Share

Chapter 10

Author: Ni R
last update Last Updated: 2021-05-09 21:28:42

"Apa kau masih marah?" tanya Sean kepada gadis yang setengah menikmati sarapan nya itu. 

Aurora mengangkat wajah nya lalu berkata, "Tidak ada yang perlu aku marahkan. Untuk apa? kau tidak ada hubungannya dengan semua ini." 

Kata-kata Aurora membuat lelaki itu terdiam. Gadis ini sudahlah pendiam, di tambah lagi sekarang wajah nya berubah dingin. Seperti ada selapis salju yang menghiasi wajah Aurora. 

Hari telah berganti, tak terasa usia pernikahan Sean dan Aurora sudah lewat dari satu bulan. Namun, pernikahan mereka bukan seperti pernikahan biasanya. Meski hubungan sepasang suami istri itu sudah mulai akrab, namun Aurora lebih suka menjaga jarak dengan Sean. 

"Daddy meminta kita untuk pulang." ujar Sean memberitahu istrinya. 

"Aku sih, terserah saja!" jawab Aurora dengan suara datarnya. Sean sangat tidak suka dengan sikap gadis itu, Aurora akan bicara jika Sean yang memulai, meski satu bulan ini mereka selalu pergi berdua, namun sikap Aurora sangat dingin pada nya. 

Jujur, selapis bunga es yang ada di hati Sean telah menghangat, pria itu menaruh hati pada Aurora namun gengsi untuk mengungkapkan nya. Sean mulai jatuh cinta pada gadis itu, bahkan Sean rela menyulap kamar pribadi di ruang kerja nya menjadi tempat lukis untuk istri nya. 

Sean melirik jam yang melingkar di tangan nya, "Aku ada meeting dua jam, tunggu aku. Jangan pergi kemana-mana!" ujar Sean sambil beranjak dari tempat duduk nya. 

"Aku akan melanjutkan lukisan ku." sahut Aurora. Gadis itu masuk ke dalam kamar, menyelesaikan sebuah lukisan indah yang sudah ia garap dua hari ini. 

Sebenarnya para karyawan di perusahaan sangat penasaran siapa Aurora? namun tak ada satu pun yang bisa menjawab gosip mereka. Saat melukis, Aurora di telpon oleh Allena. Allena mengajak Aurora pergi, namun tidak lupa meminta izin kepada kakak nya. 

Ke dua gadis itu nampak sangat akrab bahkan mereka tidak terlihat seperti saudara ipar. Allena mengajak kakak ipar nya pergi ke mall, bermain dan berbelanja menghabiskan uang Sean. Aurora sangat senang, sudah beberapa kali gadis itu mengajak nya pergi keluar. Berkat Allena, Aurora banyak mengenal dunia luar. 

"Kak, aku lapar!" gumam Allen sambil memegang perutnya. 

"Sama, aku juga." sahut Aurora. 

Mereka kemudian mencari tempat makan terdekat, menunggu pesanan sebentar lalu menyantap nya setalah di hidangkan. Jika sedang bersama orang lain, Aurora sangatlah gembira, canda dan tawa nya lepas begitu saja. Sean yang memantau istri nya lewat ana video kiriman anak buah nya hanya bisa tersenyum getir.Bahkan saat meeting pun Sean tidak fokus sama sekali. 

"All,...sejak kapan kamu pergi sama gadis kampungan ini?" tanya suara yang tiba-tiba menghampiri mereka. 

Allena memutar bola mata nya jengah, lalu berkata dengan sangat malas. "Kak, selera makan ku tiba-tiba hilang." 

"kenapa?" tanya Aurora yang paham dan mengikuti permainan Allena. 

"Ada lalat bau...!" seru gadis itu.

Allena menarik tangan Aurora kemudian mengajak nya pergi. Alice yang merasa tak di anggap, langsung melakukan protes kepada Allena. Alice menarik kasar tangan Aurora lalu mendorong gadis itu. Aurora bukan lagi gadis lemah, Rora berdiri lalu menatap tajam ke arah Alice. Tanpa di sadari oleh Alice, Aurora mendorong Alice hingga gadis itu terjerembab di meja pelanggan yang lain.

