ucap nya dengan nada tinggi.

"Ck....nona Alice yang terhormat, tolong beli kaca lalu bercermin, kenapa kakak ku sangat amat menolak menikah dengan perempuan seperti mu." Allena berdecak kesal lalu menghina Alice di depan semua orang yang sedang menyaksikan pertikaian mereka. 

Alice yang sudah naik pitam lagi-lagi menyerang Aurora. Sudah tentu Aurora bisa menghindar bahkan gadis itu bisa membalas perbuatan Alice. Tak berapa lama, para petugas keamanan datang. Aurora dan Allena juga Alice di bawa ke pos pengamanan. 

Di pos pengamanan, Allena dan Alice masih saling beradu mulut. Aurora sangat pusing, ingin sekali ia menyumpal mulut Alice. Tak berapa lama Sean datang, tanpa di beritahu sekali pun Sean akan tahu apa yang terjadi dengan Aurora. 

"Sean, kau datang?" Alice tersenyum lebar, memandang Sean dengan tatapan lembut bahkan wajah nya di buat sedih. "Istri mu telah menganiaya diri ku." adu nya dengan nada sedih yang di buat-buat. 

Allena dan Aurora saling pandang, ingin rasanya isi perut mereka di muntah kan di wajah Alice. 

"Siapa kau? siapa kau yang berani menyentuh istri ku?" bentak Sean dengan nada tinggi nya. Semua orang terkejut, para petugas keamanan hanya bisa tertunduk diam. 

"A-aku,...tapi perempuan itu dulu yang memulai...!" Alice menuduh Aurora. 

Sean menarik istrinya ke dalam pelukannya, meraba wajah Aurora mencari detail luka. "Apa kau terluka?" tanya nya khawatir. 

"Tidak, aku baik-baik saja." sahut Aurora masih dalam pelukan suaminya. 

Alice yang melihat kemesraan itu langsung mengepalkan ke dua tangan nya tidak terima. "Kau membela dia?" nada bicara Alice berubah dingin. 

"Dia istri ku. Lalu, siapa yang harus aku bela jika bukan istri ku?" Sahut Sean membuat Allena sangat bangga dengan kakak nya. 

Alice mati ucap, rahang nya mengeras tidak terima atas penghinaan dari Sean. "Kau sudah melupakan kenangan indah kita Sean." ucap Alice masih mencari simpati pada pria di depan nya. 

"Kau dan aku tidak memiliki kenangan apa pun. Kau juga bukan teman masa kecil ku...!" seru Sean membuat Alice semakin menggertakkan gigi nya. 

Sean kemudian mengajak istri dan adik nya untuk pergi. Meninggalkan Alice yang masih berdiri mematung dengan kepalan tangan menguat. Mata nya berapi-api, Alice harus balas dendam, ia tidak terima di hina seperti ini. "Awas saja kau Aurora. Aku akan membuat mu menderita!" ucap nya dengan penuh penekanan.

Alice pulang, mengadukan apa yanti terjadi kepada papi nya. Jhon tidak terima, ia merasa sangat terhina. "Papi harus menghabisi perempuan itu. Dia akan menjadi penghalang untuk rencana kita kedepan nya." ucap Andreson dengan marah.

"Tapi, Alice lihat jika Sean sangat mencintai perempuan itu pi..bagaimana?" 

"Papi akan mencari jalan keluarnya. Kau harus segera masuk ke dalam keluarga Egalia, jika tidak kita akan dalam masalah besar." terdengar jelas jika Jhon sedang menakutkan sesuatu hal. Alice pergi meninggalkan papi nya yang masih berpikir untuk rencana mereka kedepannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status