Alice tidak terima, lalu mengeluarkan kata-kata kasar kepada Aurora. Allena juga tidak terima saat melihat kakak ipar nya di tindas. "Dasar tidak tahu malu, dia yang memulai dia yang merasa seolah tersakiti." cibir Allena kesal. 

"Kenapa kau sangat suka mengganggu ku?" tanya Aurora dengan sorot mata tajam nya. 

"Kau,...!" tunjuk Alice tepat di depan wajah Aurora. "Kau sudah merebut Sean dari ku. Aku tidak akan memberikan mu hidup dengan tenang.!" ucap nya dengan nada tinggi.

"Ck....nona Alice yang terhormat, tolong beli kaca lalu bercermin, kenapa kakak ku sangat amat menolak menikah dengan perempuan seperti mu." Allena berdecak kesal lalu menghina Alice di depan semua orang yang sedang menyaksikan pertikaian mereka. 

Alice yang sudah naik pitam lagi-lagi menyerang Aurora. Sudah tentu Aurora bisa menghindar bahkan gadis itu bisa membalas perbuatan Alice. Tak berapa lama, para petugas keamanan datang. Aurora dan Allena juga Alice di bawa ke pos pengamanan. 

Di pos pengamanan, Allena dan Alice masih saling beradu mulut. Aurora sangat pusing, ingin sekali ia menyumpal mulut Alice. Tak berapa lama Sean datang, tanpa di beritahu sekali pun Sean akan tahu apa yang terjadi dengan Aurora. 

"Sean, kau datang?" Alice tersenyum lebar, memandang Sean dengan tatapan lembut bahkan wajah nya di buat sedih. "Istri mu telah menganiaya diri ku." adu nya dengan nada sedih yang di buat-buat. 

Allena dan Aurora saling pandang, ingin rasanya isi perut mereka di muntah kan di wajah Alice. 

"Siapa kau? siapa kau yang berani menyentuh istri ku?" bentak Sean dengan nada tinggi nya. Semua orang terkejut, para petugas keamanan hanya bisa tertunduk diam. 

"A-aku,...tapi perempuan itu dulu yang memulai...!" Alice menuduh Aurora. 

Sean menarik istrinya ke dalam pelukannya, meraba wajah Aurora mencari detail luka. "Apa kau terluka?" tanya nya khawatir. 

"Tidak, aku baik-baik saja." sahut Aurora masih dalam pelukan suaminya. 

Alice yang melihat kemesraan itu langsung mengepalkan ke dua tangan nya tidak terima. "Kau membela dia?" nada bicara Alice berubah dingin. 

"Dia istri ku. Lalu, siapa yang harus aku bela jika bukan istri ku?" Sahut Sean membuat Allena sangat bangga dengan kakak nya. 

Alice mati ucap, rahang nya mengeras tidak terima atas penghinaan dari Sean. "Kau sudah melupakan kenangan indah kita Sean." ucap Alice masih mencari simpati pada pria di depan nya. 

"Kau dan aku tidak memiliki kenangan apa pun. Kau juga bukan teman masa kecil ku...!" seru Sean membuat Alice semakin menggertakkan gigi nya. 

Sean kemudian mengajak istri dan adik nya untuk pergi. Meninggalkan Alice yang masih berdiri mematung dengan kepalan tangan menguat. Mata nya berapi-api, Alice harus balas dendam, ia tidak terima di hina seperti ini. "Awas saja kau Aurora. Aku akan membuat mu menderita!" ucap nya dengan penuh penekanan.

Alice pulang, mengadukan apa yanti terjadi kepada papi nya. Jhon tidak terima, ia merasa sangat terhina. "Papi harus menghabisi perempuan itu. Dia akan menjadi penghalang untuk rencana kita kedepan nya." ucap Andreson dengan marah.

"Tapi, Alice lihat jika Sean sangat mencintai perempuan itu pi..bagaimana?" 

"Papi akan mencari jalan keluarnya. Kau harus segera masuk ke dalam keluarga Egalia, jika tidak kita akan dalam masalah besar." terdengar jelas jika Jhon sedang menakutkan sesuatu hal. Alice pergi meninggalkan papi nya yang masih berpikir untuk rencana mereka kedepannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 28

    "Cepat katakan pada ku, Jhon. Apa tujuan mu yang ingin menghabisi keluarga ku?" Sekali lagi Andreson bertanya pada Jhon yang sampai saat ini masih tidak mau membuka suara. "Papi,.....!!" Lirih Alice memalingkan wajahnya saat melihat tuan Andreson menginjak bekas luka tempak di kaki Jhon. Cuiiiiih............Jhon yang tidak memiliki rasa takut meludahi sepatu milik Andreson. Anderson menoleh ke atas bawah, pria ini merasa jijik lalu mengusapkan sepatunya ke arah wajah Jhon. Emosi Andreson telah memuncak, pria paruh baya ini dengan bringas menembaki tubuh Jhon. Dor.....Dor.....Dor.....Dor......Empat peluru bersarang tepat di dada Jhon, Alice yang melihat hal tersebut tentu saja histeris. Jhon di tembak mati tepat di depan mata anaknya. "Papi,....papi......papi.....!!" Alice berteriak histeris, ingin rasanya wanita ini menghampiri tubuh Jhon tapi apa daya ia sendiri di kurung di kurungan yang berbeda. "Kedua anak ku telah merasakan kehilangan salah satu orang tua. Bagaimana A

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 27

    "Oh, badan ku sakit semua. Apa ini yang di rasakan Aurora saat aku menyuruhnya menguras kolam renang?" Batin Sean. Sean memijat sendiri tangan dan kakinya yang terasa lelah. "Pegal ya?" Tanya Aurora yang sebenarnya sudah tahu jawabannya."Aku minta maaf karena aku pernah menyuruh mu menguras kolam renang waktu itu," ucap Sean merasa bersalah. "Makanya, kalau mau melakukan sesuatu itu di pikir dulu. Tidak semua orang memiliki tenaga yang kuat." Sean menggesekkan kepalanya di pundak Aurora. "Aku benar-benar lelah. Tangan dan kaki ku sakit sekali, aku tidak bisa tidur!" Keluhnya. "Berbaringlah, aku akan memijat mu!" "Tapi sudah malam, kau harus segara tidur!" "Tidak apa-apa. Baru jam sepuluh malam,aku akan memijat mu setengah jam!" "Seriusan?" Tanya Sean memastikan. "Tapi tidak gratis!" Ujar Aurora yang mencari kesempatan. "Katakan, berapa yang harus aku bayar?" "Tidak mahal, cukup ajak aku pantai. Aku rindu suasana laut!" "Hanya itu?" "Ya," jawab Aurora singkat. "Baiklah,

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 26

    "Di mana Daddy dan kak Sean?" Tanya Allena penasaran. "A-ada,...!" jawab Rora gugup. "Mereka sedang ada pekerjaan!" Allena mengerutkan keningnya heran dengan sikap Aurora yang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. "Kak, apa kakak sakit?" Tanya Allena penasaran. "Aku baik-baik aja. Allena, apa aku boleh bertanya sesuatu pada mu?" "Katakanlah, apa kak?" "Tentang kakak mu, apa dia tidak memiliki kekasih?" Tanya Aurora membuat Allena tertawa. "Kulkas delapan pintu seperti kak Sean tidak akan ada perempuan yang bisa meluluhkan hatinya. Percayalah!" "Kulkas delapan pintu, apa dia sedingin itu?" "Kak, lihatlah kehidupan kak Sean. Hidup menyendiri di tengah hutan, kakak saja yang mau jadi istrinya!" Allena mengupas menertawakan kakaknya sendiri. Menurut Allena, Sean sangat aneh yang tidak mau tinggal di tengah keramaian. "Jangan takut untuk jatuh cinta dengan kak Sean. Dia adalah tipe laki-laki setia," ucap Allena. "Dia pernah menyiksa ku," adu Aurora. "Hah? menyiksa bagaimana

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 25

    Aurota langsung menutup matanya saat Sean menunjukan keadaan Alice yang sudah tak beraturan. Wajahnya yang memar bahkan luka ada di mana-mana. Rambut Alice di potong acak-acakan, Aurora merasa kasihan pada wanita yang sudah menculiknya ini. "Aku tidak mau melihat dia,"ucap Aurora yang masih menutup kedua matanya. "Siapa pun yang berani menyentuh mu, akan ku buat dia jauh lebih menderita." Ujar Sean yang menatap tajam ke arah Alice. "Kau sudah melewati batasan mu Sean!" Ucap Alice yang masih memiliki tenaga. "Batasan mana yang aku lewati?" Tanya Sean dengan wajah dinginnya. "Bisa-bisa kau lebih memilih perempuan yang baru kau kenal di banding aku yang sudah mengenal mu sejak kecil. Kau benar-benar keterlaluan Sean!" "Kau lupa di saat keluarga mu sedang berduka aku dan anakku lah yang sudah menghibur mu dulu," ucap Jhon mengingatkan. "Dan kau pasti masih ingat yang sudah membuat aku dan anak ku berduka?" Suara berat Andreson mengejutkan mereka yang ada di dalam ruangan tersebut

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 24

    Kembali pulang ke mansion, Aurora langsung masuk ke dalam kamar nga sedangkan Sean pergi ke salah satu tempat yang ada di mansion nya. Wajah nya dingin, bahkan paman Smith tidak berani untuk menyapa pria yang terlihat sedang marah sekarang. Langkah Sean yang lebar, membuat nya sedikit cepat dalam berjalan. Dua orang pria bertubuh besar membukakan pintu untuk pria itu, Sean masuk lalu pintu tersebut di tutup kembali. Yang ada dalam pikiran Sean, wajah memar Aurora yang sampai sekarang belum memudar. Benarkah laki-laki ini telah jatuh cinta pada Aurora? sedangkan pernikahan nya hanya tinggal beberapa bulan saja. "Sean, lepaskan aku!" teriak Alice ketika wanita itu melihat Sean dari balik jeruji besi. Sean tak bergeming, wajah pria itu semakin dingin. Sean memandang lekat rambut panjang Alice, bibir Sean langsung tersungging. "Apa Jhon Charles sudah mati?" tanya Sean dengan suara berat nya. "Lepaskan aku Sean, bagaimana bisa kau memperlakukan teman masa kecil mu seperti ini?" lagi-l

  • Aurora Gadis Terjual   Chapter 23

    Alice memainkan gunting di tangan nya, wanita itu tersenyum licik memandang Aurora yang sedang ketakutan. Jhon melipat ke dua tangan nya, pria itu sangat mendukung apa yang di lakukan oleh anak nya. Alice maju selangkah, membuat Aurora mundur dengan sisa tenaga nya. "Jangan sakiti aku!" mohon Aurora namun nyata nya Alice masih mencoba menakuti Aurora. "Kau sudah menghalangi ku untuk mendapatkan Sean. Jadi, kau harus lenyap agar aku bisa menjadi satu-satu nya ratu dalam hidup Sean." ucap Alice dengan bangga nya. Sementara itu, Sean dan Julian cukup kesulitan untuk mencari Aurora. Sudah berapa kali Sean berusaha melacak keberadaan istri nya namun tidak bisa. "Seharusnya, menurut pelacakan ku Aurora ada di sekitar sini." ujar Sean bingung. "Apa kau yakin, apa chip itu bekerja dengan baik?" tanya Julian memastikan. Sean kemudian menunjukkan ponsel nya pada Julian, seharusnya Aurora ada di lorong ini namun mereka tidak menemukan siapa pun di sini. Sean kemudian melanjutkan pencarian n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status